Makna Qadha dan Qodar

 Dalam perspektif ahli hakikat, qadha (قضاء) dan qadar (قدر) memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar takdir dalam arti umum. Berikut makna yang dapat dijelaskan:

1. Qadha sebagai Ketetapan Ilahi yang Pasti

Qadha adalah hukum atau ketetapan pasti yang telah ditentukan oleh Allah berdasarkan ilmu-Nya yang azali. Ini mencerminkan kepastian dalam sistem keberadaan.

2. Qadar sebagai Ukuran atau Takaran

Qadar adalah bagaimana ketetapan Allah diwujudkan dalam realitas dengan ukuran dan batas tertentu. Segala sesuatu memiliki kadar atau batasan yang ditetapkan sesuai dengan hikmah Ilahi.

3. Hubungan antara Ilmu Allah dan Kejadian

Qadha dan qadar berkaitan erat dengan ilmu Allah yang mencakup segala sesuatu. Ilmu Allah bukan sekadar mengetahui apa yang terjadi, tetapi merupakan penyebab adanya sesuatu.

4. Qadha Mubram dan Qadha Mu’allaq

Qadha Mubram: Ketetapan yang tidak bisa berubah, seperti ajal yang sudah pasti.

Qadha Mu’allaq: Ketetapan yang bisa berubah berdasarkan doa, amal, dan kondisi tertentu.


5. Interaksi Antara Qadha dan Ikhtiar

Dalam hakikat, qadha dan qadar tidak meniadakan kehendak bebas manusia. Manusia tetap memiliki peran dalam menentukan nasibnya melalui pilihan dan amalnya.

6. Qadha dan Qadar dalam Maqam Hakikat

Dalam maqam hakikat, qadha dan qadar bukan sekadar aturan kausalitas, tetapi manifestasi dari kehendak dan tajalli Allah. Orang yang mencapai makrifat memahami bagaimana qadha dan qadar bekerja dalam dirinya.

7. Qadha dan Qadar dalam Perspektif Ahlulbait

Menurut riwayat Ahlulbait, qadha dan qadar harus dipahami dengan keseimbangan antara usaha dan tawakal. 

Imam Ja’far Shadiq berkata:

“Bukan paksaan total, bukan kebebasan total, tetapi sesuatu di antara keduanya.”

8. Qadar sebagai Manifestasi Asma Allah

Setiap takdir yang terjadi merupakan manifestasi dari salah satu Asma Allah. Misalnya, kasih sayang Allah dapat terlihat dalam qadar seseorang yang mendapat kemudahan, sementara keadilan Allah terlihat dalam ujian yang diberikan.

9. Qadha dan Qadar dalam Alam Malakut

Ahli hakikat memahami bahwa sebelum qadha dan qadar turun ke alam fisik (mulk), ia terlebih dahulu melewati alam malakut (spiritual). Segala sesuatu di alam ini memiliki akar di alam yang lebih tinggi.

10. Rahasia Qadha dan Qadar bagi Ahlul Ma’rifat

Orang yang telah mencapai makrifat tidak lagi melihat qadha dan qadar sebagai keterpaksaan, tetapi sebagai perjalanan menuju kesempurnaan. Mereka menerima segala ketetapan Allah dengan ridha dan memahami bahwa di balik setiap kejadian ada hikmah yang dalam.

Makna qadha dan qadar ini mengajarkan kita untuk selalu berserah diri kepada Allah tanpa kehilangan peran aktif dalam kehidupan.


Dalam Al-Qur’an, konsep qadha (قضاء) dan qadar (قدر) memiliki beberapa makna yang berkaitan dengan ketetapan dan ukuran yang ditentukan oleh Allah. 

Berikut makna qadha dan qadar berdasarkan Al-Qur’an:

1. Qadha sebagai Ketetapan Ilahi yang Pasti

Allah telah menetapkan segala sesuatu dengan hukum yang pasti. Ini adalah ketentuan yang tidak bisa diubah.

📖 “Dan Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya (qadar) dengan tepat.”(QS. Al-Furqan: 2)

2. Qadar sebagai Ukuran dan Takaran

Qadar dalam Al-Qur’an berarti segala sesuatu memiliki ukuran dan batas tertentu sesuai dengan kehendak Allah.

📖 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (qadar).”

(QS. Al-Qamar: 49)

3. Qadha sebagai Penyelesaian atau Keputusan Allah

Qadha juga berarti keputusan yang sudah ditetapkan oleh Allah bagi makhluk-Nya.

📖 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan (qadha) supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.”QS. Al-Isra: 23)

4. Qadha sebagai Ketetapan tentang Ajal dan Kematian

Setiap makhluk hidup memiliki ajal yang telah ditentukan oleh Allah.

📖 “Kemudian Kami menentukan (qadha) kematianmu dan Kami tidak dapat dikalahkan.”

(QS. Al-Waqi’ah: 60)

5. Qadar dalam Rezeki dan Kehidupan

Allah menetapkan kadar rezeki bagi setiap manusia, ada yang dilapangkan dan ada yang disempitkan.

📖 “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.”(QS. Al-Isra: 30)

6. Qadha dan Qadar dalam Ujian Hidup

Allah telah menetapkan ujian bagi manusia sebagai bagian dari ketentuan-Nya.

📖 “Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”(QS. Al-Baqarah: 155)

7. Qadar sebagai Ketetapan Hukum Alam

Segala yang terjadi di alam semesta telah diatur oleh Allah dengan sistem tertentu.

📖 “Dan segala sesuatu di sisi-Nya ada ukurannya (qadar).”

(QS. Ar-Ra’d: 8)

8. Qadha sebagai Perintah yang Harus Dipatuhi

Qadha juga berarti hukum atau perintah Allah yang wajib ditaati oleh manusia.

📖 “Dan Allah telah memutuskan (qadha) bahwa aku tidak akan menyembah selain Dia.”

(QS. Maryam: 36)

9. Qadar sebagai Ketetapan yang Bisa Berubah dengan Doa

Sebagian qadar dapat berubah dengan usaha dan doa manusia.

📖 “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh).”

(QS. Ar-Ra’d: 39)

10. Qadha dan Qadar dalam Konteks Kehendak Allah

Manusia tidak dapat melampaui qadar Allah, tetapi tetap memiliki kehendak untuk memilih jalannya.

📖 “Dan kamu tidak dapat menghendaki (sesuatu) kecuali jika dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. At-Takwir: 29)

Dari ayat-ayat ini, qadha dan qadar dalam Al-Qur’an mencakup ketetapan yang pasti, ukuran dalam penciptaan, hukum alam, rezeki, ujian hidup, hingga kehendak manusia dalam takdirnya. Hal ini menunjukkan keseimbangan antara ketentuan Allah dan peran manusia dalam hidupnya.


Dalam hadis-hadis Nabi Muhammad ﷺ dan riwayat Ahlulbait, qadha (قضاء) dan qadar (قدر) memiliki makna yang luas dan mendalam. 

Berikut makna qadha dan qadar berdasarkan hadis:

1. Qadha sebagai Ketetapan yang Sudah Ditulis di Lauh Mahfuzh

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena. Lalu Allah berfirman kepadanya: ‘Tulislah!’ Pena bertanya: ‘Apa yang harus aku tulis?’ Allah berfirman: ‘Tulislah qadar segala sesuatu hingga Hari Kiamat.’”(HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)

Makna: Segala ketetapan Allah telah ditulis dalam Lauh Mahfuzh sejak awal penciptaan.

2. Qadar sebagai Ukuran dan Batas Rezeki

Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata:

“Rezeki itu ada dua: yang engkau kejar dan yang mengejarmu. Jika engkau tidak mendatanginya, ia akan datang kepadamu.”

(Nahjul Balaghah, Hikmah 379)

Makna: Setiap manusia memiliki rezeki yang telah ditentukan qadar-nya, tetapi usaha tetap diperlukan.

3. Qadha sebagai Perintah Ilahi yang Tak Bisa Dihindari

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Jika Allah menetapkan (qadha) sesuatu untuk seorang hamba, maka tak ada yang bisa menghalanginya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Makna: Ada qadha yang pasti terjadi tanpa bisa diubah, seperti ajal dan hukum alam.

4. Qadha dan Qadar dalam Kehidupan Manusia

Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:

“Allah menciptakan makhluk dan menentukan qadar-nya. Lalu Dia meletakkan qadha-Nya atas mereka.”(Al-Kafi, jilid 1, hal. 151)

Makna: Allah menciptakan segala sesuatu dengan ukuran tertentu dan menetapkan ketentuannya dalam kehidupan.

5. Qadar yang Bisa Berubah dengan Doa

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Doa dapat mengubah qadar yang telah ditetapkan, dan amal baik dapat memperpanjang umur.”

(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Makna: Tidak semua qadar bersifat tetap. Doa dan amal bisa mengubahnya.

6. Qadha sebagai Ketetapan yang Mengikuti Keadilan Ilahi

Imam Ali (as) berkata:

“Jika engkau memahami keadilan Allah, maka engkau akan memahami bahwa qadha dan qadar-Nya selalu dalam kebaikan.”(Nahjul Balaghah)

Makna: Qadha Allah selalu sesuai dengan keadilan-Nya, meskipun manusia tidak selalu memahaminya.

7. Qadha dan Qadar dalam Keseimbangan Ikhtiar dan Takdir

Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:

“Bukan paksaan total (jabr), bukan kebebasan total (tafwidh), tetapi sesuatu di antara keduanya.”

(Al-Kafi, jilid 1, hal. 156)

Makna: Manusia memiliki kehendak dalam hidupnya, tetapi tetap dalam batasan qadha dan qadar Allah.

8. Qadar dalam Penciptaan Makhluk

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Allah telah menetapkan kadar setiap ciptaan-Nya sebelum menciptakannya.”(HR. Muslim)

Makna: Segala sesuatu telah diukur dengan kebijaksanaan Allah sebelum diciptakan.

9. Qadha dan Qadar dalam Ujian Kehidupan

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan mengujinya.”

(HR. Tirmidzi)

Makna: Ujian yang diberikan kepada manusia adalah bagian dari qadha dan qadar Allah untuk menguji kesabaran dan ketakwaan.

10. Qadar sebagai Manifestasi Ilmu dan Hikmah Allah

Imam Ali (as) berkata:

“Qadar Allah adalah ilmu-Nya tentang sesuatu sebelum terjadi. Qadha-Nya adalah perintah-Nya atas sesuatu ketika terjadi.”

(Nahjul Balaghah)

Makna: Qadar berkaitan dengan ilmu Allah tentang segala sesuatu sebelum terjadi, sedangkan qadha adalah eksekusi dari ketetapan tersebut.


Kesimpulan

Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa qadha adalah ketetapan yang pasti dari Allah, sedangkan qadar adalah ukuran dan takaran yang Allah tetapkan dalam penciptaan. Namun, dalam beberapa aspek kehidupan, doa dan amal baik dapat mempengaruhi qadar seseorang.


Pemahaman ini menyeimbangkan antara ketetapan Ilahi dan usaha manusia, sehingga kita tetap berserah diri kepada Allah tanpa kehilangan peran aktif dalam kehidupan.


Dalam ajaran Ahlulbait, qadha (قضاء) dan qadar (قدر) memiliki pemaknaan yang mendalam terkait dengan kehendak Allah dan peran manusia dalam kehidupan. 

Berikut makna qadha dan qadar berdasarkan hadis Ahlulbait:

1. Qadha dan Qadar adalah Sistem Ilahi dalam Penciptaan

Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:

“Allah menciptakan segala sesuatu berdasarkan qadar sebelum mewujudkannya dalam qadha.”

(Al-Kafi, jilid 1, hal. 151)

Makna: Allah telah menentukan ukuran (qadar) bagi segala sesuatu sebelum menciptakannya, dan setelah itu Dia menetapkan keberadaannya dalam qadha.

2. Qadha sebagai Ketetapan yang Pasti, Qadar sebagai Ukuran yang Bisa Berubah

Imam Ali (as) berkata:

“Qadar Allah adalah ilmu-Nya tentang sesuatu sebelum terjadi. Qadha-Nya adalah perintah-Nya atas sesuatu ketika terjadi.”

(Nahjul Balaghah)

Makna: Qadar adalah ketentuan sebelum peristiwa terjadi, sedangkan qadha adalah ketetapan saat peristiwa tersebut terjadi.

3. Qadha Mubram dan Qadha Mu’allaq

Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:

“Ada dua macam qadha: yang bisa berubah dan yang tidak bisa berubah. Apa yang Allah kehendaki untuk dihapus, Dia hapus. Dan apa yang Dia kehendaki untuk tetap, Dia tetapkan.”(Al-Kafi, jilid 1, hal. 156)

Makna:

Qadha Mubram: Ketetapan yang tidak dapat diubah, seperti kematian yang telah ditentukan.

Qadha Mu’allaq: Ketetapan yang bisa berubah berdasarkan doa dan amal manusia.

4. Doa dan Amal Baik Dapat Mengubah Qadar

Imam Musa Al-Kazhim (as) berkata:

“Berbuat baik dan menyambung silaturahmi akan menghapus qadar yang buruk dan memperpanjang umur.”(Al-Kafi, jilid 2, hal. 471)

Makna: Qadar bukanlah sesuatu yang sepenuhnya tetap; manusia bisa mengubah sebagian takdirnya dengan amal dan doa.

5. Qadha dan Qadar dalam Keseimbangan antara Ikhtiar dan Takdir

Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:

“Bukan jabr (paksaan total) dan bukan tafwidh (kebebasan total), tetapi sesuatu di antara keduanya.”

(Al-Kafi, jilid 1, hal. 158)

Makna: Manusia memiliki kehendak bebas, tetapi dalam batasan qadha dan qadar Allah.

6. Ujian sebagai Bagian dari Qadha dan Qadar

Imam Ali (as) berkata:

“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan mengujinya sesuai dengan qadar yang telah Dia tetapkan.”(Nahjul Balaghah)

Makna: Ujian hidup bukanlah tanda kemurkaan Allah, tetapi bagian dari sistem qadha dan qadar untuk mengangkat derajat seseorang.

7. Qadar dalam Rezeki dan Kehidupan

Imam Ali Ridha (as) berkata:

“Rezeki itu ada dua macam: satu yang telah ditetapkan dan satu yang diperoleh melalui usaha.”

(Bihar al-Anwar, jilid 71, hal. 136)

Makna: Sebagian rezeki sudah ditentukan dalam qadar, tetapi manusia tetap harus berusaha untuk mendapatkannya.

8. Qadar sebagai Manifestasi Hikmah Allah

Imam Ali (as) berkata:

“Segala sesuatu memiliki qadar, bahkan ketidakmampuan pun memiliki batasnya sendiri.”

(Ghurar al-Hikam)

Makna: Tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang terjadi tanpa hikmah dan perhitungan Allah.

9. Qadar dalam Penciptaan Makhluk

Imam Muhammad Al-Baqir (as) berkata:”Allah telah menetapkan qadar bagi segala ciptaan-Nya sebelum menciptakannya, lalu Dia melaksanakan qadha-Nya terhadap mereka.”

(Tafsir al-Mizan, jilid 11, hal. 140)

Makna: Segala sesuatu telah ditetapkan ukurannya sebelum diciptakan.

10. Rahasia Qadha dan Qadar hanya Diketahui oleh Ahlul Ma’rifat

Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:

“Qadha dan qadar adalah rahasia Allah. Barang siapa yang berusaha menyelaminya tanpa ilmu, maka ia akan binasa.”

(Al-Kafi, jilid 1, hal. 160)

Makna: Pemahaman mendalam tentang qadha dan qadar hanya bisa diperoleh melalui ilmu dan makrifat yang benar.


Kesimpulan

Hadis-hadis Ahlulbait menunjukkan bahwa qadha adalah ketetapan Allah yang telah terjadi, sedangkan qadar adalah ukuran yang Allah tetapkan sebelum sesuatu terjadi. Beberapa ketentuan bisa berubah dengan doa dan amal, tetapi ada juga yang pasti terjadi. Konsep ini menyeimbangkan antara kehendak Allah dan usaha manusia, sehingga manusia tetap memiliki peran dalam menentukan nasibnya di dunia.


Para mufasir (ahli tafsir) memberikan berbagai pemahaman mengenai qadha (قضاء) dan qadar (قدر) berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. 

Berikut makna qadha dan qadar menurut para mufasir terkemuka:

1. Qadha sebagai Ketetapan Allah yang Pasti

🔹 Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)

Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa qadha adalah keputusan Allah yang pasti terjadi tanpa perubahan. Ia menafsirkan ayat:

📖 “Apabila Dia menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu.” (QS. Yasin: 82)

Makna: Qadha adalah keputusan Allah yang telah mencapai kepastian dan tidak bisa dihindari.

2. Qadar sebagai Ukuran dan Takaran dalam Penciptaan

🔹 Tafsir Al-Mizan

Allamah Thabathabai juga menafsirkan ayat:

📖 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (qadar).” (QS. Al-Qamar: 49)

Makna: Qadar adalah bagaimana sesuatu ditetapkan berdasarkan sistem ketetapan Allah, termasuk panjang umur, rezeki, dan segala sesuatu yang ada di alam semesta.

3. Qadha dan Qadar sebagai Sebab-Akibat dalam Kehidupan

🔹 Tafsir Majma’ Al-Bayan (Syaikh Thabarsi)

Syaikh Thabarsi menyebutkan bahwa qadha dan qadar adalah bagian dari hukum kausalitas yang diciptakan Allah. Misalnya, hujan turun karena adanya awan, tetapi Allah-lah yang menetapkan kapan dan di mana hujan turun.

📖 “Dan segala sesuatu di sisi-Nya ada ukurannya (qadar).” (QS. Ar-Ra’d: 8)

Makna: Segala sesuatu terjadi sesuai dengan sebab-akibat yang ditetapkan Allah dalam sistem-Nya.

4. Qadha Mubram dan Qadha Mu’allaq

🔹 Tafsir Al-Kasyaf (Zamakhsyari)

Zamakhsyari membagi qadha menjadi dua:

Qadha Mubram (ketetapan pasti): Tidak bisa berubah, seperti kematian yang sudah ditentukan.

Qadha Mu’allaq (ketetapan yang bisa berubah): Bergantung pada doa, amal, dan usaha manusia.

📖 “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)

Makna: Qadar dalam beberapa aspek bisa berubah, misalnya umur bisa diperpanjang dengan sedekah.

5. Qadar sebagai Manifestasi Ilmu dan Kehendak Allah

🔹 Tafsir Mafatih Al-Ghaib (Fakhruddin Al-Razi)

Fakhruddin Al-Razi menafsirkan qadar sebagai manifestasi dari ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu sebelum terjadi.

📖 “Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di langit dan di bumi, kecuali tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS. An-Naml: 75)

Makna: Qadar adalah ilmu Allah tentang segala sesuatu sebelum terjadi, sedangkan qadha adalah pelaksanaannya dalam realitas.

6. Hubungan Qadha dan Qadar dengan Kehendak Bebas Manusia

🔹 Tafsir Al-Mizan

Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa manusia tetap memiliki kehendak bebas dalam batasan qadha dan qadar Allah. Ia mengutip hadis Imam Ja’far Shadiq (as):

“Bukan paksaan total (jabr), bukan kebebasan total (tafwidh), tetapi sesuatu di antara keduanya.”

📖 “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” QS. Ar-Ra’d: 11)

Makna: Qadha dan qadar tidak meniadakan usaha manusia. Manusia tetap bertanggung jawab atas perbuatannya.

7. Qadar dalam Rezeki dan Kehidupan

🔹 Tafsir Ruh Al-Ma’ani (Al-Alusi)

Al-Alusi menafsirkan bahwa qadar mencakup rezeki, kesehatan, dan kehidupan sosial seseorang.

📖 “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.” (QS. Al-Isra: 30)

Makna: Rezeki sudah ditentukan kadarnya, tetapi manusia harus berusaha untuk mendapatkannya.

8. Qadha dan Qadar dalam Ujian Hidup

🔹 Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn (Syaikh Huweizi)

Syaikh Huweizi menjelaskan bahwa ujian hidup adalah bagian dari qadha dan qadar Allah untuk menguji keimanan manusia.

📖 “Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Makna: Ujian adalah bagian dari qadha dan qadar yang harus dihadapi dengan kesabaran dan tawakal.

9. Qadha dan Qadar dalam Alam Malakut

🔹 Tafsir As-Safi (Mullah Fathullah Al-Kashani)

Al-Kashani menjelaskan bahwa sebelum qadha dan qadar turun ke alam dunia, ia terlebih dahulu melewati alam malakut (alam gaib).

📖 “Dan di sisi-Nya Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh).” (QS. Ar-Ra’d: 39)

Makna: Semua qadha dan qadar memiliki asal di alam yang lebih tinggi sebelum muncul dalam dunia fisik.

10. Rahasia Qadha dan Qadar Tidak Bisa Dipahami Sepenuhnya oleh Manusia

🔹 Tafsir Al-Mizan

Allamah Thabathabai mengutip hadis Imam Ja’far Shadiq (as):

“Qadha dan qadar adalah rahasia Allah. Barang siapa yang berusaha menyelaminya tanpa ilmu, maka ia akan binasa.”

📖 “Mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Makna: Qadha dan qadar adalah ilmu Allah yang luas, dan manusia hanya dapat memahami sebagian kecil darinya.


Kesimpulan

Dari berbagai tafsir ini, qadha adalah keputusan final Allah, sedangkan qadar adalah ukuran dan sistem yang menentukan bagaimana sesuatu terjadi. Sebagian ketetapan Allah bisa berubah (qadha mu’allaq), sementara sebagian lainnya pasti terjadi (qadha mubram). Meskipun qadha dan qadar sudah ditetapkan, manusia tetap memiliki kehendak bebas dan bisa mengubah sebagian takdirnya melalui doa, amal, dan usaha.

11. Qadha dan Qadar dalam Kehidupan dan Kematian

🔹 Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)

Dalam menafsirkan ayat:

📖 “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal (qadha), dan ada ajal tertentu yang ada di sisi-Nya (qadar).” (QS. Al-An’am: 2)

Makna:

Qadar adalah ketetapan umur seseorang secara umum, misalnya rentang usia manusia sekitar 60-70 tahun.

Qadha adalah waktu pasti kematian seseorang yang telah ditentukan oleh Allah.

12. Qadar sebagai Perwujudan Keadilan Allah

🔹 Tafsir Al-Kasyaf (Zamakhsyari)

Zamakhsyari menafsirkan bahwa qadar bukanlah takdir yang zalim, tetapi manifestasi keadilan Allah.

📖 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran (qadar).” (QS. Al-Qamar: 49)

Makna: Allah menciptakan segala sesuatu dengan aturan dan keseimbangan yang sempurna, sehingga tidak ada ketetapan yang sewenang-wenang atau tidak adil.

13. Qadha sebagai Ketetapan yang Mengatur Alam Semesta

🔹 Tafsir Fathul Qadir (Asy-Syaukani)

Dalam menafsirkan ayat:

📖 “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (qadha) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin: 38)

Makna: Qadha Allah tidak hanya mencakup manusia, tetapi juga hukum-hukum alam yang mengatur pergerakan benda langit, cuaca, dan fenomena alam lainnya.

14. Qadar dalam Takdir Baik dan Buruk

🔹 Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn (Syaikh Huweizi)

Menafsirkan hadis Nabi ﷺ:

“Segala sesuatu terjadi dengan qadar, bahkan kelemahan dan kecerdasan seseorang.” (HR. Muslim)

📖 “Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.” (QS. As-Saffat: 96)

Makna: Qadar mencakup segala aspek kehidupan, termasuk keberhasilan, kegagalan, kekuatan, dan kelemahan manusia. Namun, manusia tetap memiliki tanggung jawab atas pilihannya.

15. Qadha dan Qadar sebagai Ilmu yang Tidak Bisa Diketahui Sepenuhnya oleh Manusia

🔹 Tafsir Al-Burhan (Sayyid Hashim Al-Bahrani)

📖 “Dan tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” QS. Al-Hadid: 22)

Makna:

Sebagian qadha dan qadar bisa dipahami manusia, seperti hukum sebab-akibat.

Sebagian lainnya adalah rahasia Allah yang tidak bisa diungkap manusia, seperti mengapa seseorang lahir dalam kondisi tertentu.


Kita memahami bahwa qadha dan qadar tidak hanya terbatas pada kehidupan manusia, tetapi juga mengatur seluruh alam semesta. Allah menetapkan segala sesuatu dengan ukuran yang tepat, tetapi manusia tetap memiliki ruang untuk usaha dan doa. Ada ketetapan yang bisa berubah, ada pula yang tidak bisa dihindari.


Dalam perspektif ahli makrifat dan hakikat, qadha dan qadar bukan sekadar hukum ketetapan Tuhan yang bersifat zahir, tetapi juga merupakan manifes dari hakikat Ilahi dalam penciptaan dan perjalanan ruh manusia menuju kesempurnaan. 

Berikut makna qadha dan qadar menurut para ahli makrifat dan hakikat, khususnya dalam tradisi Irfan (tasawuf falsafi):

1. Qadha adalah Tajalli Kehendak Mutlak Allah

🔹 Ibnu Arabi dalam “Fusus al-Hikam”

“Qadha adalah tajalli pertama dari kehendak Allah yang bersifat mutlak, di mana setiap takdir (qadar) adalah wujud dari qadha tersebut.”


📖 “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah ia.” (QS. Yasin: 82)

Makna: Qadha adalah kehendak Allah yang tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia adalah ketetapan Ilahi yang mengalir dalam seluruh keberadaan.

2. Qadar sebagai Manifestasi Asma dan Sifat Allah

🔹 Mulla Sadra dalam “Asfar al-Arba’ah”

“Qadar adalah pengukuran takdir berdasarkan tajalli asma dan sifat Allah pada setiap makhluk.”

📖 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran (qadar).” QS. Al-Qamar: 49)

Makna: Qadar adalah bagaimana setiap makhluk mendapatkan bagian dari manifestasi sifat Allah (seperti rahmat, keadilan, atau kebijaksanaan) dalam eksistensinya.

3. Qadha dan Qadar dalam Martabat Wujud

🔹 Sadr al-Din Qunawi

“Qadha berada pada martabat wujud mutlak, sedangkan qadar adalah batasan eksistensial yang membentuk keberadaan makhluk.”

📖 “Dan di sisi-Nya Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)

Makna: Qadha berada dalam ilmu hakiki Allah, sedangkan qadar adalah bentuk nyata dari ilmu tersebut dalam alam penciptaan.

4. Qadha adalah Ilmu Azali, Qadar adalah Wujud dalam Ruang dan Waktu

🔹 Syekh Mahmud Syabistari dalam “Gulshan-e-Raz”

“Apa yang tertulis di Lauh Mahfuzh adalah qadha, sedangkan apa yang tampak dalam kehidupan adalah qadar.”

📖 “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)

Makna: Qadha adalah ilmu azali Allah tentang segala sesuatu, sedangkan qadar adalah perwujudan ilmu tersebut dalam realitas.

5. Qadar sebagai Hasil dari Makrifat dan Kesadaran Ruh

🔹 Allamah Thabathabai dalam “Tafsir al-Mizan”

“Manusia yang mencapai makrifat akan memahami bahwa qadar bukan sekadar ketentuan tetap, tetapi hasil dari interaksi ruh dengan hakikat wujud.”

📖 “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” QS. Ar-Ra’d: 11)

Makna: Qadar seseorang dapat berubah dengan peningkatan makrifat dan kesadaran spiritual.

6. Qadha adalah Hakikat Ilahiyah, Qadar adalah Jalannya Hamba

🔹 Imam Khomeini dalam “Misbah al-Hidayah”

“Segala sesuatu dalam wujud adalah qadha Allah, sedangkan perjalanan manusia menuju kesempurnaan adalah qadar yang telah ditentukan baginya.”

Makna: Manusia bergerak dalam qadar, tetapi tujuan akhirnya tetap dalam ketetapan qadha Ilahi.

7. Qadar dalam Hubungan antara Ruh dan Jasad

🔹 Mulla Hadi Sabzawari dalam “Sharh al-Manzumah”

“Qadar adalah hubungan antara jiwa dan tubuh, di mana ruh mengikuti ketentuan Ilahi yang telah ditentukan untuknya.”

Makna: Qadar menentukan kondisi jasmani dan ruhani manusia sesuai dengan maqamnya.

8. Qadar dan Ilusi Kebebasan dalam Alam Mulk

🔹 Ibnu Arabi dalam “Futuhat al-Makkiyyah”

“Manusia mengira ia memiliki kebebasan penuh, padahal ia hanya bergerak dalam batas qadar yang telah ditetapkan dalam alam mulk (alam fisik).”

Makna: Kebebasan manusia hanya ada dalam batas qadar yang sudah digariskan Allah.

9. Qadha dan Qadar dalam Mizan Amal

🔹 Sayyid Haidar Amuli

“Setiap amal manusia telah memiliki qadar tertentu yang akan menuntunnya kepada qadha akhiratnya.”

📖 “Barang siapa berbuat baik sebesar zarrah, niscaya ia akan melihatnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan sebesar zarrah, niscaya ia akan melihatnya pula.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

Makna: Setiap amal sudah ditakar dalam qadar, dan hasilnya adalah qadha di akhirat.

10. Qadar dalam Perjalanan Ruh menuju Allah

🔹 Mulla Sadra dalam “Asfar al-Arba’ah”

“Setiap ruh memiliki qadar perjalanan menuju Allah sesuai dengan tingkat makrifatnya.”

Makna: Makrifat menentukan jalan ruh dalam menempuh qadar spiritualnya.

11. Qadha sebagai Hakikat Keesaan Allah

Qadha adalah manifestasi tauhid mutlak, di mana tidak ada yang terjadi tanpa kehendak-Nya.

12. Qadar sebagai Ujian Kesabaran Hamba

Segala ujian sudah ditakar dalam qadar yang sesuai dengan maqam ruh seseorang.

13. Qadha dan Qadar dalam Rahasia Nama-nama Allah

Setiap makhluk menerima takdir berdasarkan tajalli asma Allah dalam dirinya.

14. Qadha dalam Martabat Haqiqah Muhammadiyah

Dalam makrifat hakiki, qadha sudah tertulis dalam cahaya hakikat Muhammad (saw).

15. Qadar sebagai Penyesuaian Ruh dengan Wujud

Manusia harus menyelaraskan diri dengan qadar agar mencapai kesempurnaan spiritual.


Kesimpulan

Bagi ahli makrifat dan hakikat, qadha adalah ketetapan mutlak Ilahi dalam ilmu-Nya, sedangkan qadar adalah perwujudan takdir dalam eksistensi makhluk. Namun, manusia tetap memiliki peran dalam mengubah qadar spiritualnya melalui makrifat, ibadah, dan penyelarasan diri dengan kehendak Ilahi.


Dalam perspektif ahli hakikat Syiah, qadha dan qadar bukan sekadar konsep hukum takdir yang kaku, melainkan bagian dari sistem kesempurnaan Ilahi yang berjalan melalui wilayah (otoritas spiritual) para Imam Ahlul Bait. Berikut makna qadha dan qadar menurut ahli hakikat Syiah:

1. Qadha adalah Ketetapan Ilahi di Lauh Mahfuzh

🔹 Imam Ja’far Shadiq (as):

“Allah menetapkan segala sesuatu dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya.” (Al-Kafi, jilid 1, hlm. 149)

📖 “Dan di sisi-Nya Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)

Makna: Semua ketetapan Ilahi (qadha) sudah tercatat dalam Lauh Mahfuzh, dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa ilmu-Nya.

2. Qadar adalah Ukuran yang Ditetapkan Melalui Asbab

🔹 Imam Ali (as):

“Segala sesuatu memiliki kadar yang telah ditentukan, dan segala urusan memiliki sebab-sebabnya.” (Nahjul Balaghah, Hikmah 390)

📖 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran (qadar).” QS. Al-Qamar: 49)

Makna: Qadar adalah hukum sebab-akibat yang mengatur realitas, tetapi tetap berada dalam ketetapan qadha Ilahi.

3. Qadha dan Qadar Berjalan Melalui Wilayah Imam

🔹 Imam Ridha (as):

“Kami adalah wasilah Allah dalam penciptaan dan takdir-Nya.” (Uyun Akhbar al-Ridha, jilid 1, hlm. 113)

Makna: Qadha dan qadar Ilahi tidak terpisah dari wilayah para Imam, karena mereka adalah manifestasi kehendak Allah di alam semesta.

4. Qadha Mubram dan Qadha Mu’allaq

🔹 Imam Ja’far Shadiq (as):

“Ada qadha yang bisa diubah dengan doa dan amal saleh, dan ada qadha yang tidak bisa diubah.” (Al-Kafi, jilid 2, hlm. 470)

📖 “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)

Makna: Sebagian qadha bersifat mutlak (Mubram), dan sebagian lainnya bergantung pada amal dan doa manusia (Mu’allaq).

5. Qadar adalah Jalan Ruh Menuju Kesempurnaan

🔹 Sayyid Haidar Amuli dalam “Jami’ al-Asrar”

“Qadar adalah jalur yang harus ditempuh setiap ruh untuk kembali kepada Allah.”

📖 “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156)

Makna: Qadar bukan hanya ketetapan duniawi, tetapi juga perjalanan ruh menuju maqam makrifat Ilahi.

6. Qadha adalah Hakikat yang Bersumber dari Nur Muhammad (saw)

🔹 Ibnu Babawaih Qummi dalam “Kitab al-Tauhid”

“Cahaya Muhammad adalah sumber segala qadha dan qadar.”

Makna: Segala takdir ditentukan melalui hakikat Nur Muhammad (saw), yang menjadi manifestasi awal dari kehendak Ilahi.

7. Qadha dan Qadar adalah Rahasia Ilahi

🔹 Imam Ja’far Shadiq (as):

“Qadha dan qadar adalah rahasia Allah. Barang siapa ingin menyelaminya tanpa ilmu, ia akan binasa.” (Bihar al-Anwar, 5 ; 101)

📖 “Mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Makna: Qadha dan qadar tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh akal manusia biasa.

8. Qadar Bisa Berubah dengan Makrifat dan Wilayah Imam

🔹 Imam Baqir (as):

“Barang siapa mengenal wilayah kami, maka qadar buruknya dapat berubah menjadi kebaikan.” (Bihar al-Anwar, jilid 26, hlm. 102)

Makna: Makrifat kepada Imam Ahlul Bait dapat mengubah perjalanan hidup seseorang dalam batas qadar yang diizinkan.

9. Qadar Sebagai Manifes Asma Allah dalam Diri Manusia

🔹 Allamah Thabathabai dalam “Tafsir al-Mizan”

“Qadar adalah bagaimana sifat dan asma Allah termanifestasi dalam kehidupan makhluk.”

Makna: Setiap manusia menerima takdir sesuai dengan asma Allah yang mempengaruhi kehidupannya.

10. Qadar dalam Rezeki dan Kehidupan Dunia

🔹 Imam Ali (as):

“Rezekimu telah ditentukan, tetapi cara mendapatkannya ada di tanganmu.” (Nahjul Balaghah, Hikmah 409)

📖 “Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.”QS. Ar-Ra’d: 26)

Makna: Rezeki memiliki kadar yang ditetapkan, tetapi manusia tetap memiliki tanggung jawab dalam mencapainya.

11. Qadar dalam Ujian Hidup

🔹 Imam Shadiq (as):

“Ujian adalah qadar yang telah disiapkan Allah untuk meningkatkan derajat hamba-Nya.”

📖 “Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.” (QS. Al-Baqarah: 155)

12. Qadha dan Qadar dalam Kematian dan Akhirat

🔹 Imam Ridha (as):

“Manusia tidak akan mati kecuali dalam qadar ajal yang telah ditetapkan baginya.”


📖 “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal.” (QS. Al-An’am: 2)

13. Qadar dalam Hukum Sebab-Akibat

🔹 Allamah Thabathabai

“Qadar adalah sistem sebab-akibat yang telah ditetapkan Allah, tetapi manusia memiliki kebebasan dalam batas qadar tersebut.”

14. Qadar dalam Hubungan Ruh dengan Alam Ghaib

🔹 Sayyid Haidar Amuli

“Setiap ruh memiliki qadar yang menghubungkannya dengan alam malakut dan hakikat Ilahi.”

15. Qadha sebagai Manifestasi Kehendak Allah melalui Imam Mahdi (aj)

🔹 Imam Shadiq (as):

“Imam Mahdi (aj) akan datang dengan qadha dan qadar yang telah ditentukan, untuk menegakkan keadilan di bumi.”

📖 “Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan menjadikan mereka pemimpin.” (QS. Al-Qashash: 5)


Kesimpulan

Bagi ahli hakikat Syiah, qadha adalah ketetapan mutlak Allah yang bersumber dari Nur Muhammad (saw), dan qadar adalah ukuran yang berjalan melalui wilayah para Imam. Manusia tetap memiliki kebebasan dalam batas qadar, dan makrifat kepada Imam dapat mengubah takdirnya menuju kesempurnaan spiritual.


Berikut adalah beberapa kisah dan cerita dari para Imam Ahlul Bait (as) dan ahli hakikat Syiah tentang qadha dan qadar, yang menggambarkan bagaimana takdir bekerja dalam kehidupan manusia.

1. Takdir yang Bisa Berubah dgn Doa – Imam Ja’far Shadiq (as)

🔹 Kisah seorang lelaki yang hampir mati, tetapi diselamatkan dengan doa ibunya

Seorang lelaki datang kepada Imam Ja’far Shadiq (as) dan berkata:

“Wahai Imam, aku mendengar bahwa ajal seseorang sudah ditetapkan oleh Allah. Jika demikian, mengapa ada orang yang sakit parah tetapi sembuh, padahal sebelumnya hampir mati?”

Imam tersenyum dan berkata:

“Benar, ada dua jenis qadha: qadha mubram (takdir mutlak) dan qadha mu’allaq (takdir yang bisa berubah). Allah telah menetapkan ajal seseorang, tetapi jika ia berdoa dan berbuat baik, Allah bisa memperpanjang umurnya.”

Lalu Imam menceritakan kisah seorang pemuda di zaman Nabi Musa (as): Seorang pemuda datang kepada Nabi Musa (as) dan berkata:”Wahai Nabi Allah, tolong doakan aku agar Allah memberikan umur panjang.”

Nabi Musa pun berdoa untuknya. Namun, Allah memberi wahyu:

“Wahai Musa, umur pemuda ini hanya tinggal satu tahun lagi.”

Pemuda itu kembali ke rumahnya dengan hati tenang. Ia sangat mencintai ibunya dan berkata:

“Aku akan menghabiskan sisa hidupku dengan berbakti kepada ibuku.”

Ia merawat ibunya dengan penuh kasih sayang. Saat satu tahun berlalu, pemuda itu tetap hidup. Nabi Musa pun bertanya kepada Allah:

“Wahai Tuhanku, bukankah Engkau telah menetapkan ajalnya?”

Allah menjawab:”Benar, tetapi karena baktinya kepada ibunya dan doa sang ibu, Aku menambah 30 tahun dalam umurnya.”

📖 “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)

Pelajaran: Qadar bisa berubah dengan amal saleh dan doa, terutama doa seorang ibu.

2. Qadar dalam Peristiwa Karbala – Imam Husain (as)

🔹 Mengapa Imam Husain (as) tetap pergi ke Karbala, padahal ia tahu akan syahid?

Saat Imam Husain (as) hendak berangkat ke Karbala, banyak sahabat yang menasihatinya agar tidak pergi, karena mereka tahu ia akan dibunuh.

Ibnu Abbas berkata:”Wahai cucu Rasulullah, engkau tahu bahwa orang-orang Kufah akan mengkhianatimu. Janganlah pergi!”

Imam Husain (as) menjawab:

“Aku tahu takdirku telah ditetapkan oleh Allah. Aku harus pergi, bukan karena aku ingin mati, tetapi karena Allah telah menakdirkan aku sebagai pembela kebenaran.”

Saat berziarah ke makam Kakeknya Rasululllah saw, Imam Husain (as) tertidur beliau bertemu Beliau berkata, ‘Wahai Husain, engkau akan syahid di Karbala, tetapi Allah telah menyiapkan tempatmu di surga.’” Seseorang bertanya:

“Jika engkau sudah tahu takdirnya demikian, mengapa engkau tetap berangkat?”

Imam Husain (as) menjawab:

“Jika seorang nelayan tahu bahwa ombak besar akan datang, apakah ia akan tetap berlayar? Ya, karena ia telah menyerahkan dirinya kepada takdir. Aku berangkat bukan karena ingin mati, tetapi karena ini adalah jalan yang telah ditentukan oleh Allah.”

📖 “Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki.” (QS. Ali Imran: 169)

Pelajaran: Takdir tidak bisa dihindari, tetapi manusia tetap harus memilih jalan yang benar dalam menjalani qadar-nya.

3. Takdir Rezeki yang Ditentukan, tetapi Cara Mencapainya Ada di Tangan Manusia – Imam Ali (as)

🔹 Seorang lelaki yang malas bekerja dan mengandalkan takdir

Seorang lelaki datang kepada Imam Ali (as) dan berkata:

“Wahai Amirul Mukminin, aku telah menyerahkan diriku kepada takdir Allah. Aku tidak bekerja karena rezekiku sudah ditentukan.”

Imam Ali (as) tersenyum dan berkata:”Jika demikian, mengapa engkau tidak duduk saja di rumahmu tanpa makan? Bukankah makanan juga sudah ditakdirkan untukmu?”

Lelaki itu terdiam. Imam melanjutkan:

“Allah telah menetapkan rezekimu, tetapi engkau harus mencarinya dengan usaha dan doa. Seekor burung pun tidak mendapatkan makanan jika ia tidak terbang mencarinya.”

📖 “Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.”QS. Ar-Ra’d: 26)

Pelajaran: Takdir tidak berarti pasrah tanpa usaha. Manusia tetap harus berikhtiar dalam batas qadar yang telah ditetapkan Allah.

4. Takdir Kematian yang Tidak Bisa Dihindari – Imam Ridha (as)

🔹 Seorang pria yang ingin lari dari kematiannya

Seorang pria datang kepada Imam Ridha (as) dan berkata:

“Wahai Imam, aku takut mati. Apakah aku bisa lari dari takdir kematianku?”

Imam tersenyum dan bertanya:

“Jika engkau berada di tengah laut di atas kapal, dan badai datang, ke mana engkau akan pergi?”

Pria itu menjawab:”Aku akan kembali kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya.” Imam berkata:

“Begitulah kematian. Ketika saatnya tiba, tidak ada tempat lari selain kembali kepada Allah.”

📖 “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh.” (QS. An-Nisa: 78)

Pelajaran: Kematian adalah bagian dari qadha Ilahi yang tidak bisa dihindari.


Kesimpulan

Dari kisah-kisah di atas, kita belajar bahwa:

1. Qadha dan qadar ada dua jenis: yang bisa berubah (qadha mu’allaq) dan yang tidak bisa dihindari (qadha mubram).

2. Doa dan amal saleh bisa mengubah qadar, seperti dalam kisah pemuda yang umurnya diperpanjang karena berbakti kepada ibunya.

3. Takdir tidak boleh dijadikan alasan untuk bermalas-malasan; manusia tetap harus berusaha, sebagaimana Imam Ali (as) menegaskan bahwa rezeki harus dicari.

4. Takdir kematian tidak bisa dihindari, seperti yang diajarkan Imam Ridha (as), tetapi yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya.

5. Qadar setiap orang berbeda, tetapi semuanya berjalan dalam ketentuan qadha Allah.


5. Takdir yang Diubah dengan Sedekah – Imam Ja’far Shadiq (as)

🔹 Seorang lelaki yang selamat dari kematian karena bersedekah

Seorang lelaki datang kepada Imam Ja’far Shadiq (as) dan berkata:

“Wahai Imam, aku mendengar bahwa sedekah bisa menolak bala dan memperpanjang umur. Bagaimana mungkin takdir bisa berubah?”

Imam menjawab:”Apakah engkau tidak membaca firman Allah: ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki’? (QS. Ar-Ra’d: 39). Sedekah adalah salah satu sebab yang bisa menghapus takdir buruk.”

Lalu Imam menceritakan kisah seorang lelaki di zaman Nabi Sulaiman (as):”Seorang malaikat datang kepada Nabi Sulaiman (as) dan berkata:”Wahai Nabi Allah, lelaki yang berdiri di depan pintumu akan mati sebelum matahari terbenam.” Nabi Sulaiman (as) terkejut. Lelaki itu adalah seorang yang sangat baik dan sering bersedekah. Nabi Sulaiman (as) pun tidak memberitahunya, tetapi lelaki itu pergi dan di jalan ia melihat seorang pengemis. Ia memberikan semua uangnya kepada pengemis itu. Saat malam tiba, lelaki itu masih hidup. Malaikat pun kembali kepada Nabi Sulaiman (as) dan berkata:

“Wahai Nabi Allah, aku telah melihat catatan ajal lelaki itu, tetapi karena ia bersedekah, Allah menghapus qadar kematiannya dan memperpanjang umurnya.”

📖 “Sesungguhnya sedekah benar-benar memadamkan murka Tuhan dan menolak kematian yang buruk.” (HR. Tirmidzi)

Pelajaran: Takdir buruk bisa dihindari dengan amal baik, terutama sedekah.

6. Takdir Perjodohan – Imam Ali as

🔹 Seorang pemuda yang ingin menikah dengan gadis tertentu, tetapi takdir berkata lain

Seorang pemuda datang kepada Imam Ali (as) dan berkata:

“Aku sangat mencintai seorang wanita dan ingin menikah dengannya, tetapi keluarganya menolak. Apakah ini sudah takdirku?” Imam Ali (as) bertanya:

“Apakah engkau telah berusaha dengan baik dan tetap menjaga kehormatanmu?”

Pemuda itu menjawab:

“Ya, wahai Amirul Mukminin.”

Imam Ali (as) tersenyum dan berkata:”Jika ia memang bagian dari qadar yang telah Allah tetapkan untukmu, maka ia akan menjadi milikmu. Tetapi jika tidak, maka percayalah bahwa Allah telah menetapkan yang lebih baik untukmu.” Beberapa tahun kemudian, pemuda itu menikah dengan wanita lain yang jauh lebih baik dari yang ia cintai dahulu.

📖 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Pelajaran: Jodoh adalah bagian dari qadar yang berjalan dengan usaha dan doa.

7. Qadha dan Qadar dalam Kelahiran Imam Mahdi (aj)

🔹 Mengapa kelahiran Imam Mahdi (aj) dirahasiakan?

Ketika Imam Hasan Askari (as) akan memiliki putra yang kelak menjadi Imam Mahdi (aj), banyak yang bertanya mengapa kelahirannya begitu dirahasiakan.

Seseorang bertanya kepada Imam Hasan Askari (as):”Bukankah segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Allah? Jika demikian, mengapa engkau menyembunyikan kelahiran anakmu?” Imam menjawab:

“Ketahuilah, Allah menetapkan qadar melalui hukum sebab-akibat. Seperti Musa yang disembunyikan dari Fir’aun, anakku juga harus disembunyikan agar tidak dibunuh oleh para penguasa zalim.”

📖 “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: ‘Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke dalam sungai.’” (QS. Al-Qashash: 7)

Pelajaran: Takdir berjalan melalui hukum sebab-akibat, dan manusia tetap harus mengambil tindakan bijaksana dalam menghadapi keadaan.

8. Takdir dan Ikhtiar dalam Kematian Imam Husain (as)

🔹 Mengapa Imam Husain (as) tetap meminta air untuk anaknya, meskipun tahu takdirnya?

Di Karbala, ketika Ali Asghar, putra Imam Husain (as) yang masih bayi, kehausan, Imam Husain mengangkatnya dan berkata kepada pasukan musuh:”Jika kalian tidak kasihan kepadaku, setidaknya berilah anak ini setetes air.”

Tetapi anak itu malah ditembak dengan panah oleh pasukan musuh.

Seseorang bertanya:”Wahai cucu Rasulullah, engkau tahu bahwa mereka tidak akan memberi air. Mengapa engkau tetap meminta?”

Imam Husain (as) menjawab:

“Aku tahu takdirku, tetapi aku tetap harus menjalankan tugasku. Aku ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka telah melakukan kezaliman yang nyata.”

📖 “Agar supaya tidak ada alasan bagi manusia terhadap Allah setelah para rasul (datang).” (QS. 4: 165)

Pelajaran: Walaupun seseorang mengetahui qadha (ketetapan Allah), ia tetap harus berikhtiar dalam qadar yang diberikan kepadanya.

9. Takdir dan Keberkahan Air Zamzam – Imam Ja’far Shadiq (as)

🔹 Mengapa air Zamzam tetap mengalir hingga sekarang?

Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq (as): “Mengapa air Zamzam tidak pernah kering, padahal sudah digunakan oleh jutaan orang?” Imam menjawab:

“Ketahuilah bahwa rezeki yang diberkahi akan tetap ada meskipun digunakan terus-menerus. Zamzam adalah air yang telah diberkahi dalam qadha Allah sejak zaman Nabi Ismail.”

📖 “Dan sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.” (QS. Al-Isra: 30)

Pelajaran: Qadar rezeki tidak hanya ditentukan oleh jumlah, tetapi juga oleh keberkahan yang diberikan Allah.


Kita bisa mengambil beberapa hikmah:

1. Sedekah dapat mengubah qadar buruk, termasuk memperpanjang umur dan menolak bencana.

2. Jodoh adalah bagian dari qadar, tetapi manusia tetap harus berusaha dan percaya kepada ketentuan Allah.

3. Takdir berjalan melalui sebab-akibat, seperti dalam kelahiran Imam Mahdi (aj) yang harus disembunyikan.

4. Manusia tetap harus berikhtiar, meskipun mengetahui takdirnya, sebagaimana Imam Husain (as) tetap berusaha mendapatkan air untuk putranya.

5. Rezeki tidak hanya tergantung pada jumlah, tetapi juga pada keberkahan, seperti air Zamzam yang terus mengalir tanpa habis.

Semoga kisah-kisah ini semakin memperjelas hakikat qadha dan qadar dalam perspektif ahli hakikat Syiah.


Manfaat Memahami Qadha dan Qadar dalam Perspektif Ahli Hakikat & Doanya


Dalam perspektif ahli hakikat, memahami qadha dan qadar bukan hanya soal menerima ketetapan Allah, tetapi juga menemukan hikmah tersembunyi dan cara berinteraksi dengan takdir melalui doa dan amal saleh. Berikut adalah manfaat memahami qadha dan qadar, beserta doanya agar kita selalu dalam bimbingan Allah.

1. Meningkatkan Ketakwaan kepada Allah

📖 “Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.QS. Al-Hadid: 22)

✅ Manfaat:

Memahami bahwa segala sesuatu terjadi dengan izin Allah akan membuat hati lebih tenang dan tidak mudah putus asa.

Membantu kita untuk lebih berserah diri kepada-Nya dalam setiap keadaan.

“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertawakal kepada-Mu dan ridha atas ketetapan-Mu.”

2. Menghindarkan Diri dari Kesombongan

📖 “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,’ kecuali dengan menyebut, ‘InsyaAllah.’” (QS. Al-Kahfi: 23-24)

✅ Manfaat:

Kesadaran bahwa takdir berada di tangan Allah akan mencegah kita dari kesombongan terhadap pencapaian duniawi.

Membantu kita tetap rendah hati dalam kesuksesan dan tetap bersabar dalam ujian.

“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat-Mu dan rendah hati terhadap perintah-Mu.”

3. Menenangkan Hati dalam Menghadapi Ujian

📖 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

✅ Manfaat:

Membantu menerima ujian dengan lapang dada, karena setiap ujian memiliki hikmah yang belum kita pahami.

Mengurangi stres dan kecemasan terhadap hal-hal yang tidak bisa kita ubah.

“Ya Allah, berilah aku kesabaran atas ujian-Mu dan ridha atas ketetapan-Mu.”

4. Mengajarkan Tawakal dan Ikhtiar

📖 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

✅ Manfaat:

Mengajarkan keseimbangan antara usaha manusia (ikhtiar) dan penyerahan diri kepada Allah (tawakal).

Mendorong untuk tetap bekerja keras tanpa kehilangan kepercayaan pada takdir Allah.

“Ya Allah, jadikanlah tawakal-ku hanya kepada-Mu dan jangan biarkan aku bergantung pada diriku sendiri walau sekejap mata.”

5. Meningkatkan Rasa Syukur

📖 “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.” (QS. An-Nahl: 18)

✅ Manfaat:

Menyadarkan kita bahwa setiap nikmat, besar atau kecil, adalah bagian dari qadar Allah yang harus disyukuri.

Membantu kita lebih fokus pada hal-hal positif dalam hidup.

“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat-Mu dan jangan biarkan aku lalai darinya.”

6. Menghilangkan Rasa Iri dan Dengki

✅ Manfaat:

Memahami bahwa rezeki, kedudukan, dan keberuntungan seseorang sudah ditetapkan oleh Allah akan mengurangi perasaan iri terhadap orang lain.

“Ya Allah, sucikan hatiku dari iri hati dan jadikan aku ridha dengan apa yang Engkau tetapkan bagiku.”

7. Memberikan Keberanian dalam Menghadapi Masa Depan

✅ Manfaat:

Kesadaran bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah akan membuat kita lebih berani dalam mengambil keputusan.

“Ya Allah, jadikanlah aku kuat dalam menghadapi kehidupan dan bertawakal hanya kepada-Mu dalam segala urusanku.”

8. Mengajarkan Kesabaran dalam Menunggu Waktu yang Tepat

✅ Manfaat:

Qadar Allah berjalan sesuai dengan waktu-Nya, bukan waktu yang kita inginkan.

“Ya Allah, jadikan aku sabar terhadap ketetapan-Mu dan percaya pada hikmah-Mu.”

9. Membantu Menghadapi Kematian dengan Tenang

✅ Manfaat:

Memahami bahwa ajal telah ditentukan oleh Allah akan membuat seseorang lebih siap dalam menghadapi kematian.

“Ya Allah, jadikanlah ucapan terakhirku di dunia ini ‘La ilaha illa Allah’.”

10. Membantu dalam Urusan Jodoh

✅ Manfaat:

Kesadaran bahwa jodoh adalah bagian dari qadar Allah akan mengurangi kecemasan dalam menunggu pasangan hidup.

“Ya Allah, anugerahkanlah aku pasangan yang baik untuk agamaku dan duniaku.”

11. Meningkatkan Keyakinan kepada Keadilan Ilahi

✅ Manfaat:

Memahami bahwa setiap perbuatan akan mendapatkan balasan yang adil.

“Ya Allah, jadikan aku termasuk orang yang yakin pada keadilan-Mu dan jangan biarkan aku meragukan hikmah-Mu.”

12. Membantu Menerima Kegagalan dengan Ikhlas

✅ Manfaat:

Menghindari depresi akibat kegagalan karena percaya bahwa Allah punya rencana yang lebih baik.

“Ya Allah, jadikan hatiku tenang dengan hikmah-Mu dan ridha dengan ketetapan-Mu.”

Semoga dengan memahami qadha dan qadar, kita bisa lebih tenang dalam menghadapi kehidupan dan selalu berada dalam bimbingan Allah.


Amalan Malam Laylatul Qodar


Malam-malam Al-Qodr adalah malam 19, 21, dan 23 Ramadhan. 

Dalam tuntunan ajaran Ahlul bayt as


Malam laylatul Qodr adalah tidak diragukan lagi akan kemuliaannya. Amal ibadah pada malam tersebut menjadi lebih baik dari amalan 1000 bulan. 


Amal tersebut akan mencatat segala taqdir yang akan terjadi selama setahun, di saat itu akan turun para malaikat dan ruuh yang mulia dengan izin Allah. 


Pada malam tersebut akan hadir juga Imam Mahdi yang akan dilihatkan kepadanya buku amalan tersebut dan akan ditanda tanganinya (disahkan).


Dalam tafsir Burhan dari Syeik Thusi dari Abi Dzar ; Saya bertanya pada Rasulullah saaw tentang Al-Qodr. Bukankah Al-Qodr adalah pada saat para Nabi mendapat perintah (Al-Amr) bila selesai maka dia diangkat (selesai). Nabi saaw menjawab ;”Tidak”. Bahkan dia (Al-Qodr) akan ada sampai hari Kiamat”. (Tafsir Al-Mizan, Juz 30 hal. 382).


Dalam tafsir Majma’ Al-Bayan dari Hammad bin Usman dari Hassan bin Abi Ali berkata : Aku bertanya pada Aba Abdillah a.s. tentang malam Al-Qodr. Beliau menjawab : “Carilah dia pada: (Malam) 19, 21 dan 23”.


Dalam Al-Kâfi dengan isnad dari Zuroroh berkata : Abu Abdillah berkata :”(At-taqdir) dicatat, ditulis untuk ditetapkan pada malam 19, (wal Ibrom) penegasan, (dikonfirmasi) pada malam 21. 

Dan pada malam 23 (al-imdho’) disahkan, di tanda tangani”.  


Semoga bermanfaat!!!!!

Mohon doa!!!!

Comments

Popular posts from this blog

Amalan Akhir & Awal Tahun ; Amalan Bulan Muharram ; Ziarah Imam Husein as dan Syuhada Karbala

Doa-doa Cepat Terkabul (Sari’ Al-Ijaabah) Dari; Imam Ali as dan Imam Musa as

Doa Pendek untuk Semua Penyakit