Makna طاعة (ṭā‘ah) dan معصية (ma‘ṣiyah)

 Dalam bahasa Arab, kata طاعة (ṭā‘ah) dan معصية (ma‘ṣiyah) memiliki makna yang saling berlawanan. Berikut makna dan dimensi yang dapat dipahami dari kedua kata ini:


Makna طاعة (Ketaatan):

1. Kepatuhan: Mengikuti perintah atau aturan yang ditetapkan oleh Allah atau otoritas tertentu.

2. Ketaatan kepada Allah: Melaksanakan kewajiban agama, seperti shalat, puasa, dan ibadah lainnya.

3. Ketundukan: Berserah diri kepada kehendak Allah tanpa merasa terbebani.

4. Keikhlasan: Melakukan perbuatan baik tanpa pamrih atau riya.

5. Komitmen: Memegang teguh perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya.

6. Cinta kepada Allah: Menaati-Nya karena cinta, bukan karena takut semata.

7. Konsistensi: Terus-menerus berada di jalan yang lurus tanpa menyimpang.

8. Penerimaan: Menerima aturan Allah dengan hati yang lapang.

9. Kedisiplinan: Mematuhi waktu dan syarat ibadah sesuai syariat.

10. Pengabdian: Menjadikan hidup sebagai bentuk ibadah dan pelayanan kepada Allah.


Makna معصية (Kemaksiatan):

1. Pembangkangan: Menolak atau melawan perintah Allah.

2. Dosa: Melakukan perbuatan yang melanggar aturan agama.

3. Kelalaian: Mengabaikan kewajiban atau melupakan Allah.

4. Kejahatan: Melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain.

5. Penyimpangan: Menyimpang dari jalan yang telah ditentukan oleh syariat.

6. Kesombongan: Tidak mau tunduk kepada Allah karena merasa lebih tahu atau lebih berkuasa.

7. Kecerobohan: Bertindak tanpa mempertimbangkan hukum Allah.

8. Kerusakan: Membawa kehancuran moral atau spiritual bagi diri sendiri atau masyarakat.

9. Penolakan: Menolak kebenaran atau petunjuk Allah.

10. Kekufuran: Dalam tingkat ekstrem, kemaksiatan bisa membawa kepada penolakan terhadap iman.


Kedua istilah ini sering digunakan dalam konteks keimanan dan perilaku manusia, sebagai pengingat untuk memilih jalan yang benar dan menjauhi larangan Allah.


Dalam Al-Qur’an, طاعة (ṭā‘ah) dan معصية (ma‘ṣiyah) disebutkan dalam berbagai konteks yang menunjukkan hubungan manusia dengan Allah, Rasul-Nya, dan sesama manusia. Berikut adalah makna dan penjelasannya berdasarkan Al-Qur’an:


Makna طاعة (Ketaatan) dalam Al-Qur’an:

1. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya

Allah memerintahkan manusia untuk menaati-Nya dan Rasul-Nya sebagai wujud kepatuhan mutlak.

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya…” (QS. An-Nisa: 59)

2. Ketaatan adalah tanda keimanan

Ketaatan menunjukkan keimanan sejati seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya.

”…Jika mereka menaati Allah, maka mereka akan memperoleh petunjuk.” (QS. An-Nur: 54)

3. Keikhlasan dalam ketaatan

Ketaatan tidak hanya secara lahiriah, tetapi harus ikhlas karena Allah.

”…Mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya…” (QS. Al-Bayyinah: 5)

4. Ketaatan membawa keberkahan

Allah menjanjikan pahala besar bagi yang taat.

“Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah…” (QS. An-Nisa: 69)

5. Ketaatan dalam kebajikan

Ketaatan hanya berlaku pada hal-hal yang sesuai dengan syariat.

”…Dan mereka yang patuh dalam kebajikan akan diberi ganjaran yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 71)


Makna معصية (Kemaksiatan) dalam Al-Qur’an:

1. Melanggar perintah Allah

Kemaksiatan berarti melanggar perintah Allah, yang mendatangkan murka-Nya.

”…Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)

2. Mengikuti langkah setan

Kemaksiatan sering dikaitkan dengan mengikuti bisikan setan.

”…Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)

3. Menyebabkan kerusakan

Perbuatan maksiat merusak hubungan dengan Allah, diri sendiri, dan masyarakat.

”…Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya…” (QS. Al-A’raf: 56)

4. Membawa hukuman

Kemaksiatan membawa azab baik di dunia maupun akhirat.

”…Kemudian Kami hukum mereka karena dosa-dosa mereka…” (QS. Al-Ankabut: 40)

5. Kesombongan dalam maksiat

Kemaksiatan terkadang lahir dari sifat sombong, seperti yang terjadi pada Iblis.

”…Iblis berkata, ‘Aku lebih baik darinya…’ Maka dia termasuk golongan yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 34)


Kesimpulan: Al-Qur’an mengajarkan bahwa ṭā‘ah (ketaatan) adalah jalan menuju keberkahan, petunjuk, dan keselamatan, sedangkan ma‘ṣiyah (kemaksiatan) adalah penyebab kesesatan, kerusakan, dan azab. Keduanya memiliki dampak langsung pada kehidupan manusia di dunia dan akhirat.


Berikut tambahan 3 makna طاعة (ketaatan) dan 3 makna معصية (kemaksiatan) menurut Al-Qur’an:


Tambahan Makna طاعة (Ketaatan):

6. Ketaatan sebagai wujud syukur

Ketaatan adalah bentuk syukur atas nikmat Allah.

”…Maka makanlah dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Nya jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah: 172)

7. Ketaatan sebagai tanda cinta

Menaati Allah dan Rasul adalah bukti kecintaan kepada Allah.

“Katakanlah, ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’” (QS. Ali Imran: 31)

8. Ketaatan sebagai jalan kebahagiaan

Ketaatan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik…” (QS. An-Nahl: 97)


Tambahan Makna معصية (Kemaksiatan):

6. Kemaksiatan membawa kehinaan

Pelaku kemaksiatan akan mendapat kehinaan di dunia dan akhirat.

”…Sesungguhnya orang-orang yang berdosa akan berada dalam kehinaan dan azab yang besar.” (QS. As-Sajdah: 20)

7. Kemaksiatan menghapus kebaikan

Perbuatan dosa dapat menghilangkan amal baik yang dilakukan sebelumnya.

”…Janganlah kamu membatalkan amal-amalmu dengan menyombongkan diri atau berbuat maksiat.” (QS. Muhammad: 33)

8. Kemaksiatan adalah penyebab kegagalan hidup

Kemaksiatan menjauhkan pelakunya dari rahmat dan petunjuk Allah.

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit…” (QS. Taha: 124)


Kesimpulan Tambahan: Ketaatan membuka jalan menuju kebahagiaan, cinta Allah, dan rasa syukur, sedangkan kemaksiatan menyebabkan kehinaan, kegagalan, dan menghilangkan keberkahan dalam hidup. Al-Qur’an mendorong manusia untuk selalu memilih jalan ketaatan.


Dalam hadis, طاعة (ṭā‘ah) dan معصية (ma‘ṣiyah) dijelaskan dalam konteks yang memperkuat pemahaman dari Al-Qur’an. Berikut adalah beberapa makna yang dapat dipahami dari hadis:


Makna طاعة (Ketaatan) Menurut Hadis:

1. Ketaatan kepada Allah adalah jalan menuju surga

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa menaati aku, maka ia telah menaati Allah, dan barang siapa mendurhakaiku, maka ia telah mendurhakai Allah.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Ketaatan membawa keselamatan

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Dengarlah dan taatilah, meskipun yang memimpinmu adalah seorang budak Habasyi…” (HR. Bukhari)

→ Ini menunjukkan pentingnya taat pada pemimpin selama tidak memerintahkan kepada kemaksiatan.

3. Ketaatan sebagai tanda keimanan

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang telah aku bawa (ajaran Islam).” (HR. Al-Hakim)

4. Ketaatan mencerminkan cinta kepada Allah

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak ada seorang hamba yang mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya.”(HR. Bukhari)

5. Ketaatan sebagai bukti keikhlasan

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang ikhlas dan semata-mata mencari keridhaan-Nya.”(HR. Nasa’i)


Makna معصية (Kemaksiatan) Menurut Hadis:

1. Kemaksiatan membawa kehancuran

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan…”

→ Kemaksiatan ini mencakup syirik, sihir, membunuh tanpa hak, dan dosa besar lainnya.

(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Kemaksiatan menghalangi rahmat Allah

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Ketika seorang hamba melakukan dosa, maka akan ada titik hitam di hatinya…” (HR. Tirmidzi)

→ Kemaksiatan mengotori hati dan menjauhkan dari rahmat Allah.

3. Kemaksiatan adalah bentuk pengkhianatan

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dosa, maka Allah tidak membutuhkan ia meninggalkan makan dan minumnya (puasanya).”

(HR. Bukhari)

4. Kemaksiatan mengundang azab

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jika kemaksiatan telah merajalela dalam suatu kaum, maka Allah akan menimpakan azab kepada mereka secara umum.” (HR. Ibnu Majah)

5. Kemaksiatan melanggar hak Allah

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Hak Allah atas hamba-Nya adalah agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

→ Kemaksiatan adalah pelanggaran terhadap hak Allah, baik berupa syirik atau dosa lainnya.


Tambahan Makna Penting:

6. Ketaatan hanya dalam kebajikan

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Allah.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

7. Kemaksiatan adalah penghalang doa

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, dan pakaiannya berdebu, lalu ia berdoa, ‘Ya Rabb, Ya Rabb,’ tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan dari yang haram, maka bagaimana doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim)

8. Kemaksiatan merusak umat

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena jika orang terpandang di antara mereka mencuri, mereka membiarkannya; tetapi jika orang lemah mencuri, mereka menghukumnya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)


Kesimpulan: Hadis-hadis Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa ṭā‘ah (ketaatan) adalah jalan menuju keselamatan, kebahagiaan, dan cinta Allah, sedangkan ma‘ṣiyah (kemaksiatan) membawa kehancuran, mengotori hati, dan mengundang azab Allah. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi bukti keimanan, sementara menjauhi kemaksiatan adalah wujud menjaga diri dari kerugian di dunia dan akhirat.


Hadis-hadis dari Ahlul Bayt (keluarga suci Rasulullah ﷺ) memberikan penjelasan mendalam tentang makna طاعة (ṭā‘ah) dan معصية (ma‘ṣiyah). Berikut adalah beberapa makna yang mereka sampaikan:


Makna طاعة (Ketaatan) Menurut Hadis Ahlul Bayt:

1. Ketaatan adalah inti keimanan

Imam Ali a.s. berkata:

“Iman adalah mengenal Allah dengan hati, mengikrarkan-Nya dengan lisan, dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya dengan anggota badan.”

(Nahjul Balaghah, Hikmah 227)

2. Ketaatan kepada Allah adalah kebebasan sejati

Imam Ali a.s. berkata:

“Hamba yang paling mulia adalah orang yang taat kepada Allah, dan hamba yang paling hina adalah orang yang bermaksiat kepada Allah.” (Ghurar al-Hikam)

3. Ketaatan sebagai tanda cinta kepada Allah

Imam Ja’far ash-Shadiq a.s. berkata:

“Barang siapa yang mencintai Allah, maka ia akan mencintai ketaatan kepada-Nya. Barang siapa yang takut kepada Allah, maka ia akan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya.”

(Al-Kafi, jilid 2, hal. 83)

4. Ketaatan membawa cahaya dalam kehidupan

Imam Muhammad al-Baqir a.s. berkata:

“Ketaatan kepada Allah adalah cahaya yang menerangi hati manusia.”

(Bihar al-Anwar, jilid 70, hal. 248)

5. Ketaatan mencerminkan kesempurnaan manusia

Imam Ali a.s. berkata:

“Kesempurnaan iman seseorang terletak pada kepatuhannya kepada Allah dan Rasul-Nya dalam setiap urusan.”

(Nahjul Balaghah, Khutbah 190)


Makna معصية (Kemaksiatan) Menurut Hadis Ahlul Bayt:

1. Kemaksiatan menghilangkan keberkahan hidup

Imam Ja’far ash-Shadiq a.s. berkata:

“Tidak ada rezeki yang terputus kecuali karena dosa, dan tidak ada umur yang berkurang kecuali karena kemaksiatan.”

(Al-Kafi, jilid 2, hal. 268)

2. Kemaksiatan menutup pintu ampunan

Imam Ali a.s. berkata:

“Ketika dosa bertambah, maka pintu taubat akan semakin jauh.”

(Nahjul Balaghah, Hikmah 349)

3. Kemaksiatan adalah kehancuran diri sendiri

Imam Ali a.s. berkata:

“Barang siapa yang bermaksiat kepada Allah, maka ia telah menghancurkan dirinya sendiri.”

(Ghurar al-Hikam)

4. Kemaksiatan mengeraskan hati

Imam Ja’far ash-Shadiq a.s. berkata:

“Hati menjadi keras karena dosa, dan kerasnya hati menjauhkan seseorang dari rahmat Allah.”

(Al-Kafi, jilid 2, hal. 272)

5. Kemaksiatan membawa kehinaan di dunia dan akhirat

Imam Ali a.s. berkata:

“Orang yang bermaksiat kepada Allah akan mendapatkan kehinaan di dunia, dan penyesalan di akhirat.”

(Nahjul Balaghah, Hikmah 176)


Tambahan Makna Ketaatan dan Kemaksiatan dari Ahlul Bayt:

6. Ketaatan adalah bukti kecintaan kepada Ahlul Bayt

Imam Hasan al-Mujtaba a.s. berkata:

“Kami adalah pintu ketaatan kepada Allah. Barang siapa menaati kami, ia telah menaati Allah.”

(Bihar al-Anwar, jilid 44, hal. 1)

7. Kemaksiatan menghapus amal baik

Imam Ali a.s. berkata:

“Tidak ada amal yang lebih berbahaya daripada amal yang bercampur dengan dosa.”

(Ghurar al-Hikam)

8. Kemaksiatan adalah asal mula semua keburukan

Imam Ja’far ash-Shadiq a.s. berkata:

“Sesungguhnya dosa adalah penyebab segala keburukan yang terjadi pada manusia.”

(Al-Kafi, jilid 2, hal. 277)


Kesimpulan: Hadis-hadis Ahlul Bayt menjelaskan bahwa ṭā‘ah (ketaatan) adalah jalan menuju kesempurnaan spiritual, cinta Allah, dan keberkahan, sementara ma‘ṣiyah (kemaksiatan) adalah penyebab kerugian, kehinaan, dan kerasnya hati. Ahlul Bayt juga menekankan bahwa ketaatan kepada mereka adalah bagian dari ketaatan kepada Allah, karena mereka adalah petunjuk-Nya di dunia.


Pendekatan mufasir terhadap konsep طاعة (ṭā‘ah) dan معصية (ma‘ṣiyah) berlandaskan Al-Qur’an dan hadis, namun mereka sering menambahkan dimensi filosofis, spiritual, dan sosial. Berikut adalah pandangan beberapa mufasir ternama mengenai dua konsep ini:


Makna طاعة (Ketaatan) Menurut Mufasir:

1. Ketaatan sebagai pengakuan ketuhanan Allah (Tafsir Al-Mizan – Allamah Thabathabai)

Allamah Thabathabai menekankan bahwa ketaatan adalah manifestasi dari tauhid uluhiyah (keyakinan bahwa hanya Allah yang layak disembah dan ditaati). Dalam QS. An-Nisa: 59 (Taatilah Allah dan taatilah Rasul…), ketaatan kepada Allah adalah bentuk penyerahan total kepada-Nya.

Ketaatan mencakup pemenuhan perintah dan penghindaran dari larangan sebagai tanda pengakuan terhadap kekuasaan Allah.

2. Ketaatan sebagai jalan keberkahan (Tafsir Al-Kashaf – Zamakhsyari)

Zamakhsyari menafsirkan QS. An-Nur: 54 (Dan barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya…), bahwa ketaatan membawa keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ia menyebutkan bahwa ketaatan tidak hanya lahir dari rasa takut, tetapi dari rasa cinta dan pengharapan.

3. Ketaatan bersifat integral (Tafsir Al-Jassas – Imam Al-Jassas)

Dalam menafsirkan QS. Al-Baqarah: 208 (Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan…), Imam Al-Jassas menyebutkan bahwa ketaatan mencakup semua aspek kehidupan: akidah, ibadah, dan muamalah. Tidak ada ruang bagi ketaatan yang separuh-separuh dalam Islam.

4. Ketaatan sebagai penyerahan diri (Tafsir Ruh al-Ma’ani – Al-Alusi)

Al-Alusi menjelaskan bahwa QS. Al-Ahzab: 36 (Dan tidaklah patut bagi seorang mukmin atau mukminah untuk memilih…) mengajarkan bahwa ketaatan sejati adalah tunduk pada hukum Allah tanpa keberatan, karena manusia tidak memiliki kehendak yang lebih tinggi daripada kehendak-Nya.

5. Ketaatan menghubungkan manusia dengan kesempurnaan (Tafsir Al-Mizan – Allamah Thabathabai)

Allamah Thabathabai menegaskan bahwa ketaatan adalah jalan menuju kesempurnaan insani karena ketaatan kepada Allah membawa manusia lebih dekat kepada tujuan penciptaannya, yaitu mengenal dan menyembah Allah (QS. Adz-Dzariyat: 56).


Makna معصية (Kemaksiatan) Menurut Mufasir:

1. Kemaksiatan adalah penolakan terhadap kehendak Allah (Tafsir Ibn Katsir)

Ibn Katsir menjelaskan QS. An-Nisa: 36 (Janganlah kamu menyembah selain Allah…), bahwa semua bentuk kemaksiatan—terutama syirik—adalah bentuk pembangkangan terhadap kehendak Allah. Ia menekankan bahwa dosa besar adalah tindakan yang mengingkari nikmat Allah.

2. Kemaksiatan sebagai sumber kerusakan (Tafsir Al-Mawardi)

Dalam menafsirkan QS. Al-A’raf: 56 (Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya…), Al-Mawardi menyatakan bahwa kemaksiatan adalah penyebab utama kehancuran moral, spiritual, dan sosial dalam suatu masyarakat.

3. Kemaksiatan mengeraskan hati (Tafsir Fakhruddin Ar-Razi)

Fakhruddin Ar-Razi menafsirkan QS. Al-Mutaffifin: 14 (Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu menutup hati mereka…), bahwa dosa yang terus-menerus dilakukan tanpa taubat akan mengeraskan hati, membuat pelakunya tidak lagi merasakan cahaya petunjuk.

4. Kemaksiatan mengundang azab Allah (Tafsir Jalalain)

Dalam QS. Hud: 116 (Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim…), Jalalain menafsirkan bahwa kemaksiatan yang meluas dalam suatu kaum adalah penyebab turunnya azab Allah. Kemaksiatan bersifat kolektif, bukan hanya individu.

5. Kemaksiatan adalah kebodohan spiritual (Tafsir Al-Mizan – Allamah Thabathabai)

Dalam QS. Al-Ankabut: 45 (Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar…), Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa kemaksiatan adalah akibat dari kurangnya hubungan spiritual dengan Allah. Ia menyebutkan bahwa orang yang bermaksiat sedang berada dalam kebodohan rohani (jahiliah).


Kesimpulan dari Pendekatan Mufasir:

1. Ketaatan:

Adalah bentuk penyerahan diri kepada Allah yang membawa manusia kepada kesempurnaan, keberkahan, dan kebahagiaan dunia-akhirat. Ketaatan mencakup semua aspek kehidupan dan harus didasari cinta dan pengharapan.

2. Kemaksiatan:

Merupakan bentuk pembangkangan terhadap Allah yang mengundang kerusakan, kehinaan, dan azab. Kemaksiatan juga melemahkan hubungan spiritual dengan Allah, mengeraskan hati, dan menghapus keberkahan.


Kedua konsep ini saling berlawanan dan menjadi pengingat untuk terus meningkatkan kualitas hubungan kita dengan Allah.


Berikut adalah makna طاعة (ṭā‘ah) dan معصية (ma‘ṣiyah) berdasarkan penafsiran para mufasir Syiah, yang sering menekankan aspek spiritual, sosial, dan filosofis dalam memahami konsep ini:


Makna طاعة (Ketaatan) Menurut Mufasir Syiah:

1. Ketaatan adalah esensi tauhid (Allamah Thabathabai – Tafsir Al-Mizan)

Dalam QS. An-Nisa: 59 (Taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kalian), Allamah Thabathabai menekankan bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul adalah landasan tauhid. Beliau juga menjelaskan bahwa ketaatan kepada ulil amri (yang dipahami sebagai para imam maksum) adalah perpanjangan dari ketaatan kepada Allah.

2. Ketaatan adalah jalan menuju kesempurnaan manusia (Thabathabai – Al-Mizan)

Dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 (Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku), Thabathabai menyatakan bahwa ketaatan adalah sarana untuk mencapai tujuan penciptaan manusia, yaitu pengenalan dan kedekatan kepada Allah (ma‘rifatullah).

3. Ketaatan sebagai penghubung antara manusia dan imam maksum (Syaikh Al-Mufid – Tafsir Quran-ul-Karim)

Dalam QS. An-Nur: 54 (Barang siapa menaati Rasul, maka ia telah menaati Allah), Syaikh Al-Mufid menjelaskan bahwa ketaatan kepada Rasulullah ﷺ dan Ahlul Bayt adalah bagian tak terpisahkan dari ketaatan kepada Allah karena mereka adalah petunjuk Ilahi.

4. Ketaatan membawa keberkahan dan penjagaan Ilahi (Allamah Al-Kasyani – Tafsir Shafiy)

Dalam QS. An-Nahl: 97 (Barang siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik…), Al-Kasyani menjelaskan bahwa ketaatan kepada Allah menghasilkan kehidupan penuh keberkahan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

5. Ketaatan adalah ibadah sejati (Fadhil Al-Kaasyani – Tafsir Al-Asfa)

Dalam QS. Al-Baqarah: 208 (Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan…), Fadhil Al-Kaasyani menyatakan bahwa ketaatan harus mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia—ibadah, moral, dan interaksi sosial.


Makna معصية (Kemaksiatan) Menurut Mufasir Syiah:

1. Kemaksiatan adalah pembangkangan terhadap kehendak Allah (Allamah Thabathabai – Al-Mizan)

Dalam QS. Al-Baqarah: 286 (Mereka mendapat balasan dari apa yang mereka kerjakan), Thabathabai menegaskan bahwa kemaksiatan menunjukkan penolakan terhadap aturan Allah dan membuktikan kelemahan iman.

2. Kemaksiatan adalah sumber kehancuran manusia (Al-Kasyani – Tafsir Shafiy)

Dalam QS. Hud: 116 (Mengapa tidak ada orang-orang yang melarang perbuatan dosa di antara kalian?), Al-Kasyani menjelaskan bahwa kemaksiatan adalah penyebab utama kehancuran moral dan sosial suatu komunitas.

3. Kemaksiatan menghalangi rahmat Allah (Syaikh Al-Mufid – Tafsir Quran-ul-Karim)

Dalam QS. Al-Mutaffifin: 14 (Sekali-kali tidak! Bahkan dosa-dosa mereka telah menutupi hati mereka), Al-Mufid menafsirkan bahwa kemaksiatan yang berulang-ulang mengeraskan hati sehingga seseorang sulit menerima cahaya petunjuk.

4. Kemaksiatan mengundang azab Allah (Fadhil Al-Kaasyani – Tafsir Al-Asfa)

Dalam QS. As-Sajdah: 20 (Dan orang-orang yang berdosa akan berada dalam azab neraka), Fadhil Al-Kaasyani menjelaskan bahwa kemaksiatan yang tidak disertai taubat adalah penyebab utama turunnya azab di dunia dan akhirat.

5. Kemaksiatan adalah akibat kelalaian spiritual (Thabathabai – Al-Mizan)

Dalam QS. Al-Ankabut: 45 (Sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar), Thabathabai menyebutkan bahwa kemaksiatan adalah tanda jauhnya seseorang dari hubungan spiritual dengan Allah, sehingga ia mudah mengikuti hawa nafsu.


Pandangan Khusus Mufasir Syiah tentang طاعة dan معصية:

1. Ketaatan kepada Ahlul Bayt adalah bagian dari ketaatan kepada Allah (Allamah Thabathabai – Al-Mizan)

Dalam QS. Al-Ahzab: 33 (Sesungguhnya Allah bermaksud membersihkan kalian, wahai Ahlul Bayt, dari segala dosa), Allamah Thabathabai menekankan bahwa ketaatan kepada Ahlul Bayt adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah karena mereka adalah penjaga syariat.

2. Kemaksiatan adalah pelanggaran terhadap sistem Ilahi (Syaikh Al-Mufid – Tafsir Quran-ul-Karim)

Dalam QS. Al-Baqarah: 85 (Apakah kalian beriman kepada sebagian kitab dan mengingkari sebagian lainnya?), Syaikh Al-Mufid menjelaskan bahwa kemaksiatan sering muncul dari sikap selektif dalam menerima aturan Ilahi.

3. Ketaatan adalah wujud cinta sejati kepada Allah (Fadhil Al-Kaasyani – Tafsir Al-Asfa)

Dalam QS. Ali Imran: 31 (Katakanlah, jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku…), Fadhil Al-Kaasyani menjelaskan bahwa cinta kepada Allah harus diwujudkan dalam bentuk ketaatan penuh kepada Rasulullah ﷺ dan Ahlul Bayt.

4. Kemaksiatan sebagai perlawanan terhadap keadilan Ilahi (Allamah Al-Kasyani – Tafsir Shafiy)

Dalam QS. Al-Maidah: 8 (Janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil…), Al-Kasyani menyebutkan bahwa kemaksiatan sering kali lahir dari ketidakadilan terhadap diri sendiri dan orang lain.


Kesimpulan dari Perspektif Mufasir Syiah:

1. Ketaatan (ṭā‘ah):

Adalah jalan menuju kesempurnaan spiritual, kedekatan dengan Allah, dan keberkahan hidup. Ketaatan kepada Ahlul Bayt dianggap sebagai perpanjangan dari ketaatan kepada Allah.

2. Kemaksiatan (ma‘ṣiyah):

Adalah pelanggaran terhadap kehendak Allah yang mengundang azab, mengeraskan hati, dan merusak tatanan sosial.


Ketaatan dan kemaksiatan, menurut mufasir Syiah, memiliki dimensi yang melibatkan hubungan manusia dengan Allah, Ahlul Bayt, dan masyarakat.


Menurut para ahli makrifat (pengetahuan batin) dan hakikat (esensi spiritual), konsep طاعة (ṭā‘ah) dan معصية (ma‘ṣiyah) dipahami secara mendalam dengan fokus pada hubungan spiritual manusia dengan Allah dan dampaknya pada jiwa. Berikut adalah pandangan mereka:


Makna طاعة (Ketaatan) Menurut Ahli Makrifat dan Hakikat

1. Ketaatan adalah manifestasi cinta kepada Allah

Menurut Imam Al-Ghazali, ketaatan adalah tanda cinta sejati seorang hamba kepada Allah. Dalam kitab Ihya Ulumuddin, ia menjelaskan bahwa setiap tindakan ketaatan mencerminkan kehendak untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan sekadar memenuhi kewajiban formal.

2. Ketaatan adalah penyatuan kehendak hamba dengan kehendak Allah

Ibn Arabi menyebutkan dalam Futuhat al-Makkiyah bahwa ketaatan sejati adalah ketika kehendak seorang hamba sepenuhnya selaras dengan kehendak Ilahi. Ketaatan bukan hanya menjalankan perintah, tetapi menjadi medium untuk menyaksikan (mushahadah) keagungan Allah.

3. Ketaatan adalah jalan menuju makrifatullah

Jalaluddin Rumi dalam Masnavi menekankan bahwa ketaatan membawa seseorang kepada pengenalan hakiki kepada Allah (makrifatullah). Ia menyebutkan bahwa ibadah tanpa cinta dan ketaatan sejati hanya akan menjadi ritual kosong.

4. Ketaatan adalah kebebasan dari hawa nafsu

Menurut Imam Khomeini dalam Adabus Salat, ketaatan kepada Allah adalah jalan menuju kebebasan dari belenggu nafsu. Beliau menjelaskan bahwa ketaatan mengangkat manusia dari keterikatan duniawi menuju wilayah ketuhanan.

5. Ketaatan adalah pengabdian tanpa syarat

Syekh Abdul Qadir al-Jilani menekankan dalam Futuh al-Ghaib bahwa ketaatan sejati adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah tanpa berharap imbalan duniawi atau ukhrawi.


Makna معصية (Kemaksiatan) Menurut Ahli Makrifat dan Hakikat

1. Kemaksiatan adalah hijab antara manusia dan Allah

Ibn Arabi menjelaskan bahwa setiap dosa adalah hijab yang menghalangi manusia dari melihat cahaya Allah. Dalam Fusus al-Hikam, ia menyebutkan bahwa kemaksiatan mempertebal hijab sehingga hati menjadi keras dan tidak dapat merasakan kehadiran Allah.

2. Kemaksiatan adalah pemberontakan jiwa terhadap fitrahnya

Menurut Imam Al-Ghazali, dalam Ihya Ulumuddin, manusia diciptakan dengan fitrah untuk menyembah Allah. Kemaksiatan adalah pelanggaran terhadap fitrah ini, yang menyebabkan kehancuran spiritual.

3. Kemaksiatan berasal dari cinta dunia yang berlebihan

Jalaluddin Rumi menyebutkan bahwa kemaksiatan muncul ketika manusia mencintai dunia lebih daripada Allah. Dalam Masnavi, ia mengatakan, “Hati yang dipenuhi cinta dunia akan kehilangan cahaya Allah.”

4. Kemaksiatan adalah bentuk keterikatan pada ego (nafs)

Imam Khomeini dalam 40 Hadis menjelaskan bahwa dosa adalah hasil dari dominasi ego (nafs ammarah). Ketika ego menguasai jiwa, ia menjauhkan manusia dari hakikat penciptaannya.

5. Kemaksiatan menghalangi rahmat Ilahi

Syekh Abdul Qadir al-Jilani menekankan bahwa dosa menghalangi turunnya rahmat Allah. Dalam Futuh al-Ghaib, beliau menyebutkan bahwa seorang hamba yang terus-menerus bermaksiat akan jauh dari kasih sayang Allah.


Perbedaan Perspektif Ahli Makrifat tentang طاعة dan معصية

1. Ketaatan sebagai pengalaman cinta

Bagi ahli makrifat, ketaatan bukan sekadar menjalankan perintah formal, tetapi pengalaman cinta dan kedekatan dengan Allah.

2. Kemaksiatan sebagai kebodohan spiritual

Mereka memandang kemaksiatan bukan hanya pelanggaran hukum syariat, tetapi juga indikasi ketidaktahuan manusia akan hakikat dirinya dan Allah.

3. Dampak batin

Ketaatan menyucikan hati dan membuka pintu menuju rahmat Ilahi, sementara kemaksiatan menutup pintu hati dan menciptakan kegelapan spiritual.


Kesimpulan: Para ahli makrifat dan hakikat memandang ṭā‘ah (ketaatan) sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menyempurnakan jiwa, sementara ma‘ṣiyah (kemaksiatan) adalah penghalang utama antara manusia dan Tuhannya. Fokus utama mereka adalah pada dampak spiritual ketaatan dan kemaksiatan terhadap hubungan manusia dengan Allah.


Menurut ahli hakikat dari tradisi Syiah, konsep طاعة (ṭā‘ah) (ketaatan) dan معصية (ma‘ṣiyah) (kemaksiatan) diartikan secara mendalam, melibatkan dimensi spiritual, batiniah, dan hubungan manusia dengan Allah serta para Imam yang dianggap sebagai manifestasi petunjuk Ilahi. Perspektif ini menekankan hubungan hakikat dengan maqam ma’rifatullah (pengenalan kepada Allah) dan wilayah (otoritas) Ahlul Bayt.


Makna طاعة (Ketaatan) Menurut Ahli Hakikat Syiah

1. Ketaatan adalah wujud cinta kepada Allah dan Ahlul Bayt

Menurut Imam Khomeini dalam Adabus Salat, ketaatan bukan hanya melaksanakan perintah syariat tetapi juga bentuk cinta dan kerinduan kepada Allah. Dalam tradisi Syiah, ketaatan kepada Ahlul Bayt adalah bagian integral dari ketaatan kepada Allah, sebagaimana ditegaskan dalam hadis:

“Mencintai kami (Ahlul Bayt) adalah tanda cinta kepada Allah, dan memusuhi kami adalah tanda permusuhan terhadap Allah.”

2. Ketaatan adalah jalan menuju penyaksian hakikat

Mulla Sadra, dalam filsafat al-Hikmah al-Muta’aliyah, menjelaskan bahwa ketaatan kepada Allah adalah sarana untuk mencapai penyaksian langsung (mushahadah) terhadap hakikat keberadaan. Ia menegaskan bahwa seorang hamba yang taat akan mengalami pembersihan jiwa yang membawanya ke maqam kedekatan dengan Allah.

3. Ketaatan adalah penghubung manusia dengan wilayah (otoritas) Imam Maksum

Dalam pemikiran Allamah Thabathabai, ketaatan kepada Rasulullah ﷺ dan para Imam adalah jalan untuk mencapai rahmat Ilahi. Beliau menafsirkan QS. An-Nisa: 59 (Taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kalian) sebagai perintah langsung untuk tunduk pada wilayah Imam Maksum sebagai perpanjangan dari kehendak Allah.

4. Ketaatan sebagai penyucian batin

Syaikh al-Bahrani dalam Tafsir al-Burhan menyebutkan bahwa ketaatan sejati kepada Allah adalah wujud tasfiyah al-nafs (penyucian jiwa). Ia menekankan bahwa ketaatan harus dilakukan dengan niat ikhlas, karena Allah hanya menerima amal yang dilakukan tanpa campuran hawa nafsu.

5. Ketaatan adalah bentuk kesadaran batiniah (irfan)

Ayatullah Muhammad Taqi Misbah Yazdi menjelaskan bahwa ketaatan adalah tanda kesadaran jiwa tentang hubungannya dengan Allah. Ia menekankan bahwa seorang hamba yang sadar akan hakikat ketergantungannya kepada Allah akan menjalankan ketaatan dengan penuh cinta dan kerendahan hati.


Makna معصية (Kemaksiatan) Menurut Ahli Hakikat Syiah

1. Kemaksiatan adalah hijab dari cahaya Allah

Menurut Allamah Thabathabai dalam Tafsir al-Mizan, setiap dosa adalah hijab yang menghalangi manusia dari cahaya Allah. Beliau menafsirkan QS. Al-Mutaffifin: 14 (Dosa-dosa mereka telah menutupi hati mereka) sebagai peringatan bahwa dosa yang berulang-ulang menyebabkan hati menjadi keras dan terhalang dari menerima cahaya Ilahi.

2. Kemaksiatan adalah penolakan terhadap wilayah Imam Maksum

Dalam tradisi Syiah, menolak wilayah (otoritas spiritual) Imam Maksum dianggap sebagai bentuk kemaksiatan terbesar. Syaikh al-Bahrani dalam Tafsir al-Burhan menjelaskan bahwa ketaatan kepada Imam adalah kewajiban spiritual yang sejalan dengan ketaatan kepada Allah. Menentangnya adalah bentuk perlawanan terhadap kehendak Ilahi.

3. Kemaksiatan adalah bentuk kegelapan batin

Mulla Sadra menyebutkan bahwa dosa tidak hanya melibatkan pelanggaran hukum syariat tetapi juga menciptakan kegelapan di dalam jiwa. Dalam Asfar Arba’ah, beliau menjelaskan bahwa kemaksiatan melemahkan cahaya batin yang menghubungkan manusia dengan Tuhan.

4. Kemaksiatan sebagai dominasi ego (nafs ammarah)

Imam Khomeini dalam 40 Hadis menjelaskan bahwa dosa adalah akibat dari dominasi nafs ammarah (nafs yang selalu memerintahkan kepada keburukan). Beliau menekankan bahwa dosa memutus hubungan manusia dengan rahmat Ilahi dan membawa jiwa ke arah kehancuran.

5. Kemaksiatan menghilangkan keberkahan Ilahi

Ayatullah Misbah Yazdi menyatakan bahwa kemaksiatan, bahkan yang kecil, dapat menghalangi turunnya keberkahan dalam kehidupan seseorang. Beliau merujuk pada hadis:

“Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kecuali ia kehilangan nikmat yang sebelumnya diberikan kepadanya.”


Ciri-Ciri Pendekatan Ahli Hakikat Syiah terhadap طاعة dan معصية

1. Dimensi Wilayah (otoritas Imam Maksum):

Ketaatan kepada Allah selalu dikaitkan dengan ketaatan kepada Rasulullah ﷺ dan para Imam. Menolak wilayah Imam dianggap sebagai bentuk kemaksiatan terbesar.

2. Penyucian Jiwa (Tazkiyah):

Ketaatan dilihat sebagai jalan penyucian jiwa, sedangkan kemaksiatan adalah penyebab kegelapan batin.

3. Keterhubungan dengan Makrifat:

Ketaatan membawa manusia kepada makrifatullah (pengenalan hakiki kepada Allah), sedangkan kemaksiatan menjauhkan manusia dari Allah dan menghalangi penyaksian hakikat.

4. Pusat Cinta Ilahi:

Segala bentuk ketaatan dilakukan atas dasar cinta kepada Allah dan Ahlul Bayt, sementara kemaksiatan dianggap sebagai akibat kelalaian cinta ini.


Kesimpulan Ahli Hakikat Syiah:

Ketaatan (ṭā‘ah):

Adalah jalan menuju kesempurnaan batin, kedekatan dengan Allah, dan penyaksian hakikat. Ketaatan kepada Imam Maksum adalah bagian tak terpisahkan dari ketaatan kepada Allah.

Kemaksiatan (ma‘ṣiyah):

Adalah penghalang utama dalam perjalanan menuju Allah, yang menciptakan kegelapan batin, hijab dari cahaya Allah, dan menjauhkan manusia dari rahmat Ilahi.


Pendekatan ini menekankan pentingnya dimensi spiritual dalam memahami konsep ketaatan dan kemaksiatan, dengan fokus pada hubungan manusia dengan Allah dan Imam Maksum sebagai manifestasi petunjuk Ilahi.


Berikut adalah beberapa cerita dan kisah yang berkaitan dengan konsep طاعة (ketaatan) dan معصية (kemaksiatan) dari tradisi Syiah, terutama yang mencerminkan hubungan dengan Allah, Rasulullah ﷺ, dan para Imam Maksum. Kisah-kisah ini mengandung pelajaran spiritual yang mendalam dan sering diceritakan oleh ahli makrifat untuk menjelaskan dampak dari ketaatan dan kemaksiatan.


Kisah tentang Ketaatan:


1. Nabi Ibrahim dan Kepatuhan Total kepada Allah


Nabi Ibrahim as adalah simbol ketaatan mutlak kepada Allah. Ketika ia diperintahkan untuk menyembelih putranya, Ismail as, ia tidak ragu sedikit pun, meskipun perintah itu sangat berat. Allah berfirman:

“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya… Kami gantikan dengan sembelihan yang besar” (QS. As-Saffat: 103-107).


Dalam tradisi Syiah, kisah ini sering digunakan untuk mengajarkan bahwa ketaatan sejati memerlukan pengorbanan diri dan keyakinan penuh kepada hikmah Ilahi, meskipun logika manusia sulit memahaminya. Imam Ja’far Ash-Shadiq as menyebutkan bahwa:

“Ketaatan kepada Allah harus mengatasi segala cinta duniawi, sebagaimana Ibrahim mendahulukan perintah Allah atas cintanya kepada putranya.”


2. Kisah Imam Ali di Perang Khandaq


Ketika kaum Quraisy mengepung Madinah, seorang prajurit kuat bernama Amr bin Abdu Wudd menantang kaum Muslim. Rasulullah ﷺ berkata:

“Siapa yang akan menghadapi Amr? Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya akan membawa kemenangan.”


Hanya Imam Ali as yang maju dengan penuh keberanian dan keyakinan. Dalam duel itu, Imam Ali berhasil mengalahkan Amr. Rasulullah ﷺ kemudian bersabda:

“Pukulan Ali di Khandaq lebih berat daripada ibadah seluruh jin dan manusia, karena ia adalah manifestasi ketaatan yang murni kepada Allah.”


Kisah ini mengajarkan bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya membutuhkan keberanian, keyakinan, dan pengorbanan.


3. Imam Husain di Karbala


Tragedi Karbala adalah contoh puncak ketaatan kepada Allah. Imam Husain as, bersama keluarga dan sahabatnya, memilih untuk menegakkan kebenaran meskipun menghadapi kematian. Ketika ditanya mengapa ia tetap melawan Yazid, ia berkata:

“Aku tidak bangkit untuk mencari kekuasaan atau kemuliaan duniawi, tetapi untuk menegakkan agama kakekku dan memerintahkan yang baik serta mencegah yang mungkar.”


Imam Husain mengajarkan bahwa ketaatan sejati adalah mendahulukan kehendak Allah meskipun harus mengorbankan nyawa.


Kisah tentang Kemaksiatan:


1. Qabil dan Pembunuhan Habil


Dalam tradisi Islam, kisah Qabil dan Habil adalah peringatan tentang kemaksiatan. Qabil iri kepada saudaranya Habil karena kurban Habil diterima oleh Allah, sementara kurbannya tidak. Dalam QS. Al-Maidah: 27-30, disebutkan bahwa Qabil membunuh Habil karena dorongan ego dan hawa nafsu.


Para imam Syiah mengajarkan bahwa dosa besar Qabil adalah hasil dari kelalaian spiritual dan ketidakmampuannya mengendalikan hasad (iri hati). Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:

“Dosa pertama di bumi adalah hasad, dan dosa itu akan menghancurkan pelakunya sebelum menghancurkan orang lain.”


2. Bal‘am bin Baura – Ulama yang Mengkhianati Allah


Bal‘am bin Baura adalah seorang alim yang awalnya diberi pengetahuan dan doa yang mustajab. Namun, ia tergoda oleh dunia dan berpihak kepada musuh Nabi Musa as demi keuntungan duniawi. Allah berfirman tentangnya:

“Dan bacakanlah kepada mereka kisah tentang orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami, tetapi ia melepaskan diri darinya… seperti anjing, jika kamu menghalaunya, ia menjulurkan lidahnya.” (QS. Al-A’raf: 175-176).


Para mufasir Syiah, seperti Allamah Thabathabai, menjelaskan bahwa Bal‘am adalah simbol orang yang melakukan kemaksiatan setelah mendapatkan ilmu, yang akibatnya lebih berat daripada kemaksiatan orang awam.


3. Kisah Fudhail bin ‘Iyadh yang Bertaubat


Fudhail bin ‘Iyadh adalah seorang perampok terkenal yang hidup dalam dosa dan kemaksiatan. Suatu malam, ia mendengar seseorang membaca ayat:

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?” (QS. Al-Hadid: 16).


Ayat ini menghancurkan hatinya, dan ia segera bertaubat, meninggalkan kemaksiatan, dan menjadi seorang sufi yang dikenal dengan kezuhudan dan ketaatan kepada Allah.


Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata tentang kisah ini:

“Ketika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia menggerakkan hatinya untuk menyadari dosa-dosanya sehingga ia bertaubat.”


Pelajaran dari Kisah-Kisah Ini

1. Ketaatan:

Membutuhkan pengorbanan dan keyakinan penuh kepada Allah, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim, Imam Ali, dan Imam Husain.

Ketaatan kepada Allah membawa keberkahan dunia dan akhirat, serta mendekatkan manusia kepada hakikat Ilahi.

2. Kemaksiatan:

Adalah akibat dari dominasi ego, hasad, atau cinta dunia, sebagaimana terlihat dalam kisah Qabil dan Bal‘am bin Baura.

Kemaksiatan menjauhkan manusia dari Allah, namun pintu taubat selalu terbuka, seperti dalam kisah Fudhail bin ‘Iyadh.


Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa perjalanan menuju Allah membutuhkan ketaatan yang tulus, sementara kemaksiatan adalah penghalang yang hanya bisa dihancurkan dengan taubat dan usaha untuk kembali kepada Allah.


Berikut adalah tiga kisah tambahan yang berkaitan dengan طاعة (ketaatan) dan معصية (kemaksiatan) dalam tradisi Syiah yang mengandung pelajaran mendalam tentang hubungan manusia dengan Allah dan Imam Maksum.


Kisah tentang Ketaatan:


1. Kisah Imam Ali dan Ketaatannya pada Perintah Allah di Gua Hira


Imam Ali bin Abi Talib as adalah contoh teladan dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Salah satu kisah yang terkenal adalah saat beliau menggantikan posisi Rasulullah ﷺ di tempat tidur pada malam Hijrah. Meskipun ada ancaman besar terhadap keselamatannya, Imam Ali tidak ragu untuk menunaikan perintah Rasulullah ﷺ dan menghadapi risiko tersebut demi melindungi Rasulullah ﷺ.


Imam Ali dengan penuh ketaatan siap menjalankan perintah Nabi ﷺ meskipun itu bisa berarti mengorbankan nyawanya. Dalam sebuah riwayat, Imam Ali berkata:

“Taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban yang tidak boleh ditunda, bahkan jika itu berarti keselamatan jiwa harus dipertaruhkan.”


Ketaatan ini menunjukkan ketundukan total Imam Ali kepada Allah dan kecintaannya kepada Rasulullah ﷺ, meskipun harus menghadapi bahaya yang sangat besar.


2. Kisah Imam Zainul Abidin dan Doa-doanya


Imam Ali Zainul Abidin as, dikenal juga dengan gelar As-Sajjad karena banyaknya beliau berdoa dan bersujud. Salah satu kisah penting yang menggambarkan ketaatannya adalah saat beliau berdoa dengan penuh ketundukan dan pengharapan. Dalam Sahifa Sajjadiya, beliau berdoa dengan penuh rasa takut dan cinta kepada Allah, memohon ampunan dan petunjuk. Imam Zainul Abidin selalu mengingat Allah dalam setiap langkah hidupnya dan menunjukkan kepada umat bagaimana cara berdoa dengan penuh rasa syukur dan ketaatan yang mendalam.


Imam Zainul Abidin berkata:

“Ya Allah, jika Engkau mengampuni dosa-dosaku, itu adalah karena rahmat-Mu. Jika Engkau menahannya, itu adalah karena keadilan-Mu.”

Ketaatan beliau dalam beribadah adalah manifestasi dari penghambaan total kepada Allah, yang penuh dengan kesadaran spiritual.


Kisah tentang Kemaksiatan:


1. Kisah Umar bin Sa’ad di Karbala


Umar bin Sa’ad adalah salah seorang komandan pasukan Yazid yang terlibat dalam pembantaian keluarga Imam Husain di Karbala. Meskipun Umar memiliki banyak peluang untuk berpihak kepada Imam Husain as yang jelas berada di pihak yang benar, ia memilih untuk mengikuti perintah Yazid demi mendapatkan posisi dan kekuasaan. Ia menyadari bahwa tindakan ini adalah kemaksiatan besar, namun ia tetap melakukannya karena ketamakan duniawi.


Sebelum pertempuran terjadi, Imam Husain as sempat mengirim utusan untuk mengingatkan Umar tentang hakikat ketaatan kepada Allah, namun Umar bin Sa’ad tetap tidak mau berbalik. Pada akhirnya, ia merasa menyesal, tetapi penyesalannya datang terlambat, karena ia telah terlibat dalam pembunuhan yang sangat kejam. Imam Ja’far Ash-Shadiq as mengatakan:

“Mereka yang mengutamakan dunia atas akhirat akan menjadi korban kemaksiatan, dan mereka yang tunduk kepada hawa nafsu dan kekuasaan akan merugi di dunia dan akhirat.”


2. Kisah Iblis yang Menolak untuk Sujud kepada Adam


Salah satu kisah yang paling terkenal dalam Al-Qur’an adalah kisah Iblis yang menolak untuk sujud kepada Adam as. Dalam QS. Al-Baqarah: 34, disebutkan bahwa Iblis merasa lebih baik dari Adam karena ia diciptakan dari api, sementara Adam diciptakan dari tanah. Iblis merasa egonya lebih tinggi daripada Adam dan menolak untuk mematuhi perintah Allah untuk sujud sebagai penghormatan kepada Adam.


Kemaksiatan Iblis ini menjadi awal dari kehancurannya, dan menjadi pelajaran bahwa kesombongan dan ego dapat membawa seseorang kepada kehancuran. Dalam tradisi Syiah, Iblis dianggap sebagai contoh terbesar dari kebanggaan dan kemaksiatan, yang memilih untuk melawan perintah Allah demi mempertahankan ego dan dirinya sendiri. Imam Ali as dalam banyak riwayat menyebutkan:

“Kesombongan adalah akar dari segala dosa, dan kemaksiatan pertama di dunia adalah karena kesombongan Iblis.”


3. Kisah Dajjal yang Menolak Kebenaran


Dalam riwayat-riwayat Syiah, Dajjal adalah simbol kemaksiatan besar yang akan muncul menjelang kiamat. Ia akan mengklaim dirinya sebagai Tuhan dan menyesatkan banyak orang. Meskipun ia menunjukkan tanda-tanda kekuatan yang luar biasa, Dajjal adalah contoh dari keingkaran terhadap kebenaran. Meskipun ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa ia bukanlah Tuhan, orang-orang yang terpedaya oleh hawa nafsunya akan tetap mengikuti kemaksiatan tersebut.


Imam Ali as dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa Dajjal adalah figur dari kemaksiatan terbesar yang akan menguji keimanan umat manusia, dan hanya mereka yang benar-benar taat kepada Allah yang akan selamat darinya. Beliau berkata:

“Dajjal adalah gambaran dari hawa nafsu yang menguasai jiwa manusia. Ketika seseorang berpaling dari ketaatan kepada Allah, ia akan mengikuti Dajjal dalam segala kebohongannya.”


Kesimpulan dari Kisah-Kisah ini:

Ketaatan:

Ketaatan sejati kepada Allah membutuhkan pengorbanan, kesadaran penuh, dan penghambaan diri yang tulus, sebagaimana yang dicontohkan oleh Imam Ali, Imam Zainul Abidin, dan Rasulullah ﷺ. Mereka menjalani kehidupan penuh dengan rasa cinta dan ketundukan kepada Allah tanpa pamrih duniawi.

Kemaksiatan:

Kemaksiatan, seperti yang dicontohkan oleh Umar bin Sa’ad, Iblis, dan Dajjal, sering kali berasal dari kesombongan, ego, dan kecintaan berlebihan terhadap dunia. Mereka yang terjebak dalam kemaksiatan ini akhirnya harus menghadapi kerugian besar, baik di dunia maupun di akhirat.


Kisah-kisah ini mengingatkan kita bahwa ketaatan membawa kita lebih dekat kepada Allah, sementara kemaksiatan menjauhkan kita dari-Nya, menyebabkan penyesalan yang sering datang terlambat.


Berikut adalah 10 manfaat dari طاعة (ketaatan) kepada Allah dan معصية (kemaksiatan) beserta doa yang terkait dengan keduanya, berdasarkan ajaran Syiah yang mengajarkan kedekatan dengan Allah melalui ketaatan dan menghindari kemaksiatan.


10 Manfaat dari Ketaatan (طاعة) kepada Allah:

1. Mendekatkan diri kepada Allah

Ketaatan adalah jalan utama untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Furqan: 63, orang yang taat kepada Allah akan mendapatkan keridhaan-Nya dan rahmat-Nya.

2. Menghasilkan kebahagiaan dalam hidup

Ketaatan membawa ketenangan hati dan kebahagiaan batin karena seseorang merasa selalu berada dalam lindungan Allah. Imam Ali as mengatakan, “Ketaatan kepada Allah adalah sumber kebahagiaan sejati.”

3. Mendapatkan keberkahan dalam hidup

Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya membawa keberkahan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam harta, keluarga, maupun umur. QS. An-Nahl: 97 menyebutkan bahwa amal saleh akan mendapatkan balasan yang lebih baik di dunia dan akhirat.

4. Mendapatkan perlindungan dari keburukan

Ketaatan kepada Allah melindungi seseorang dari godaan dan bahaya kehidupan. Doa untuk perlindungan, seperti yang dibaca oleh Imam Ali as, memberikan ketenangan di tengah kesulitan:

“Ya Allah, lindungilah aku dari segala kejahatan dunia dan akhirat.”

5. Menjadi teladan bagi orang lain

Orang yang taat kepada Allah menjadi contoh bagi orang lain dalam hal kebaikan dan kesalehan, yang bisa membawa dampak positif dalam masyarakat. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebaik-baik umat adalah yang memberi manfaat bagi orang lain.”

6. Menghindarkan diri dari dosa

Ketaatan kepada Allah dan larangan-Nya menjauhkan seseorang dari perbuatan dosa, yang bisa membawa kerugian dunia dan akhirat. Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:

“Taat kepada Allah adalah jalan yang paling aman dan menghindarkan dari api neraka.”

7. Meningkatkan iman dan keyakinan

Ketaatan secara konsisten membantu memperkuat iman dan keyakinan seseorang. Imam Ali as mengajarkan:

“Keimanan yang sesungguhnya akan terlihat pada saat seseorang menunaikan perintah Allah dengan sepenuh hati.”

8. Mendapatkan doa yang mustajab

Allah menerima doa orang yang taat, sebagaimana ditegaskan dalam hadis:

“Doa orang yang taat akan diterima Allah, karena ia selalu dekat dengan-Nya.”

9. Mendapatkan pengampunan dosa

Ketaatan kepada Allah mendatangkan pengampunan atas dosa-dosa yang telah lalu. Dalam QS. At-Tahrim: 8, Allah berjanji akan mengampuni dosa orang yang taat kepada-Nya.

10. Meningkatkan kedudukan di surga

Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya mengangkat derajat seseorang di sisi-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa yang taat kepada Allah, ia akan dibangkitkan di hari kiamat dengan wajah yang bercahaya.”


10 Manfaat dari Menghindari Kemaksiatan (معصية):

1. Menjaga hati tetap bersih

Kemaksiatan mencemari hati dan jiwa. Menghindarinya menjaga hati tetap suci dan siap untuk menerima petunjuk Ilahi.

2. Menghindarkan dari azab Allah

Kemaksiatan dapat membawa azab dunia dan akhirat. Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk: 11: “Sungguh, orang-orang yang mengingkari (kemaksiatan) akan mendapat azab yang sangat pedih.”

3. Mendapatkan ketenangan batin

Menghindari kemaksiatan membawa ketenangan dalam jiwa, karena hati tidak dihantui rasa bersalah dan dosa. Imam Ali as berkata:

“Menghindari kemaksiatan adalah kunci dari ketenangan hati.”

4. Meningkatkan kualitas ibadah

Orang yang menghindari kemaksiatan akan dapat beribadah dengan khusyuk dan penuh perhatian kepada Allah.

5. Menjaga hubungan dengan Allah

Menghindari kemaksiatan menjauhkan kita dari perasaan terputus dari Allah dan menjaga kedekatan dengan-Nya.

6. Menghindari penyesalan di akhirat

Kemaksiatan membawa penyesalan yang dalam, seperti yang disebutkan dalam QS. Az-Zumar: 56: “Agar mereka tidak menyesali perbuatan mereka pada hari kiamat.”

7. Menghindarkan diri dari gangguan setan

Kemaksiatan membuka pintu bagi godaan setan. Menghindarinya menjauhkan seseorang dari pengaruh jahat setan.

8. Mendapatkan perlindungan dan bantuan Allah

Allah berjanji akan memberikan pertolongan kepada orang yang menjauhi kemaksiatan. Dalam QS. At-Tahrim: 6, Allah memberikan perlindungan kepada mereka yang bertakwa dan menjauhi kemaksiatan.

9. Memperoleh rahmat dan ampunan Allah

Menghindari kemaksiatan memberi jalan bagi seseorang untuk mendapatkan rahmat dan ampunan Allah, sebagaimana disebutkan dalam hadis:

“Allah akan mengampuni dosa siapa saja yang menjauhi perbuatan dosa (kemaksiatan).”

10. Meningkatkan ketakwaan

Menghindari kemaksiatan adalah jalan untuk meningkatkan ketakwaan. Imam Ali as berkata:

“Takwa adalah kunci keselamatan, dan menghindari kemaksiatan adalah dasar dari ketakwaan.”


Doa untuk Ketaatan (طاعة):

1. Doa Agar Diberikan Ketaatan

‎اللهم اجعلنا من الذين يسمعون القول فيتبعون أحسنه

“Ya Allah, jadikan kami orang yang mendengar perkataan dan mengikuti yang terbaik darinya.” (QS. Az-Zumar: 18)

2. Doa Meminta Keberkahan dalam Ketaatan

‎اللهم اجعل عملنا خالصًا لوجهك الكريم

“Ya Allah, jadikanlah amal kami semata-mata karena wajah-Mu yang mulia.”

3. Doa untuk Mendapatkan Kekuatan dalam Ketaatan

‎اللهم لا تُكلني إلى نفسي طرفة عين

“Ya Allah, janganlah Engkau menyerahkan aku kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata.”


Doa untuk Menghindari Kemaksiatan (معصية):

1. Doa Meminta Perlindungan dari Kemaksiatan

‎اللهم إني أعوذ بك من المعصية

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemaksiatan.”

2. Doa Meminta Ampunan atas Dosa

‎اللهم اغفر لي وارحمني وتب علي

“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, dan terimalah taubatku.”

3. Doa Agar Dijauhkan dari Setan dan Kemaksiatan

‎اللهم إني أعوذ بك من شرور نفسي ومن سيئات أعمالي

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan diriku dan dosa-dosa perbuatanku.”


Kesimpulan:


Ketaatan membawa banyak manfaat, baik dalam hidup dunia maupun akhirat, termasuk kedekatan dengan Allah, keberkahan, dan perlindungan dari segala keburukan. Menghindari kemaksiatan juga mendatangkan ketenangan batin, pengampunan, dan perlindungan dari Allah. Doa-doa yang dipanjatkan dalam menjalani hidup ini adalah cara untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah, menghindari godaan setan, dan terus berada di jalan yang benar.


Semoga bermanfaat!!!!

Mohon doa!!!!

Comments

Popular posts from this blog

Amalan Akhir & Awal Tahun ; Amalan Bulan Muharram ; Ziarah Imam Husein as dan Syuhada Karbala

Doa-doa Cepat Terkabul (Sari’ Al-Ijaabah) Dari; Imam Ali as dan Imam Musa as

Doa Pendek untuk Semua Penyakit