Makna Basho’ir

 Kata “baṣā’ir” berasal dari bahasa Arab (بَصَائِر), bentuk jamak dari “baṣīrah” (بَصِيرَة), yang berarti penglihatan batin, pemahaman yang mendalam, atau insight spiritual. Dalam Al-Qur’an, istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada tanda-tanda, argumen, atau pelajaran yang dapat memberikan pencerahan hati dan pikiran seseorang. Berikut makna yang dapat dikaitkan dengan istilah “baṣā’ir”:

1. Petunjuk yang jelas

Sesuatu yang membantu seseorang memahami jalan yang benar.

2. Argumen yang meyakinkan

Bukti atau alasan yang membawa kepada keyakinan.

3. Tanda kebesaran Allah

Ayat-ayat atau kejadian yang menunjukkan kekuasaan Allah.

4. Pelajaran hidup

Hikmah yang dapat diambil dari peristiwa atau wahyu.

5. Pemahaman mendalam

Pemikiran yang melampaui permukaan, menuju kepada inti kebenaran.

6. Cahaya batin

Pengetahuan yang menerangi hati sehingga memahami kebenaran dengan yakin.

7. Peringatan atau nasihat

Sebuah pesan yang mengingatkan manusia tentang kewajibannya kepada Allah.

8. Kepekaan spiritual

Kemampuan untuk menyadari realitas ilahiah melalui hati.

9. Kebenaran yang nyata

Sesuatu yang tidak lagi diragukan karena jelas dan kuatnya bukti.

10. Pemandu moral

Prinsip atau nilai yang membantu manusia membedakan antara yang baik dan buruk.


Istilah ini disebutkan dalam berbagai konteks di Al-Qur’an, seperti dalam Surah Al-A’raf (7:203) dan Surah Yusuf (12:108), di mana Allah menjelaskan bahwa wahyu itu adalah “baṣā’ir” bagi manusia agar mereka dapat merenungkan kebenaran.


Dalam Al-Qur’an, kata بَصَائِر (baṣā’ir) digunakan untuk merujuk kepada petunjuk, tanda, atau dalil yang membantu manusia memahami kebenaran Allah. Istilah ini sering dikaitkan dengan wahyu, argumen, dan pelajaran yang membuka hati dan pikiran manusia. Berikut beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan kata baṣā’ir beserta maknanya menurut konteksnya:


1. Surah Al-A’raf (7:203)


قُلْ إِنَّمَا أَتَّبِعُ مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ مِنْ رَبِّي ۚ هَـٰذَا بَصَائِرُ مِن رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ


“Katakanlah (Muhammad), ‘Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dari Tuhanku. Ini adalah basā’ir (petunjuk-petunjuk yang nyata) dari Tuhanmu, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.’”

Makna dalam ayat: Wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad adalah basā’ir, yaitu petunjuk yang membuka mata hati, menjadi bukti kebenaran, serta memberikan rahmat bagi orang-orang yang percaya.


2. Surah Yusuf (12:108)

قُلْ هَـٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَـٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Inilah jalanku, aku menyeru kepada Allah di atas basīrah (ilmu atau keyakinan yang jelas), aku dan orang-orang yang mengikutiku. Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.’”

Makna dalam ayat: Basīrah adalah pandangan atau pengetahuan yang mendalam dan berdasarkan keyakinan yang kokoh tentang kebenaran risalah Islam.


3. Surah Al-An’am (6:104)

قَدْ جَآءَكُم بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ عَمِىَ فَعَلَيْهَا ۚ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيْكُم بِحَفِيظٍ

“Sungguh, telah datang kepada kalian basā’ir (pelajaran-pelajaran yang jelas) dari Tuhanmu. Maka barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (terhadap kebenaran itu), maka (ruginya) kembali kepadanya. Aku (Muhammad) bukanlah penjaga kalian.”

Makna dalam ayat: Basā’ir di sini adalah pelajaran, tanda-tanda, atau bukti yang jelas dari Allah yang menunjukkan kebenaran. Mereka yang memahaminya akan mendapat manfaat, sedangkan yang menolak akan rugi.


4. Surah Al-Isra (17:102)

قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَآ أَنزَلَ هَـٰٓؤُلَآءِ إِلَّا رَبُّ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ بَصَآئِرَ ۖ وَإِنِّى لَأَظُنُّكَ يَـٰفِرْعَوْنُ مَثْبُورًا

”(Musa) berkata, ‘Sungguh, engkau (Fir’aun) telah mengetahui bahwa tidak ada yang menurunkan (tanda-tanda itu) kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai basā’ir (bukti-bukti yang jelas), dan aku sungguh menduga engkau, wahai Fir’aun, orang yang akan binasa.’”

Makna dalam ayat: Basā’ir adalah tanda-tanda yang jelas (mukjizat Nabi Musa) yang menunjukkan kekuasaan Allah, tetapi Fir’aun tetap menolaknya.


Makna Umum Basā’ir dalam Al-Qur’an:

1. Tanda-tanda kebenaran: Bukti-bukti yang membimbing manusia kepada Allah.

2. Pencerahan hati: Membuka mata hati agar memahami hikmah Allah.

3. Pelajaran dan hikmah: Mengajarkan manusia untuk merenungi kebesaran Allah.

4. Petunjuk spiritual: Memberikan bimbingan menuju jalan yang benar.


Basā’ir dalam Al-Qur’an tidak hanya berupa bukti fisik seperti mukjizat, tetapi juga berupa wahyu, pelajaran, dan tanda-tanda di alam semesta. Orang-orang yang menggunakan akal dan hati mereka dengan baik akan dapat memahami maknanya.


Berikut adalah tambahan 6 makna basā’ir menurut Al-Qur’an, sehingga totalnya menjadi 10 makna:


5. Kebenaran yang nyata (Truth Made Clear)

Basā’ir adalah kebenaran yang Allah turunkan dalam bentuk wahyu atau tanda-tanda yang sangat jelas, yang tidak memerlukan tafsiran rumit untuk memahaminya. Hal ini disebutkan dalam konteks tanda-tanda kekuasaan Allah yang nyata bagi orang yang mau merenungkan.

وَكَذَٰلِكَ أَنزَلْنَـٰهُ ءَايَـٰتٍۭ بَيِّنَـٰتٍۢ وَأَنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يُرِيدُ

(Surah Al-Hajj: 16)

“Dan demikianlah Kami menurunkan ayat-ayat yang jelas, dan sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.”


6. Cahaya Ilahi (Divine Light)

Basā’ir juga bermakna sebagai cahaya yang diberikan Allah ke dalam hati seseorang sehingga ia bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Dalam konteks ini, basā’ir adalah panduan dari Allah yang memberikan kejelasan dalam hidup.

فَإِنَّمَا يَسَّرْنَـٰهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ ٱلْمُتَّقِينَ وَتُنذِرَ بِهِۦ قَوْمًۭا لُّدًّۭا

(Surah Maryam: 97)

“Sesungguhnya Kami telah memudahkannya (Al-Qur’an) dengan bahasamu (Muhammad) agar engkau memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.”


7. Mukjizat bagi Nabi (Miraculous Signs)

Basā’ir juga merujuk pada mukjizat para nabi yang Allah berikan sebagai bukti atas kerasulan mereka. Mukjizat ini berfungsi untuk memperjelas risalah ilahiah bagi umat manusia.

وَقَالُوا۟ لَوْلَآ أُنزِلَ عَلَيْهِ ءَايَـٰتٌۭ مِّن رَّبِّهِۦ ۖ قُلْ إِنَّمَا ٱلْءَايَـٰتُ عِندَ ٱللَّهِ وَإِنَّمَآ أَنَا۠ نَذِيرٌۭ مُّبِينٌ

(Surah Al-Ankabut: 50)

“Dan mereka berkata, ‘Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda-tanda (mukjizat) dari Tuhannya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya tanda-tanda itu hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas.’”


8. Peringatan bagi Kaum yang Ingkar (Warning to the Disbelievers)

Basā’ir juga bermakna peringatan keras bagi mereka yang menolak kebenaran, terutama kaum yang menyombongkan diri dari menerima wahyu. Tanda-tanda ini menjadi bukti yang tak terbantahkan agar mereka tidak punya alasan untuk mengingkarinya.

هَـٰذَا بَصَآئِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ لِّقَوْمٍۢ يُوقِنُونَ

(Surah Al-Jasiyah: 20)

“Ini adalah basā’ir bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”


9. Hikmah dalam Wahyu (Wisdom in Revelation)

Basā’ir dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa wahyu mengandung hikmah ilahiah yang tak hanya berfungsi sebagai hukum, tetapi juga panduan moral, sosial, dan spiritual. Hal ini mendorong manusia untuk berpikir mendalam.

وَإِذَا قِيلَ لَهُ ٱتَّقِ ٱللَّهَ أَخَذَتْهُ ٱلْعِزَّةُ بِٱلْإِثْمِ ۚ فَحَسْبُهُۥ جَهَنَّمُ ۚ وَلَبِئْسَ ٱلْمِهَادُ

(Surah Al-Baqarah: 206)

“Dan apabila dikatakan kepadanya, ‘Bertakwalah kepada Allah,’ maka kesombongan (yang ada) dalam dirinya membuatnya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Sungguh, (neraka Jahannam) itu seburuk-buruk tempat kembali.”


10. Tuntunan untuk Semua Kaum (Guidance for All Mankind)

Basā’ir juga menggambarkan universalitas pesan Al-Qur’an, yang dirancang untuk semua umat manusia tanpa terkecuali. Sebagai petunjuk universal, Al-Qur’an memuat ajaran yang relevan di setiap zaman dan keadaan.

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْعَـٰلَمِينَ

(Surah At-Takwir: 27)

“Al-Qur’an ini tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam.”


Secara keseluruhan, basā’ir dalam Al-Qur’an memiliki makna yang luas, meliputi:

1. Tanda kebenaran.

2. Cahaya batin.

3. Hikmah dalam wahyu.

4. Mukjizat.

5. Peringatan.

6. Petunjuk untuk kehidupan.


Kata ini menekankan pentingnya memahami ayat-ayat Allah dengan hati yang terbuka dan akal yang mendalam, agar manusia bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran-Nya.


Dalam hadis, istilah “basā’ir” tidak disebutkan secara eksplisit dengan kata yang sama seperti di dalam Al-Qur’an. Namun, konsep basā’ir sebagai petunjuk, pemahaman mendalam, atau pencerahan batin dapat ditemukan dalam banyak riwayat Nabi Muhammad SAW, terutama yang berkaitan dengan hikmah, hidayah, dan pemahaman spiritual. Berikut adalah beberapa makna yang terkait dengan basā’ir dalam hadis:

1. Pemahaman Mendalam sebagai Karunia Allah

Rasulullah SAW menekankan pentingnya pemahaman agama yang mendalam (faqih). Ini sejalan dengan konsep basā’ir sebagai wawasan dan pandangan batin yang diberikan oleh Allah.

“Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan memahamkannya dalam urusan agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Makna: Pemahaman agama (faqih) adalah bentuk basā’ir yang Allah berikan kepada orang yang dikehendaki-Nya, untuk mengenal kebenaran dengan jelas.


2. Hidayah dan Cahaya dalam Hati

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa petunjuk Allah menerangi hati manusia, sehingga mampu membedakan antara yang benar dan yang salah.

“Ketika cahaya (iman) masuk ke dalam hati, maka hati itu akan terbuka dan tenang.” (HR. Ahmad)


Ketika para sahabat bertanya tentang tanda hati yang diterangi cahaya, Nabi menjawab:

“Menjauhkan diri dari dunia yang memperdaya, kembali kepada kehidupan akhirat, dan bersiap untuk kematian sebelum ia datang.”

Makna: Basā’ir dapat dipahami sebagai cahaya ilahi yang menuntun hati menuju kebenaran dan menjauhkan diri dari kebatilan.


3. Tanda-tanda Kebesaran Allah sebagai Pelajaran

Dalam hadis, Rasulullah SAW sering mengarahkan perhatian umat kepada tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, yang sejajar dengan konsep basā’ir sebagai tanda untuk direnungkan.

“Renungkanlah ciptaan Allah, tetapi jangan merenungkan Dzat Allah.” (HR. Abu Nu’aim)

Makna: Merenungkan tanda-tanda Allah di alam semesta dapat menjadi basā’ir, yakni bukti nyata bagi hati dan pikiran yang terbuka.


4. Mukjizat sebagai Basā’ir

Mukjizat Rasulullah, seperti Al-Qur’an dan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, merupakan bentuk basā’ir yang menjadi bukti kerasulan beliau. Rasulullah bersabda:

“Tidak ada seorang nabi pun kecuali dia diberi tanda-tanda yang membuat manusia percaya kepadanya. Dan yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan kepadaku (Al-Qur’an). Maka aku berharap akan memiliki pengikut yang paling banyak di antara mereka pada hari kiamat.”

(HR. Bukhari dan Muslim)


Makna: Wahyu Al-Qur’an adalah basā’ir yang paling jelas, berisi pelajaran, argumen, dan petunjuk ilahiah bagi umat manusia.


5. Nasihat sebagai Basā’ir

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa nasihat yang diberikan dengan ikhlas dapat membuka hati manusia. Hal ini sejalan dengan fungsi basā’ir sebagai pelajaran dan peringatan.

“Agama adalah nasihat.” Para sahabat bertanya, ‘Bagi siapa?’ Nabi menjawab, ‘Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan bagi seluruh umat Muslim.’” (HR. Muslim)


Makna: Nasihat yang bijaksana dan tulus menjadi bentuk basā’ir, membantu seseorang memahami kebenaran dengan jelas.


6. Peringatan tentang Kehidupan Akhirat

Rasulullah SAW sering memberikan peringatan yang mendalam tentang akhirat, yang dapat digolongkan sebagai basā’ir karena membuka mata hati manusia.

“Orang yang cerdas adalah yang menundukkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Dan orang yang bodoh adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.”

(HR. Tirmidzi)


Makna: Peringatan Rasulullah SAW adalah basā’ir yang mengarahkan manusia kepada jalan yang benar dan mempersiapkan diri untuk akhirat.


7. Al-Qur’an sebagai Basā’ir Terbesar

Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman utama bagi umat manusia, yang berfungsi sebagai basā’ir untuk membimbing mereka kepada Allah.

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)


Makna: Al-Qur’an adalah sumber basā’ir, berisi petunjuk yang jelas bagi mereka yang ingin mengenal kebenaran dan mendapatkan hidayah.


8. Keutamaan Ilmu sebagai Basā’ir

Ilmu yang bermanfaat dianggap sebagai salah satu bentuk basā’ir yang diberikan oleh Allah untuk memahami agama dan kehidupan. Rasulullah bersabda:

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)


Makna: Ilmu agama adalah basā’ir yang membantu seseorang berjalan di jalan yang benar menuju Allah.


Kesimpulan ; Hadis-hadis Nabi SAW menunjukkan bahwa basā’ir dapat dimaknai sebagai:

1. Pemahaman mendalam tentang agama.

2. Cahaya iman yang menerangi hati.

3. Mukjizat dan tanda-tanda kebenaran.

4. Nasihat yang tulus.

5. Ilmu yang bermanfaat.

6. Peringatan untuk akhirat.


Konsep ini menekankan pentingnya hati yang terbuka dan akal yang digunakan dengan benar untuk menerima kebenaran dari Allah.


Dalam hadis-hadis Ahlul Bayt (keluarga Nabi Muhammad SAW), konsep basā’ir (بصائر), meskipun tidak selalu disebutkan dengan istilah tersebut, dijelaskan dalam konteks ilmu, cahaya batin, dan petunjuk spiritual. Berikut adalah beberapa penjelasan dari riwayat Ahlul Bayt mengenai makna basā’ir:


1. Ilmu sebagai Cahaya yang Menuntun Hati

Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Ilmu adalah cahaya yang Allah letakkan di dalam hati orang yang dikehendaki-Nya untuk diberi petunjuk.”

(Bihar al-Anwar, jilid 1, hal. 204)


Makna: Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu yang membawa kepada pemahaman mendalam (basā’ir), yang memungkinkan seseorang untuk mengenali kebenaran dengan jelas dan menjalankan agama dengan penuh keyakinan.


2. Hati yang Terbuka untuk Kebenaran

Imam Ali bin Abi Thalib (as) menjelaskan: “Orang yang memiliki pandangan batin (baṣīrah) adalah orang yang tidak dibutakan oleh kenikmatan dunia, dan hatinya tidak lalai dari mengingat akhirat.”

(Nahjul Balaghah, Hikmah 103)


Makna: Baṣīrah adalah kemampuan batin yang tajam untuk melihat kebenaran, yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang menjaga hatinya dari kegelapan hawa nafsu dan dunia.


3. Wahyu dan Ahlul Bayt sebagai Basā’ir

Imam Al-Baqir (as) berkata:

“Kami (Ahlul Bayt) adalah pohon kenabian, tempat turunnya wahyu, sumber ilmu, dan basā’ir bagi umat manusia.”

(Bihar al-Anwar, jilid 23, hal. 221)


Makna: Ahlul Bayt adalah sumber cahaya petunjuk dan pemahaman mendalam yang membantu manusia mengenali jalan yang benar melalui ajaran dan perilaku mereka.


4. Nasihat Sebagai Basā’ir

Imam Ali (as) berkata:

“Nasihat adalah cahaya bagi hati yang tajam dan basā’ir bagi mata hati yang buta.”

(Ghurar al-Hikam, hadis 4799)


Makna: Nasihat yang tulus dari para imam dan pemimpin yang benar dapat membimbing manusia untuk melihat kebenaran yang sebelumnya tertutup.


5. Al-Qur’an sebagai Basā’ir

Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Al-Qur’an adalah cahaya yang menyinari hati dan basā’ir bagi orang yang menggunakannya sebagai petunjuk.”

(Uṣūl al-Kāfī, jilid 2, hal. 599)


Makna: Ahlul Bayt menekankan bahwa Al-Qur’an adalah sumber utama basā’ir, yang memberikan petunjuk ilahi kepada orang-orang yang membaca, memahami, dan mengamalkannya dengan ikhlas.


6. Hikmah dalam Ucapan dan Perbuatan

Imam Ali (as) berkata: “Hikmah adalah basā’ir bagi orang yang berakal dan hidayah bagi orang yang memiliki pemahaman.”

(Nahjul Balaghah, Hikmah 38)


Makna: Hikmah dalam ucapan dan perbuatan adalah bentuk basā’ir yang membantu orang-orang yang menggunakan akalnya untuk memahami kehidupan dan agamanya.


7. Cahaya Hati Orang Beriman

Imam Zainul Abidin (as) menjelaskan: “Cahaya hati seorang mukmin berasal dari ilmu dan amalnya. Orang yang memiliki baṣīrah akan melihat jalan kebenaran dengan jelas dan tidak tertipu oleh kesesatan.”

(Bihar al-Anwar, jilid 78, hal. 84)


Makna: Basā’ir adalah kombinasi antara ilmu, iman, dan amal yang saling melengkapi sehingga seseorang mampu berjalan di jalan yang lurus tanpa keraguan.


8. Ahlul Bayt sebagai Cahaya Bagi Umat

Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Allah memberikan kami (Ahlul Bayt) peran sebagai lentera yang menerangi dan petunjuk bagi mereka yang mencari jalan-Nya. Dengan mengikuti kami, mata hati akan terbuka.”

(Bihar al-Anwar, jilid 25, hal. 117)


Makna: Ahlul Bayt adalah perwujudan basā’ir, yang dengan ilmu dan akhlak mereka, menjadi jalan bagi manusia untuk mengenal Allah dan agama-Nya.


9. Kewaspadaan terhadap Dunia

Imam Ali (as) berkata: “Bersikaplah waspada terhadap dunia, karena dunia ini menipu mata lahiriah, tetapi tidak dapat menipu mata hati yang memiliki basā’ir.”

(Nahjul Balaghah, Khutbah 82)


Makna: Basā’ir membantu seseorang untuk memahami realitas dunia sebagai tempat sementara dan mendorongnya mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.


10. Doa Memohon Basā’ir

Imam Sajjad (as) mengajarkan dalam salah satu doa: “Ya Allah, berikanlah kepadaku basā’ir di dalam agamaku, pemahaman mendalam dalam kebenaran, dan cahaya dalam hatiku.”

(Sahifah Sajjadiyah, Doa 20)


Makna: Basā’ir adalah karunia Allah yang dapat dimohonkan melalui doa, berupa pemahaman mendalam tentang agama dan cahaya dalam hati untuk mengenali kebenaran.


Kesimpulan; Dalam ajaran Ahlul Bayt, basā’ir mencakup:

1. Ilmu dan hikmah: Cahaya yang membimbing manusia kepada kebenaran.

2. Pemahaman mendalam: Baṣīrah adalah kemampuan batin untuk melihat hakikat sesuatu.

3. Ahlul Bayt: Sebagai sumber utama petunjuk dan pemahaman spiritual.

4. Nasihat dan peringatan: Membantu membuka mata hati.

5. Cahaya Al-Qur’an: Sebagai basā’ir utama bagi umat manusia.


Hadis-hadis Ahlul Bayt menegaskan pentingnya hati yang bersih, akal yang digunakan dengan benar, dan hubungan dengan Ahlul Bayt untuk memperoleh basā’ir yang sejati.


Menurut mufassir (ahli tafsir) dalam tradisi Islam, basā’ir umumnya merujuk pada pemahaman yang mendalam tentang wahyu Allah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dalam konteks ini, basā’ir adalah cahaya spiritual yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya untuk membuka mata hati mereka, memungkinkan mereka melihat kebenaran yang lebih dalam dari sekadar pemahaman lahiriah.


Berikut adalah beberapa pandangan para mufassir mengenai basā’ir berdasarkan penafsiran mereka terhadap ayat-ayat Al-Qur’an:


1. Basā’ir sebagai Cahaya Petunjuk dalam Al-Qur’an

Dalam tafsir Al-Qur’an, basā’ir sering dijelaskan sebagai cahaya petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Ini terkait erat dengan pengertian wahyu yang turun kepada nabi dan rasul-Nya.


“Basā’ir adalah cahaya yang datang dari Allah untuk menunjukkan jalan yang benar. Mereka yang menerima basā’ir akan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang hakikat hidup.”

(Tafsir al-Tabari, tafsir surah Al-Baqarah: 259)


Makna: Basā’ir dalam pengertian ini merujuk pada pengetahuan yang datang langsung dari Allah untuk memberi petunjuk kepada umat manusia mengenai jalan yang benar.


2. Penglihatan Batini yang Diberikan oleh Allah

Menurut al-Qurtubi dalam tafsirnya, basā’ir bisa juga dimaknai sebagai penglihatan batin yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang memiliki keimanan yang kuat. Penglihatan batin ini memungkinkan seseorang untuk melihat kebenaran spiritual yang tidak tampak oleh mata lahiriah.


“Basā’ir adalah pencerahan yang memungkinkan seseorang melihat kebenaran yang tersembunyi dari pandangan fisik. Ini adalah pemberian Allah untuk orang-orang yang beriman.”

(Tafsir al-Qurtubi, Tafsir surah Al-Baqarah: 74)


Makna: Basā’ir di sini lebih mengarah pada pemahaman spiritual yang hanya bisa diperoleh oleh orang yang memiliki hati yang terbuka dan penuh keimanan.


3. Basā’ir sebagai Bukti Kebenaran Wahyu

Para mufassir juga mengaitkan basā’ir dengan bukti-bukti kebenaran wahyu Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir al-Razi, basā’ir dianggap sebagai petunjuk yang jelas mengenai kebenaran wahyu, yang membimbing umat untuk melihat hakikat agama secara jernih.


“Basā’ir adalah bukti-bukti yang menunjukkan kebenaran wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul. Ini adalah bentuk penjelasan dari Allah tentang kebenaran agama-Nya.”

(Tafsir al-Razi, Tafsir surah Al-Ma’idah: 15)


Makna: Dalam konteks ini, basā’ir adalah bukti atau tanda yang memperlihatkan kebenaran wahyu dan agama Islam.


4. Pemahaman yang Membedakan antara Kebenaran dan Kebatilan

Dalam tafsir al-Baghawi, basā’ir diartikan sebagai kemampuan untuk membedakan antara kebenaran (haqq) dan kebatilan (batil), terutama dalam konteks ajaran agama.


“Basā’ir adalah kemampuan untuk membedakan yang haq dan yang batil, yang datang dari Allah sebagai pengetahuan batin yang mendalam.”

(Tafsir al-Baghawi, Tafsir surah Al-A’raf: 179)


Makna: Basā’ir di sini berfungsi sebagai pencerahan batin yang membantu seorang mukmin untuk memahami kebenaran agama dan membedakannya dari kesesatan.


5. Basā’ir sebagai Alat untuk Memahami Ayat-ayat Allah

Menurut al-Samarqandi dalam tafsirnya, basā’ir adalah alat yang diberikan oleh Allah untuk memahami ayat-ayat-Nya dengan lebih dalam, baik dalam konteks hukum (syari’ah) maupun hikmah spiritual.


“Basā’ir adalah alat bagi orang-orang beriman untuk memahami dan meresapi setiap ayat Al-Qur’an, sehingga mereka dapat mengambil pelajaran yang dalam dari wahyu Allah.”

(Tafsir al-Samarqandi, Tafsir surah Yunus: 12)


Makna: Dalam tafsir ini, basā’ir adalah kemampuan untuk memahami dan menghayati wahyu Allah dengan hati yang murni, serta menerapkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.


6. Basā’ir sebagai Pengetahuan yang Melampaui Duniawi

Basā’ir juga dilihat oleh mufassir sebagai bentuk pengetahuan yang melampaui pemahaman duniawi. Pengetahuan ini hanya bisa dicapai melalui kedekatan dengan Allah dan keterbukaan hati.


“Basā’ir adalah pengetahuan yang melampaui batas pengetahuan duniawi. Ini adalah pencerahan dari Allah yang diberikan kepada orang yang memiliki hati yang bersih.”

(Tafsir al-Maturidi, Tafsir surah Al-Nahl: 44)


Makna: Basā’ir di sini adalah bentuk pemahaman yang lebih tinggi yang hanya bisa dicapai melalui penyucian batin dan kedekatan dengan Allah.


7. Basā’ir sebagai Wawasan yang Membuka Mata Hati

Dalam tafsir al-Shanqiti, basā’ir dijelaskan sebagai wawasan atau pencerahan yang membuka mata hati seseorang untuk melihat kebenaran yang tersembunyi. Ini bukan sekadar melihat dengan mata fisik, tetapi dengan hati yang bersih dan siap untuk menerima wahyu.


“Basā’ir adalah pencerahan yang membuka mata hati, yang dengan itu seorang hamba dapat memahami hakikat kehidupan dan kebenaran yang tersembunyi di balik dunia yang tampak.” (Tafsir al-Shanqiti, Tafsir surah Al-Isra: 9)


Makna: Basā’ir memberikan pemahaman spiritual yang memungkinkan seseorang melihat dunia dan agama dengan cara yang lebih mendalam, melalui penglihatan batin.


Kesimpulan; Menurut para mufassir, basā’ir adalah:

1. Cahaya petunjuk dari Allah untuk membimbing umat kepada kebenaran.

2. Penglihatan batin yang memungkinkan seseorang untuk memahami wahyu Ilahi dan membedakan antara kebenaran dan kesesatan.

3. Pengetahuan batin yang melampaui pemahaman duniawi dan memungkinkan seseorang melihat hakikat dunia dan agama.

4. Alat untuk memahami Al-Qur’an dengan lebih mendalam, melalui hati yang terbuka dan iman yang kuat.

5. Pencerahan spiritual yang membuka mata hati untuk melihat kebenaran yang tersembunyi.


Secara keseluruhan, basā’ir dalam tafsir adalah pencerahan yang diberikan oleh Allah untuk memungkinkan seseorang memahami kebenaran yang lebih dalam tentang wahyu, hakikat kehidupan, dan agama.


Dalam perspektif mufassir Syiah, basā’ir sering diartikan sebagai pencerahan batin atau pengetahuan batin yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang memiliki hati yang bersih dan kesadaran spiritual yang tinggi. Berbeda dengan pandangan mufassir dari mazhab Sunni, dalam tafsir Syiah, basā’ir memiliki kaitan erat dengan Imam dan Ahlul Bayt, yang dianggap sebagai sumber pengetahuan hakiki dan petunjuk Ilahi. Dalam pandangan ini, basā’ir juga merujuk pada kemampuan untuk melihat kebenaran yang lebih dalam yang hanya dapat dicapai dengan ma’rifat (pengetahuan batin) yang diperoleh melalui petunjuk dari Imam.


Berikut adalah beberapa pandangan mufassir Syiah mengenai basā’ir:


1. Basā’ir sebagai Pencerahan yang Diberikan kepada Orang yang Beriman


Dalam tafsir al-Tabarsi (al-Majma’ al-Bayan), basā’ir disebut sebagai cahaya yang diberikan kepada orang-orang beriman untuk memudahkan mereka memahami wahyu dan kebenaran Ilahi. Pencerahan ini hanya dapat diterima oleh mereka yang memiliki hati yang bersih dan jiwa yang tulus.


“Basā’ir adalah pencerahan yang diberikan oleh Allah kepada mereka yang memiliki keimanan yang kuat, yang dengan itu mereka dapat memahami hakikat wahyu dan ajaran agama secara mendalam.”

(al-Majma’ al-Bayan, Tafsir surah Al-Baqarah: 74)


Makna: Basā’ir adalah pengetahuan yang mendalam dan pencerahan yang datang dari Allah untuk orang-orang beriman, membuka mereka untuk memahami kebenaran agama.


2. Basā’ir sebagai Pengetahuan yang Diberikan Melalui Imam Ahlul Bayt


Dalam tradisi Syiah, basā’ir sering kali dikaitkan dengan ma’rifat yang diberikan melalui Imam Ahlul Bayt. Mufassir Syiah seperti al-Kaf’ami dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pengetahuan hakiki tentang wahyu dan ajaran Islam hanya bisa didapatkan dengan bimbingan dari Imam yang diangkat oleh Allah, yang merupakan pemegang basā’ir.


“Basā’ir adalah pengetahuan yang datang melalui Imam, karena mereka adalah pewaris pengetahuan Ilahi yang mampu memberikan petunjuk kepada umat.”

(al-Kaf’ami, al-Balad al-amin)


Makna: Basā’ir dalam konteks ini adalah pengetahuan batin yang diberikan kepada umat melalui para Imam, yang berfungsi sebagai pemimpin spiritual dan sumber petunjuk Ilahi.


3. Basā’ir sebagai Cahaya yang Mengungkapkan Kebenaran

Menurut al-Tustari, seorang mufassir Syiah, basā’ir adalah cahaya spiritual yang memungkinkan seseorang melihat kebenaran yang tersembunyi dalam kehidupan ini. Hal ini lebih dari sekadar pemahaman intelektual, tetapi pemahaman yang melibatkan pencerahan hati dan batin.


“Basā’ir adalah cahaya yang mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi dalam wahyu Allah dan ciptaan-Nya, yang hanya dapat dilihat oleh mereka yang memiliki hati yang bersih.”

(al-Tustari, Tafsir surah Al-A’raf: 179)


Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat kebenaran yang tersembunyi di balik dunia fisik, dan hanya orang yang memiliki kesucian hati yang dapat menerima pencerahan ini.


4. Basā’ir sebagai Penglihatan Batin yang Membedakan Kebenaran dan Kesalahan

al-Fayyad dalam tafsirnya juga mengartikan basā’ir sebagai kemampuan batin untuk membedakan antara kebenaran (haqq) dan kesalahan (batil). Dalam pandangan ini, basā’ir memberi petunjuk untuk menghindari kesesatan dan mengarahkan seseorang ke jalan yang benar.


“Basā’ir adalah penglihatan batin yang membedakan antara yang haq dan yang batil, antara jalan yang benar dan jalan yang salah.”

(al-Fayyad, Tafsir surah Al-Isra: 9)


Makna: Basā’ir adalah pencerahan batin yang memungkinkan seseorang untuk memahami perbedaan antara kebenaran dan kebatilan, dan memberikan arah yang jelas dalam kehidupan spiritual.


5. Basā’ir sebagai Wawasan untuk Memahami Kehidupan Akhirat

al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar menjelaskan bahwa basā’ir juga mencakup pemahaman mendalam tentang kehidupan akhirat, yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang memiliki pandangan batin yang tajam dan kedekatan dengan Allah.


“Basā’ir memberikan wawasan yang mendalam tentang kehidupan akhirat, yang membantu seorang mukmin mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal.”

(Bihar al-Anwar, jilid 23, hal. 221)


Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk memahami hakikat kehidupan setelah mati dan persiapan yang diperlukan untuk kehidupan yang abadi di akhirat.


6. Basā’ir sebagai Pemahaman yang Melampaui Duniawi

Mufassir Syiah seperti al-Tustari menekankan bahwa basā’ir membawa seseorang untuk memahami kebenaran yang melampaui duniawi. Hal ini mencakup pemahaman tentang hakikat Tuhan, penciptaan, dan tujuan kehidupan yang lebih tinggi.


“Basā’ir adalah pemahaman yang melampaui duniawi, yang membawa seseorang untuk melihat dan memahami hakikat Tuhan serta tujuan penciptaan ini.”

(al-Tustari, Tafsir surah Al-Baqarah: 2)


Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat dan memahami realitas yang lebih tinggi, yang melampaui batasan dunia ini dan mengarah pada pemahaman hakiki tentang Tuhan dan kehidupan.


Kesimpulan ; Menurut para mufassir Syiah, basā’ir adalah:

1. Pencerahan yang diberikan oleh Allah kepada orang yang beriman untuk memahami kebenaran agama.

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui Imam Ahlul Bayt, yang merupakan sumber utama petunjuk Ilahi.

3. Cahaya spiritual yang memungkinkan seseorang untuk melihat kebenaran yang tersembunyi di balik dunia fisik.

4. Penglihatan batin yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan.

5. Wawasan tentang kehidupan akhirat, yang mengarahkan seseorang untuk mempersiapkan kehidupan yang kekal.

6. Pemahaman yang melampaui duniawi, yang mengarah pada pengetahuan tentang hakikat Tuhan dan tujuan penciptaan.


Secara keseluruhan, basā’ir dalam tafsir Syiah adalah pengetahuan batin yang diberikan oleh Allah melalui wahyu dan bimbingan Imam Ahlul Bayt, yang membuka mata hati umat untuk memahami kebenaran hakiki dan menjalani hidup yang sesuai dengan petunjuk Ilahi.


Dalam tradisi makrifat dan hakikat, basā’ir memiliki makna yang lebih dalam, yang berkaitan dengan pemahaman spiritual dan kesadaran batin tentang realitas yang lebih tinggi. Ahli makrifat, yang sering disebut sebagai ahli tasawuf atau sufi, memandang basā’ir sebagai pencerahan batin yang datang dari Allah, yang memungkinkan seorang individu untuk melihat kebenaran sejati di luar dunia material. Berikut adalah penjelasan mengenai basā’ir menurut para ahli makrifat dan hakikat:


1. Pandangan Batin yang Jernih

Para ahli makrifat melihat basā’ir sebagai kemampuan batin untuk melihat kebenaran yang tersembunyi di balik fenomena duniawi. Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat dengan hati, bukan hanya dengan mata fisik, dan merupakan tanda dari kedalaman pemahaman spiritual yang melampaui pengetahuan biasa.


“Basā’ir adalah cahaya yang Allah berikan kepada hati yang bersih, yang membolehkan seorang hamba untuk melihat yang ghaib dan memahami hakikat sesuatu.”

(Ibn Arabi, dalam Fusus al-Hikam)


Makna: Basā’ir di sini mengacu pada penglihatan batin yang membimbing individu untuk mengenali Tuhan, diri mereka sendiri, dan hakikat kehidupan.


2. Penglihatan Tuhan dalam Segala Sesuatu

Menurut para ahli makrifat, basā’ir adalah penglihatan batin yang memungkinkan seseorang untuk melihat tanda-tanda Tuhan di segala aspek kehidupan, bahkan dalam setiap ciptaan-Nya.


“Mata fisik dapat melihat dunia material, tetapi mata batin (basā’ir) hanya dapat melihat Tuhan dalam segala ciptaan-Nya.”

(Jalaluddin Rumi, dalam Mathnawi)


Makna: Dalam konteks ini, basā’ir bukan hanya pemahaman tentang dunia luar, tetapi juga penglihatan terhadap realitas Ilahi yang ada dalam segala ciptaan-Nya.


3. Makrifat: Pengetahuan yang Melampaui Akal

Basā’ir juga berkaitan dengan makrifat—pengetahuan langsung tentang Tuhan yang tidak bisa dicapai melalui logika atau pemikiran rasional biasa.


“Makrifat adalah pengetahuan yang diterima oleh hati melalui pencerahan Ilahi, bukan hanya sekadar akal atau indera.”

(Al-Ghazali, dalam Ihya’ Ulum al-Din)


Makna: Basā’ir di sini adalah bentuk pemahaman yang melampaui batas rasio dan indra, yang hanya bisa didapatkan melalui pengalaman spiritual dan kedekatan dengan Tuhan.


4. Cahaya Allah dalam Hati

Ahli hakikat menggambarkan basā’ir sebagai cahaya Ilahi yang Allah tanamkan dalam hati seorang salik (pejalan spiritual). Cahaya ini membimbingnya untuk melihat realitas yang tidak tampak oleh kebanyakan orang.


“Basā’ir adalah cahaya yang Allah tanamkan di dalam hati seorang hamba yang menjadikan dirinya bersih dari noda duniawi dan batin yang tertutup.”

(Ibn Arabi, dalam Fusus al-Hikam)


Makna: Basā’ir merupakan cahaya yang menuntun seseorang untuk melihat kebenaran yang tersembunyi di balik fenomena duniawi dan menuju pengenalan yang lebih dalam tentang Tuhan.


5. Pembedaan antara Kebenaran dan Kebatilan

Para ahli makrifat juga menjelaskan bahwa basā’ir memungkinkan seseorang untuk membedakan antara kebenaran (haqq) dan kebatilan (batil) dengan cara yang mendalam, tanpa dipengaruhi oleh hawa nafsu dan ego.


“Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat kebenaran dalam segala keadaan dan situasi, meskipun banyak orang terperdaya oleh penampilan duniawi.”

(Imam Ali bin Abi Talib, dalam Nahjul Balaghah)


Makna: Dengan basā’ir, seorang individu mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah dengan pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya berdasarkan penilaian lahiriah.


6. Proses Penyucian Hati dan Pembukaan Mata Batin

Ahli tasawuf percaya bahwa basā’ir hanya dapat dicapai melalui proses penyucian hati dan pembukaan mata batin, yang dimulai dengan taubat, zikir, dan perenungan.


“Penyucian hati adalah kunci untuk membuka basā’ir, karena hati yang bersih dapat melihat dengan jelas kebenaran yang tidak terlihat oleh mata fisik.”

(Ibn al-Qayyim, dalam Madarij al-Salikin)


Makna: Untuk memperoleh basā’ir, seseorang harus melalui jalan spiritual yang panjang dan penuh ujian, yaitu dengan menyucikan hati dari segala kekotoran dan keinginan duniawi.


7. Memandang Dunia dengan Pandangan Tuhan

Menurut para ahli hakikat, basā’ir memungkinkan seorang hamba untuk melihat dunia dengan pandangan Tuhan, yang artinya melihat segala sesuatu sebagai bagian dari ciptaan Tuhan dan memahami setiap kejadian sebagai bagian dari takdir-Nya.


“Ketika seseorang memiliki basā’ir, dia akan melihat dunia ini tidak lebih dari sebuah cermin yang memantulkan cahaya Ilahi.”

(Ibn Arabi, dalam Fusus al-Hikam)


Makna: Basā’ir adalah pandangan yang lebih tinggi, melihat setiap kejadian sebagai bagian dari rencana Ilahi yang lebih besar.


8. Hakikat dan Kebenaran dalam Segala Sesuatu

Bagi ahli hakikat, basā’ir adalah kemampuan untuk melihat hakikat di balik setiap peristiwa dan ciptaan. Ini adalah wawasan batin yang menunjukkan bahwa segala sesuatu di dunia ini hanya tampak sebagai ilusi yang menyembunyikan kebenaran hakiki.


“Semua yang tampak di dunia ini hanyalah bayangan. Hanya dengan basā’ir, seseorang dapat melihat hakikat yang tersembunyi di baliknya.” Rumi, dalam Divan-i Kabir)


Makna: Basā’ir memberikan kemampuan untuk memahami bahwa dunia material ini bukanlah kenyataan sejati; ia hanya bayangan dari kenyataan yang lebih tinggi, yang hanya bisa dilihat dengan hati yang tercerahkan.


Kesimpulan; Bagi ahli makrifat dan ahli hakikat, basā’ir adalah:

1. Pencerahan batin yang memungkinkan seseorang melihat kebenaran lebih dalam dari yang tampak di permukaan.

2. Cahaya Ilahi yang membimbing hati untuk memahami hakikat segala sesuatu.

3. Pembedaan antara kebenaran dan kebatilan dengan pandangan yang lebih tinggi.

4. Pengetahuan langsung tentang Tuhan, yang melampaui akal dan indra.

5. Proses penyucian hati untuk membuka mata batin dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang realitas ilahiah.


Dengan demikian, basā’ir menurut ahli makrifat adalah jalan menuju pengenalan diri, pemahaman tentang Tuhan, dan kesadaran penuh akan kebenaran yang lebih tinggi.


Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, basā’ir merujuk pada pemahaman yang mendalam tentang kebenaran Ilahi, yang melibatkan kesadaran batin tentang hakikat diri, Allah, dan alam semesta. Konsep ini sangat penting dalam ajaran Syiah, terutama dalam konteks ma’rifat (pengetahuan batin) yang diberikan melalui para Imam Ahlul Bayt. Para ahli hakikat Syiah percaya bahwa basā’ir adalah cahaya yang Allah anugerahkan kepada hati orang-orang yang ikhlas dan tulus dalam mencari kebenaran.


Berikut adalah beberapa pemahaman tentang basā’ir menurut ahli hakikat Syiah:


1. Cahaya Ilahi yang Menerangi Hati

Para ahli hakikat Syiah menganggap basā’ir sebagai cahaya Ilahi yang menerangi hati seorang mukmin. Ini adalah bentuk pengetahuan yang hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang memiliki kesucian hati dan kesungguhan dalam mencari kebenaran.


“Basā’ir adalah cahaya yang diturunkan Allah ke dalam hati hamba-Nya yang ikhlas, yang dengan cahaya ini mereka dapat melihat kebenaran yang tersembunyi di balik dunia yang tampak.”

(Al-Kafi, jilid 1, hal. 402)


Makna: Basā’ir adalah bentuk pencerahan yang hanya diberikan kepada mereka yang memiliki hati yang bersih dan siap untuk menerima ilmu yang lebih dalam tentang Tuhan.


2. Pengenalan Allah Melalui Imam

Dalam ajaran Syiah, basā’ir tidak hanya berupa pengetahuan umum tentang Allah atau agama, tetapi juga pengenalan yang mendalam tentang Imam sebagai pemimpin yang diangkat oleh Allah untuk memberikan petunjuk spiritual. Imam Ali bin Abi Talib (as) menjelaskan:

“Sesungguhnya kami (Ahlul Bayt) adalah pintu-pintu petunjuk dan kami adalah cahaya yang diberikan kepada umat untuk mencapai kebenaran.”

(Nahjul Balaghah, Khutbah 147)


Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk mengenali kebenaran melalui pengajaran Imam, yang merupakan sumber utama petunjuk Ilahi bagi umat.


3. Hakikat Tuhan yang Terselubung

Ahli hakikat Syiah sering mengaitkan basā’ir dengan pengenalan terhadap hakikat Tuhan, yang tidak dapat dilihat dengan mata lahiriah, tetapi hanya dapat dipahami dengan mata batin yang terbuka. Dalam pandangan ini, dunia fisik hanyalah simbol dari kenyataan yang lebih tinggi.


“Dunia ini hanyalah bayangan dari Tuhan, dan hanya dengan basā’ir seseorang dapat melihat hakikat yang tersembunyi di balik segala ciptaan.”

(Ibn Arabi, dalam Fusus al-Hikam)


Makna: Basā’ir mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan dan hakikat alam semesta yang tidak tampak oleh mata fisik.


4. Penerimaan Ilmu yang Langsung dari Imam

Imam Ja’far ash-Shadiq (as) menjelaskan bahwa basā’ir adalah ilmu yang datang langsung dari Allah melalui Imam. Hal ini mencerminkan konsep ma’rifat yang hanya bisa dicapai melalui kedekatan dengan Imam dan Ahlul Bayt.


“Ilmu yang benar adalah ilmu yang datang dari Allah melalui wahyu dan melalui kami (Ahlul Bayt), karena kami adalah sumber dari basā’ir bagi umat manusia.”

(Bihar al-Anwar, jilid 23, hal. 221)


Makna: Basā’ir adalah ilmu batin yang mengarah pada pengenalan langsung terhadap kebenaran, yang diajarkan oleh Imam sebagai perwujudan petunjuk Ilahi.


5. Kesadaran Batin yang Menembus Kebenaran

Menurut ahli hakikat Syiah, basā’ir adalah kemampuan batin untuk menembus tirai-tirai duniawi dan melihat kebenaran yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan konsep wilayah dalam Syiah, di mana Imam dan Ahlul Bayt memiliki kedudukan yang sangat penting dalam memberikan pengetahuan dan petunjuk kepada umat.


“Bukan semua orang dapat melihat dengan mata batin. Hanya mereka yang memiliki basā’ir yang mampu melihat kebenaran di balik dunia yang tampak.”

(Al-Kafi, jilid 1, hal. 374)


Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat realitas yang lebih tinggi, yang hanya dapat diperoleh melalui penyucian batin dan kedekatan dengan Imam.


6. Pemahaman Tentang Kemanusiaan dan Akhirat

Basā’ir juga mengacu pada pemahaman tentang hakikat kehidupan manusia dan tujuan akhir manusia, yaitu kembali kepada Allah. Hal ini mencakup pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan akhirat, kematian, dan kehidupan sesudah mati.


“Mereka yang memiliki basā’ir akan memahami bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan sementara dan bahwa kehidupan yang abadi adalah kehidupan akhirat.”

(Bihar al-Anwar, jilid 75, hal. 33)


Makna: Basā’ir membantu individu untuk menyadari tujuan utama dalam hidup ini, yaitu untuk mengenal Allah dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal di akhirat.


7. Tanda-tanda Ilahi dalam Setiap Kehidupan

Imam Ali (as) mengajarkan bahwa basā’ir membimbing seorang mukmin untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah di mana saja, baik dalam diri mereka sendiri, ciptaan-Nya, maupun dalam setiap peristiwa yang terjadi.


“Lihatlah dengan mata hatimu, dan kamu akan melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan di setiap ciptaan-Nya.”(Nahjul Balaghah, Khutbah 92)


Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan dalam segala aspek kehidupan, menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah manifestasi dari kekuasaan-Nya.


8. Kehidupan yang Seimbang antara Dunia dan Akhirat

Para ahli hakikat Syiah menekankan bahwa basā’ir juga mengarahkan seseorang untuk memiliki pandangan yang seimbang antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Seorang yang memiliki basā’ir akan mengerti bahwa meskipun dunia ini penting, tujuan akhirnya adalah untuk mencapai kedekatan dengan Allah.

“Orang yang memiliki basā’ir tidak akan terlena oleh dunia, tetapi akan selalu mengingat tujuan akhirat yang lebih abadi.”(Al-Kafi, jilid 2, hal. 297)


Makna: Basā’ir memberi pemahaman yang jelas tentang pentingnya keseimbangan antara urusan duniawi dan ukhrawi, dengan fokus utama pada kehidupan yang kekal.


Kesimpulan; Menurut ahli hakikat Syiah, basā’ir adalah:

1. Cahaya Ilahi yang membimbing seseorang untuk melihat kebenaran yang lebih dalam.

2. Pengenalan Tuhan dan Imam sebagai sumber petunjuk Ilahi yang membawa umat kepada kebenaran.

3. Pengetahuan batin yang melampaui pemahaman lahiriah dan membawa kepada pemahaman hakiki tentang Tuhan dan ciptaan-Nya.

4. Penyucian hati yang memungkinkan penglihatan batin untuk memahami kebenaran yang tersembunyi.

5. Pemahaman tentang kehidupan dunia dan akhirat yang memberikan perspektif yang lebih tinggi tentang tujuan hidup manusia.

Dengan basā’ir, seorang mukmin dapat melihat dunia dengan pandangan yang lebih dalam dan spiritual, memahami hakikat kehidupan, dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Allah dan Ahlul Bayt.


Dalam tradisi Syiah, basā’ir sering kali dikaitkan dengan pencerahan spiritual yang datang dari Allah, yang membantu seseorang untuk mencapai pemahaman hakiki tentang agama, kebenaran, dan kehidupan akhirat. Beberapa kisah dan cerita dalam sejarah Islam, terutama yang melibatkan para Imam Ahlul Bayt, sering dijadikan contoh tentang bagaimana basā’ir atau pencerahan batin ini diberikan kepada orang-orang beriman.


Berikut adalah beberapa kisah yang terkait dengan basā’ir dalam tradisi Syiah:


1, Imam Ali dan Keterbukaan Mata Hati

Imam Ali (a.s.) terkenal dengan wawasan spiritual yang dalam dan sering kali dianggap sebagai sumber basā’ir bagi umat Islam. Salah satu kisah yang menggambarkan hal ini adalah saat beliau berbicara tentang “mata hati” (al-‘ayn al-qalb) dalam banyak khutbahnya. Beliau sering mengatakan bahwa ada dua mata: satu untuk melihat dunia fisik dan yang lainnya adalah “mata hati” yang melihat kebenaran batin. Sebuah kisah terkenal dalam Nahj al-Balagha (kumpulan khutbah dan surat Imam Ali) menggambarkan hal ini. Kisah: Suatu ketika, seorang sahabat bertanya kepada Imam Ali tentang arti basā’ir dan bagaimana seseorang dapat melihat kebenaran yang tersembunyi. Imam Ali menjawab, “Ada dua mata: satu melihat dengan fisik dan satu lagi melihat dengan hati. Mata fisik hanya melihat apa yang tampak, tetapi mata hati melihat yang tidak tampak oleh pandangan fisik. Dengan mata hati, kita bisa melihat hakikat kehidupan dan kebenaran Ilahi.”


Makna: Dalam kisah ini, basā’ir adalah kemampuan untuk melihat kebenaran yang lebih dalam dengan “mata hati” yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang memiliki pemahaman spiritual yang mendalam.


2, Kisah Imam Ali dan Ibn Muljam: Ujian Basā’ir

Imam Ali (a.s.) juga dikenal dengan pencerahannya yang dapat menembus ke dalam niat seseorang. Salah satu kisah terkenal adalah bagaimana Imam Ali tahu bahwa ia akan dibunuh oleh Ibn Muljam, seorang dari kelompok Khawarij yang berusaha membunuhnya. Sebelum peristiwa itu, Imam Ali melihat dengan basā’ir bahwa dia akan jatuh pada tangan Ibn Muljam. Bahkan saat akan berangkat ke masjid untuk salat subuh, Imam Ali (a.s.) sudah tahu bahwa ia akan terluka dan dibunuh oleh Ibn Muljam.

Kisah: Imam Ali mengatakan kepada para sahabatnya sebelum pergi ke masjid, “Hari ini saya akan dibunuh oleh Ibn Muljam. Saya akan meninggal di tangan seorang yang mengaku beragama Islam, tetapi hatinya penuh dengan kebencian.” Imam Ali tahu dengan sangat pasti bahwa ujian ini adalah bagian dari takdir Ilahi. Pencerahan batin yang beliau miliki, atau basā’ir, memungkinkan beliau melihat kenyataan ini lebih dulu.

Makna: Kisah ini menunjukkan bahwa basā’ir bukan hanya tentang memahami wahyu atau kebenaran agama, tetapi juga kemampuan untuk melihat takdir dan realitas kehidupan dengan wawasan batin yang lebih dalam.


3, Kisah Imam Ja’far al-Sadiq dan Pencerahan dalam Pemahaman Ilmu

Imam Ja’far al-Sadiq (a.s.), salah satu Imam Syiah yang paling terkenal, dikenal memiliki pengetahuan yang mendalam dan basā’ir yang luar biasa. Beliau memiliki wawasan batin tentang berbagai ilmu, termasuk tafsir Al-Qur’an, fiqh, dan ilmu-ilmu lainnya. Salah satu kisah yang terkenal adalah bagaimana Imam Ja’far al-Sadiq mengajarkan kepada para muridnya tentang basā’ir sebagai cara untuk memahami wahyu dan hakikat Ilahi.

Kisah: Suatu ketika, seorang murid bertanya kepada Imam Ja’far al-Sadiq mengenai bagaimana cara untuk memperoleh basā’ir. Imam Ja’far menjawab, “Basā’ir diperoleh dengan menyucikan hati dan memperbaiki niat. Orang yang memiliki hati yang penuh dengan ketulusan dan keikhlasan akan diberikan basā’ir oleh Allah, yang memungkinkan mereka memahami wahyu-Nya dengan cara yang lebih mendalam dan melampaui pengetahuan lahiriah.”


Makna: Kisah ini menggambarkan bahwa basā’ir dapat diperoleh melalui penyucian hati dan memperbaiki niat, sehingga seseorang dapat memahami kebenaran Ilahi dengan cara yang lebih dalam dan tidak terbatas pada pengetahuan duniawi saja.


4, Kisah Imam al-Mahdi (a.s.) dan Pencerahan Masa Depan

Dalam pandangan Syiah, Imam al-Mahdi (a.s.) adalah Imam terakhir yang akan datang sebagai pemimpin yang adil di akhir zaman. Beberapa tradisi menceritakan bahwa Imam al-Mahdi memiliki basā’ir yang sangat dalam, yang memungkinkan beliau melihat segala sesuatu yang terjadi di dunia ini meskipun beliau tidak tampak secara fisik. Banyak kisah yang menceritakan bahwa Imam al-Mahdi melihat dan mengetahui apa yang terjadi di seluruh dunia, bahkan sebelum hal itu terjadi, karena basā’ir yang diberikan oleh Allah.

Kisah: Dalam beberapa riwayat, Imam al-Mahdi (a.s.) berkata kepada para pengikutnya, “Aku melihat dan mengetahui apa yang kalian lakukan, meskipun aku tidak berada di antara kalian secara fisik. Allah telah memberiku basā’ir yang memungkinkan aku mengetahui semua yang terjadi di dunia ini.”


Makna: Kisah ini menunjukkan bahwa basā’ir juga memungkinkan seseorang untuk melihat kenyataan yang lebih besar dan melampaui waktu dan ruang, sebuah kemampuan yang hanya diberikan oleh Allah kepada orang-orang terpilih, seperti Imam al-Mahdi (a.s.).


Kesimpulan; Dalam tradisi Syiah, basā’ir tidak hanya melibatkan pemahaman intelektual semata, tetapi juga pencerahan batin yang datang melalui kedekatan dengan Allah dan melalui bimbingan para Imam Ahlul Bayt. Kisah-kisah tentang Imam Ali, Imam Ja’far al-Sadiq, dan Imam al-Mahdi (a.s.) menunjukkan bagaimana basā’ir memberikan wawasan yang mendalam mengenai wahyu, takdir, dan kebenaran Ilahi.


Berikut adalah tambahan lima kisah yang menggambarkan basā’ir dalam tradisi Syiah, yang menekankan pencerahan batin dan pemahaman hakiki yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang beriman dan para Imam:


5, Kisah Imam Ali dan “Tiga Mata”

Imam Ali (a.s.) dikenal sebagai sosok yang memiliki wawasan spiritual yang mendalam. Dalam banyak kesempatan, beliau menjelaskan konsep tentang “tiga mata” yang menggambarkan kemampuan untuk melihat kebenaran yang lebih tinggi. Kisah ini sering digunakan untuk mengajarkan pentingnya basā’ir dalam memahami wahyu dan kehidupan.

Kisah: Imam Ali (a.s.) berkata kepada para sahabatnya, “Ada tiga mata dalam diri manusia: 

satu mata yang melihat dunia fisik, satu mata yang melihat kebenaran dalam hati, dan 

satu lagi yang melihat kebenaran Ilahi.” 


Para sahabat bertanya, “Bagaimana cara untuk melihat dengan mata ketiga ini?” Imam Ali menjawab, “Dengan membersihkan hati dari penyakit-penyakit batin, dan mengarahkan niat hanya kepada Allah, maka mata ketiga akan dibuka, dan kalian akan melihat kebenaran yang tidak tampak oleh mata biasa.”


Makna: Dalam kisah ini, basā’ir adalah pencerahan batin yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki hati yang bersih dan niat yang tulus, memungkinkan mereka untuk melihat kebenaran yang lebih tinggi yang tidak bisa dijangkau oleh pandangan fisik biasa.


6, Kisah Imam Hussain dan Pencerahan di Karbala

Peristiwa Karbala, di mana Imam Hussain (a.s.) dan pengikutnya menjadi syahid, merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Syiah yang mencerminkan basā’ir dalam memahami takdir dan kebenaran Ilahi. Imam Hussain menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang misinya dan takdir yang akan dihadapinya.

Kisah: Sebelum pertempuran di Karbala, Imam Hussain (a.s.) mengumpulkan para sahabatnya dan berbicara kepada mereka tentang apa yang akan terjadi. Beliau mengatakan, “Saya melihat dengan mata hati saya bahwa saya dan pengikut saya akan menjadi syahid di tempat ini. Ini adalah takdir yang ditetapkan oleh Allah, dan kita harus tetap teguh dalam keimanan kita.” Imam Hussain (a.s.) menunjukkan basā’ir yang luar biasa, memahami bahwa perjuangannya adalah untuk menegakkan kebenaran dan keadilan meskipun harus mengorbankan jiwa.

Makna: Kisah ini menunjukkan bahwa basā’ir tidak hanya tentang melihat masa depan dengan wawasan batin, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang makna kehidupan dan takdir, serta kesadaran akan misi Ilahi yang lebih besar.


7, Kisah Imam Zainul Abidin dan Doa-doa di Kehidupan Sehari-hari

Imam Ali Zainul Abidin (a.s.), putra Imam Hussain, dikenal dengan ketakwaan dan doa-doanya yang mendalam. Dalam Sahifa Sajjadiya, beliau berdoa dengan penuh rasa kesadaran spiritual, memohon kepada Allah untuk memberikan basā’ir yang lebih besar untuk memahami kehidupan dan jalan yang benar. Salah satu doa beliau menggambarkan permohonan untuk diberi pencerahan batin dalam menghadapi godaan duniawi dan mencapai kedekatan dengan Allah.


Kisah: Dalam sebuah doa yang terkenal, Imam Zainul Abidin berkata, “Ya Allah, berikanlah kepada kami kemampuan untuk melihat dengan mata hati kami, untuk memahami makna yang tersembunyi dalam kehidupan ini, agar kami dapat selalu berada di jalan yang Engkau ridhai.” Doa ini mencerminkan permohonan untuk mendapatkan basā’ir, yaitu kemampuan untuk melihat dengan pandangan batin yang lebih dalam dari sekadar pandangan fisik.


Makna: Doa Imam Zainul Abidin (a.s.) menggambarkan bahwa basā’ir adalah kemampuan untuk melihat dan memahami makna yang lebih dalam dari kehidupan sehari-hari, dan memperkuat hubungan dengan Allah melalui pencerahan batin.


8, Kisah Imam Muhammad al-Baqir dan Ilmu yang Mengungkap Kebenaran


Imam Muhammad al-Baqir (a.s.), Imam kelima dalam tradisi Syiah, dikenal dengan kepandaiannya dalam ilmu agama dan wawasan batin. Beliau mengajarkan para muridnya untuk memperdalam basā’ir mereka agar bisa memahami hakikat wahyu dan kehidupan spiritual dengan lebih dalam. Salah satu kisah yang terkenal adalah bagaimana beliau menjelaskan pentingnya ilmu yang didapat melalui pencerahan batin.

Kisah: Suatu ketika, seorang murid bertanya kepada Imam al-Baqir tentang bagaimana cara untuk memahami ajaran Islam dengan cara yang mendalam. Imam al-Baqir menjawab, “Ilmu yang paling berharga adalah ilmu yang datang dari hati, yang melihat kebenaran dengan pandangan batin, bukan hanya ilmu yang didapat melalui lisan atau pikiran. Mereka yang memiliki basā’ir akan melihat kebenaran yang tidak bisa dilihat oleh mereka yang hanya mengandalkan indera fisik.”


Makna: Basā’ir dalam kisah ini diartikan sebagai ilmu yang datang melalui pencerahan batin dan kesucian hati, yang memungkinkan seseorang untuk memahami kebenaran agama lebih dalam.


9, Kisah Imam Ja’far al-Sadiq dan Pembimbingan Rohani

Imam Ja’far al-Sadiq (a.s.) dikenal sebagai seorang ilmuwan dan pembimbing rohani yang luar biasa. Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang basā’ir, yaitu cara melihat kebenaran Ilahi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kisah menarik adalah bagaimana beliau membimbing salah seorang sahabat yang mencari pencerahan spiritual.

Kisah: Seorang sahabat datang kepada Imam Ja’far al-Sadiq (a.s.) dan bertanya, “Bagaimana saya bisa mendapatkan basā’ir agar bisa memahami agama dengan lebih mendalam?” Imam Ja’far menjawab, “Perbanyaklah dzikir dan perbaiki hubunganmu dengan Allah. Jangan hanya berfokus pada pengetahuan lahiriah, tetapi berusahalah untuk menghubungkan hatimu dengan Tuhan. Dengan itu, Allah akan memberikan pencerahan batin dan engkau akan mampu melihat kebenaran yang lebih dalam.”


Makna: Kisah ini mengajarkan bahwa basā’ir adalah pencerahan yang datang melalui kedekatan dengan Allah, yang diperoleh melalui dzikir, doa, dan perbaikan hubungan batin dengan Tuhan.


Kesimpulan ; Kisah-kisah di atas menggambarkan bagaimana basā’ir dalam tradisi Syiah bukan hanya sekadar pengetahuan atau pemahaman intelektual, tetapi lebih kepada pencerahan batin yang memungkinkan seseorang untuk melihat kebenaran Ilahi dengan hati yang bersih dan niat yang tulus. Para Imam Ahlul Bayt, dengan pemahaman batin mereka, menunjukkan bagaimana basā’ir membuka wawasan spiritual yang lebih dalam, yang membantu umat Islam untuk lebih dekat dengan Allah dan memahami wahyu serta kehidupan ini dengan cara yang lebih mendalam.


Manfaat basā’ir dan doa yang dapat membantu seseorang untuk memperoleh pencerahan batin;


1. Pencerahan Batin

Manfaat: Salah satu manfaat utama basā’ir adalah memberikan pencerahan batin kepada seseorang, memungkinkan dia untuk melihat dan memahami kebenaran yang lebih dalam dari ajaran agama dan kehidupan. Dengan pencerahan ini, seseorang dapat memahami makna wahyu Ilahi lebih dalam daripada hanya memahami secara lahiriah.

Doa:

‎“اللهم ارزقني بصائر العلم والحق”

Ya Allah, berikanlah kepadaku pencerahan ilmu dan kebenaran.

Doa ini memohon kepada Allah agar diberikan pencerahan batin dalam memahami ilmu agama dan hakikat kebenaran.


2. Memperkuat Iman

Manfaat: Basā’ir membantu memperkuat iman seseorang dengan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang agama. Hal ini membantu seseorang untuk tetap teguh dalam keyakinan dan lebih mengenal Allah serta rasul-Nya.

Doa:

‎“اللهم ثبت قلبي على دينك”

Ya Allah, tetapkan hatiku di atas agama-Mu.

Doa ini memohon kepada Allah untuk memberikan kekuatan dalam menjaga dan memperkuat iman di jalan-Nya.


3. Melihat Takdir dengan Bijak

Manfaat: Basā’ir memungkinkan seseorang untuk memahami takdir dengan cara yang lebih baik, serta menerima ketentuan Allah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Pencerahan batin ini mengarah pada ketenangan hati dalam menghadapi ujian hidup.

Doa:

‎“اللهم اجعلني من الذين يرون بعيون قلوبهم”

Ya Allah, jadikan aku salah satu orang yang melihat dengan mata hati mereka.

Doa ini memohon agar diberikan pemahaman batin dalam melihat takdir dan peristiwa hidup.


4. Menghindari Godaan Dunia

Manfaat: Dengan basā’ir, seseorang dapat melihat dengan jelas godaan duniawi yang bersifat sementara dan tidak terjebak olehnya. Pencerahan ini membantu individu untuk fokus pada tujuan akhirat dan kehidupan spiritual.

Doa:

‎“اللهم اجعلني من الذين لا يغترون بزخرف الدنيا”

Ya Allah, jadikan aku termasuk orang-orang yang tidak terpedaya oleh kemewahan dunia.

Doa ini memohon agar diberi kekuatan untuk tidak terpengaruh oleh kenikmatan duniawi dan tetap fokus pada kehidupan akhirat.


5. Mengenal Kebenaran

Manfaat: Basā’ir memberikan kemampuan untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Dengan pencerahan ini, seseorang dapat membedakan mana yang sesuai dengan wahyu Ilahi dan mana yang menyimpang dari ajaran agama.

Doa:

‎“اللهم أرني الحق حقاً وارزقني اتباعه”

Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran, dan berikanlah aku taufik untuk mengikutinya.

Doa ini memohon kepada Allah untuk diberikan kemampuan untuk mengenali kebenaran dan mengikuti jalan yang benar.


6. Mendapatkan Perlindungan dari Kesalahan

Manfaat: Basā’ir membantu melindungi seseorang dari membuat keputusan yang salah, karena pencerahan batin memungkinkannya untuk melihat berbagai pilihan dengan hati yang lebih jernih.

Doa:

‎“اللهم إني أعوذ بك من الضلال والجهل”

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan dan kebodohan.

Doa ini memohon perlindungan dari kesalahan dalam keputusan dan tindakan.


7. Menemukan Kedamaian dalam Hati

Manfaat: Basā’ir membawa kedamaian dalam hati seseorang, karena ia memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari takdir Ilahi dan ada hikmah di balik setiap peristiwa.

Doa:

‎“اللهم اجعل في قلبي نوراً وفي حياتي سكينة”

Ya Allah, tanamkanlah cahaya dalam hatiku dan ketenangan dalam kehidupanku.

Doa ini memohon agar diberikan kedamaian dan ketenangan hati dengan pencerahan batin.


8. Meningkatkan Kualitas Ibadah

Manfaat: Basā’ir memperdalam pemahaman seseorang terhadap ibadah, menjadikannya lebih khusyuk dan penuh penghayatan. Pencerahan ini membantu seseorang memahami makna ibadah lebih dari sekadar ritual fisik.

Doa:

‎“اللهم اجعل عبادتي خالصة لوجهك الكريم”

Ya Allah, jadikanlah ibadahku hanya untuk wajah-Mu yang mulia.

Doa ini memohon agar ibadah yang dilakukan hanya untuk mendapatkan ridha Allah, dengan pemahaman yang mendalam.


9. Mendapatkan Petunjuk dalam Menghadapi Masalah

Manfaat: Dengan basā’ir, seseorang mendapatkan petunjuk dari Allah dalam menghadapi tantangan dan masalah hidup. Pencerahan ini memberikan arah yang jelas dalam setiap langkah yang diambil.

Doa:

‎“اللهم إني أسالك الهداية في كل أمر”

Ya Allah, aku memohon petunjuk-Mu dalam setiap urusan hidupku.

Doa ini memohon agar diberikan petunjuk Ilahi dalam menghadapi segala masalah hidup.


10. Meningkatkan Keterhubungan dengan Allah

Manfaat: Basā’ir meningkatkan kualitas hubungan seseorang dengan Allah, karena dengan pencerahan batin, ia lebih mampu merasakan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupannya.

Doa:

‎“اللهم قربني إليك وألهمني حبك”

Ya Allah, dekatkanlah aku kepada-Mu dan inspirasilah aku dengan cinta kepada-Mu.

Doa ini memohon agar diberikan kedekatan dengan Allah dan kecintaan yang mendalam terhadap-Nya.


Kesimpulan; Basā’ir adalah pencerahan batin yang sangat penting dalam kehidupan spiritual seseorang. Dengan memperoleh basā’ir, seseorang dapat melihat kebenaran lebih dalam, memperkuat iman, dan hidup lebih selaras dengan kehendak Allah. Doa-doa yang disebutkan di atas adalah sarana untuk memohon kepada Allah agar diberikan basā’ir, serta untuk mendapatkan petunjuk-Nya dalam berbagai aspek kehidupan.


Semoga Bermanfaat!!!!

Mohon Doa!!!!!

Comments

Popular posts from this blog

Amalan Akhir & Awal Tahun ; Amalan Bulan Muharram ; Ziarah Imam Husein as dan Syuhada Karbala

Doa-doa Cepat Terkabul (Sari’ Al-Ijaabah) Dari; Imam Ali as dan Imam Musa as

Doa Pendek untuk Semua Penyakit