Kriteria Orang-orang Yang Bertaqwa (Muttaqin)” Riwayat dari Imam Ali bin Abi Tholib as. (Imamul Muttaqin)”
رُوِيَ اَنَّ صَاحِبًا ِلأَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ-يُقَالُ لَهُ: هَمَّامٌ كَانَ رَجُلاً عَابِدًا، فَقَالَ لَهُ:
يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ، صِفْ لِيَ الْمُتَّقِيْنَ حَتَّى كَأَنِّيْ أَنْظُرُ اِلَيْهِمْ!
Diriwayatkan dari seorang sahabat Imam Ali bernama Hammam, yang dikenal sebagai seorang ‘abid (ahli ibadah) berkata kepadanya: Wahai Amir Al-Mukminin, gambarkanlah untukku sifat-sifat kaum muttaqin, (Orang-orang yang bertaqwa) sehingga aku seolah-olah memandang kepada mereka!”
فَتَثَاقَلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ عَنْ جَوَابِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا هَمَّامٌ اِتَّقِ اللَّهَ وَاَحْسِنْ (فَإِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَالَّذِيْنَ هُمْ مُحْسِنُوْنَ) فَلَمْ يَقْنَعْ هَمَّامٌ بِهَذَا الْقَوْلِ حَتَّى عَزَمَ عَلَيْهِ، فَحَمَدَ اللَّهَ وَأَ ثْنَى عَلَيْهِ، وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ، ثُمَّ قَالَ:
Mula-mula Imam Ali kelihatannya segan memenuhi permintaan itu, lalu ujarnya: ‘Wahai Hammam, bertakwalah kepada Allah dan berbuatlah kebajikan. Sesungguhnya Allah bersama orang- orang yang bertakwa dan berbuat kebajikan. Mendengar jawaban itu, Hammam belum merasa puas, dan mendesak sekali lagi, sehingga Imam Ali memenuhi permintaannya itu. Setelah mengucapkan puji-pujian bagi Allah SWT dan shalawat bagi Nabi saww, ia berkata:
اَمَّا بَعْدُ؛ فَاِنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى خَلَقَ الْخَلْقَ – حِيْنَ خَلَقَهُمْ – غَنِيًّا عَنْ طَاعَتِهِمْ، آمِنًا مِنْ مَعْصِيَتِهِمْ ؛ ِلأَنَّهُ لاَ تَضُرُّهُ مَعْصِيَةُ مَنْ عَصَاهُ وَلاَ تَنْفَعُهُ طَاعَةُ مَنْ اَطَاعَهُ فَقَسَمَ بَيْنَهُمْ مَعَايِشَهُمْ،وَوَضَعَهُمْ مِنَ الدُّ نْيَا مَوَاضِعَهُمْ
Ammâ ba’du. Sesungguhnya, ketika Allah SWT menciptakan makhluk-Nya, Ia mencipta mereka dalam keadaan tidak butuh akan ketaatan mereka dan tidak cemas akan pembangkangan mereka. Maksiat apapun yang dilakukan orang takkan menimbulkan suatu mudarat bagi-Nya.
Sebagaimana ketaatan orang yang bagaimanapun juga takkan mendatangkan manfaat sedikit pun bagi-Nya.
Dialah yang membagikan segala kebutuhan hidup mereka.
Dan Dia pulalah yang meletakkan masing-masing mereka dalam tempatnya di dunia ini.
فَالْمُتَّقُوْنَ فِيْهَا هُمْ اَهْلُ الْفَضَائِلِ
1. Maka orang-orang yang bertakwa, merekalah manusia-manusia bijak bestari
مَنْطِقُهُمُ الصَّوَابُ،
وَمَلْبَسُهُمْ اْلإِقْتِصَادُ،
وَمَشْيُهُمْ التَّوَاضُعُ
kesederhanaan adalah “pakaian” mereka dan
kerendahan hati mengiringi gerak-gerik mereka
غَضُّوْا اَبْصَارَهُمْ عَمَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ
3. Mereka tundukkan pandangan mereka terhadap segala yang diharamkan Allah.
وَوَقَفُوْا اَسْمَاعَهُمْ عَلَى الْعِلْمِ النَّافِعِ لَهُمْ
4. Dan mereka gunakan pendengaran mereka hanya untuk mendengarkan ilmu yang berguna.
نُزِّلَتْ اَنْفُسُهُمْ مِنْهُمْ فِى الْبَلاَءِ كَالَّتِيْ نُزِّلَتْ فِى الرَّخَاءِ وَلَوْلاَ اْلاَجَلُ الَّذِيْ كُتِبَ عَلَيْهِمْ لَنْ تَسْتَقِرَّ اَرْوَاحُهُمْ فِى اَجْسَادِهِمْ طَرْفَةَ عَيْنٍ شَوْقًا اِلَى الثَّوَابِ وَخَوْفًا مِنَ الْعِقَابِ
5. Jiwa mereka selalu diliputi ketenangan dalam menghadapi cobaan, sama seperti dalam menerima kenikmatan.
Dan sekiranya bukan kepastian ajal yang telah ditetapkan, niscaya ruh mereka takkan tinggal diam dalam jasad-jasad mereka walau hanya sekejap, baik disebabkan kerinduannya kepada pahala Allah atau ketakutannya akan hukuman-Nya.
عَظُمَ الْخَالِقُ فِى اَنْفُسِهِمْ فَصَغُرَ مَا دُوْنَهُ فِى اَعْيُنِهِمْ،
6. Begitu agungnya Sang Pencipta dalam hati mereka, sehingga apa saja, selain Dia, menjadi kecil sekali dalam pandangan.
فَهُمْ وَالْجَنَّةُ كَمَنْ قَدْ رَآهَا فَهُمْ فِيْهَا مُنَعَّمُوْنَ
seolah telah melihatnya.
وَهُمْ وَالنَّارُ كَمَنْ قَدْ رَآهَافَهُمْ فِيْهَا مُعَذَّبُوْنَ
seakan telah menyaksikannya.
قُلُوْ بُهُمْ مَحْزُوْنَةٌ، وَشُرُوْرُهُمْ مَأْمُوْنَةٌ
9. Hati mereka selalu diliputi kekhusyukan. Tak pernah orang mengkhawatirkan suatu gangguan dari mereka.
وَاَجْسَادُهُمْ نَحِيْفَةٌ، وَحَاجَاتُهُمْ خَفِيْفَةٌ، وَاَنْفُسُهُمْ عَفِيْفَةٌ
10. Tubuh-tubuh mereka kurus kering, kebutuhan-kebutuhan mereka amat sedikit, jiwa mereka terjauhkan dari segala yang kurang patut. (Mereka kurus karena terlalu seringnya berpuasa serta selalu prihatin disebabkan besarnya rasa tanggung jawabnya terhadap Allah SWT dan makhluk-Nya.)
صَبَرُوْا اَيَّامًا قَصِيْرَةً اَعْقَبَتْهُمْ رَاحَةً طَوِيْلَةً، تِجَارَةٌ مُرْبِحَةٌ يَسَّرَهَا لَهُمْ رَبُّهُمْ
11. Mereka bersabar beberapa hari dan memperoleh kesenangan langgeng sebagai pengganti.
Itulah perdagangan amat menguntungkan yang dimudahkan Allah bagi mereka.
أَرَادَتْهُمُ الدُّنْيَا فَلَمْ يُرِيْدُوْهَا، وَاَسَرَتْهُمْ فَفَدَوْا اَنْفُسَهُمْ مِنْهَا
12. Dunia menghendaki mereka, namun mereka tidak menghendakinya. Ia menjadikan mereka sebagai tawanan, namun mereka berhasil menebus diri dan terlepas dari cengkeramannya.
اَمَّا اللَّيْلُ فَصَآفُّوْنَ أَقْدَامَهُمْ تَالِيْنَ ِلاَجْزَاءِ الْقُرْآنِ : يُرَتِّلُوْنَهُ تَرْتِيْلاً، يُحْزِنُوْنَ بِهِ اَنْفُسَهُمْ،
وَيَسْتَثِيْرُوْنَ دَوَاءَ دَائِهِمْ
13. Di malam hari, mereka merapatkan kaki (Mengerjakan salat Tahajjud hampir sepanjang malam.) seraya membaca bagian-bagian Alquran dengan memperindah bacaannya, merawankan hati mereka dengannya serta membangkitkan penawar bagi segala yang mereka derita.
فَاِذَا مَرُّوْا بِآيَةٍ فِيْهَا تَشْوِيْقٌ رَكَنُوْا اِلَيْهَا طَمَعًا، وَتَطَلَّعَتْ نُفُوْسُهُمْ اِلَيْهَا شَوْقًا،
وَظَنُّوْا اَنَّهَا نُصْبُ اَعْيُنِهِمْ
seakan surga telah berada dihadapan mata.
فَاِذَا مَرُّوْا بِآيَةٍ فِيْهَا تَخْوِيْفٌ اَصْغَوْا اِلَيْهَا مَسَامِعَ قُلُوْبِهِمْ، وَظَنُّواْ اَنَّ زَفِيْرَ جَهَنَّمَ وَشَهِيْقَهَا فِىاُصُوْلِ آذَانِهِمْ
15. Dan bila melewati ayat pembawa ancaman, mereka hadapkan seluruh “pendengaran”hati kepadanya, seakan desir Jahannam dan gelegaknya bersemayam dalam dasar telinga mereka.
فَهُمْ حَانُوْنَ عَلَى اَوْسَاطِهِمْ، مُفْتَرِشُوْنَ لِجِبَاهِهِمْ وَاَكُفِّهِمْ وَرُكَبِهِمْ وَاَطْرَافِ اَقْدَامِهِمْ يَطَّلِبُوْنَ اِلَى اللهِ تَعَالَى فِى فَكَاكِ رِقَابِهِمْ
16. Mereka senantiasa membungkukkan punggung, meletakkan dahi dan telapak tangan, merapatkan lutut dan ujung kaki dengan tanah, memohon beriba-iba agar dibebaskan dari murka-Nya.
وَاَمَّا النَّهَارُ فَحُلَمَاءُ عُلَمَاءُ، اَبْرَارٌ اَتْقِيَاءٌ
17. Adapun disiang hari, merekalah orang-orang penuh kemurahan hati, berilmu, berbakti dan bertakwa.
قَدْ بَرَاهُمُ الْخَوْفُ بَرْىَ الْقِدَاحِ يَنْظُرُ اِلَيْهِمُ النَّاظِرُ فَيَحْسَبُهُمْ مَرْضَى،
وَمَا بِالْقَوْمِ مِنْ مَرَضٍ
18. Ketakutan kepada Tuhan membuat langsingnya Setiap yang memandang pasti sedang mengira sedang sakit, padahal tiada satu penyakit yang mereka derita, di tubuh mereka.
وَيَقُوْلُوْا قَدْ خُوْلِطُوْا وَلَقَدْ خَالَطَهُمْ اَمْرٌ عَظِيْمٌ
19. Dikira akalnya tersentuh rasukan setan padahal mereka tersentuh “urusan” lain yang amat besar. (Yakni ketakutan akan kemurkaan Allah serta kedahsyatan hari akhir.)
لاَ يَرْضَوْنَ مِنْ اَعْمَا لِهِمُ الْقَلِيْلَ وَلاَ يَسْتَكْثِرُوْنَ الْكَثِيْرَ،
20. Tiada yang pernah merasa senang dengan amal-amal mereka yang hanya sedikit, tapi tidak pernah pula mereka berpuas hati dengan yang banyak.
فَهُمْ ِلأَنْفُسِهِمْ مُتَّهِمُوْنَ وَمِنْ اَعْمَا لِهِمْ مُشْفِقُوْنَ
21. Selalu mencurigai diri mereka sendiri, dan selalu mencemaskan amal pengabdian yang mereka kerjakan.
إِذَا زُكِّيَ أَحَدُهُمْ خَافَ مِمَّا يُقَالُ لَهُ !
22. Bila seorang dari mereka beroleh pujian ia menjadi takut akan apa yang akan dikatakan orang tentang dirinya.
فَيَقُوْلُ : أَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِيْ مِنْ غَيْرِيْ وَرَبِّيْ أَعْلَمُ بِيْ مِنِّيْ بِنَفْسِيْ، اَللَّهُمَّ لاَتُؤَاخِذْنِيْ بِمَا يَقُوْلُوْنَ، وَاجْعَلْنِيْ أَ فْضَلَ مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْلِيْ مَالاَ يَعْلَمُوْنَ
23. Lalu ia pun segera berkata: “Aku lebih mengerti mengenai diriku sendiri dan Tuhanku lebih mengerti akan hal itu dari diriku. Ya Allah, Ya Tuhanku, jangan Kau hukum aku disebabkan apa yang mereka katakan tentang diriku.Jadikanlah aku lebih baik dari yang mereka sangka, dan ampunilah aku dari segala yang tidak mereka ketahui!”.
فَمِنْ عَلاَ مَةِ اَحَدِهِمْ :أَنَّكَ تَرَى لَهُ قُوَّةً فِى دِيْنٍ وَحَزْمًا فِى لِيْنٍ
24. Tanda-tanda yang tampak dari diri mereka ialah keteguhan dalam beragama, ketegasan bercampur dengan kelunakan,
وَاِيْمَاناً فِى يَقِيْنٍ وَحِرْصًا فِى عِلْمٍ
25. keyakinan dalam keimanan, kecintaan yang sangat pada ilmu
وَعِلْمًا فِى حِلْمٍ، وَقَصْدًا فِى غِنًى
26. kepandaian dalam keluhuran hati, kesederhanaan dalam kekayaan,
وَخُشُوْعًا فِى عِبَادَةٍ, وَتَجَمُّلاً فِى فَا قَةٍ
27. kekhusyukan dalam beribadah, ketabahan dalam kekurangan,
وَصَبْرًا فِى شِدَّةٍ, وَطَلَباً فِى حَلاَلٍ
28. kesabaran dalam kesulitan, kesungguhan dalam mencari yang halal,
وَنَشَاطًا فِى هُدًى, وَتَحَرُّجًا عَنْ طَمَعٍ
29. kegesitan dalam kebenaran dan menjaga diri dari segala sikap tamak.
يَعْمَلُ اْلاَ عْمَالَ الصَّالِحَةَ وَهُوَ عَلَى وَجَلٍ
30. Mereka mengerjakan amal-amal saleh, namun hatinya tetap cemas.
يُمْسِي وَهَمُّهُ الَشُّكْرُ وَيُصْبِحُ وَهَمُّهُ الذِّكْرُ
31. Sore hari dipenuhinya dengan sukur. Pagi hari dilewatinya dengan zikir.
يَبِيْتُ حَذِرًا وَيُصْبِحُ فَرِحًا
32. Semalaman dalam kekhawatiran dan keesokan harinya bergembira.
حَذِرًا لِمَا حَذِرَ مِنَ الْغَفْلَةِ، وَفَرِحًا بِمَا اَصَابَ مِنَ الْفَضْلِ وَالرَّحْمَةِ
33. Khawatir akan akibat kelalaian dan gembira disebabkan karunia serta rahmat yang diperolehnya.
اِنِ اسْتَصْعَبَتْ عَلَيْهِ نَفْسُهُ فِيْمَا تَكْرَهُ لَمْ يُعْطِهَا سُؤْلَهَا فِيْمَا تُحِبُّ
34. Bila hati seorang dari mereka mengelak dari ketaatan (kepada Allah) yang dirasa berat, iapun menolak memberinya sesuatu yang menjadi keinginannya.
قُرَّةُ عَيْنِهِ فِيْمَا لاَ يَزُوْلُ، وَزَهَادَتُهُ فِيْمَا لاَ يَبْقَى
35. Kepuasaan jiwanya terpusat pada sesuatu “yang tak akan punah”, dan penolakannya tertuju kepada sesuatu “yang segera hilang”. (Yang tak akan punah” ialah akhirat. “Yang segera hilang” ialah dunia.)
يَمْزُجُ الْحِلْمَ بِالْعِلْمِ وَالْقَوْلَ بِالْعَمَلِ
36. Dicampurnya kemurahan hati dengan ilmu, disatukannya ucapan dengan perbuatan.
تَرَاهُ قَرِيْبًا آمَلُهُ، قَلِيْلاً زَلَلُهُ، خَاشِعًا قَلْبُهُ، قَانِعَةً نَفْسُهُ،
37. “Dekat” cita-citanya. Sedikit kesalahannya. Khusyuk hatinya. Mudah terpuaskan jiwanya.
مَنْزُوْرًا اَكْلُهُ، سَهْلاً اَمْرُه
38. Sederhana makanannya. Bersahaja urusannya.
حَرِيْزًا دِيْنُهُ، مَيْتَتًا سَهْوَتُهُ، مَكْظُوْمًا غَيْظُهُ
39. Kukuh agamanya. Terkendali nafsunya. Tertahan emosinya.
اَلْخَيْرُ مِنْهُ مَأْمُوْلٌ، وَالشَّرُّ مِنْهُ مَأْمُوْنٌ
40. Kebaikannya selalu dapat diharapkan. Ganguannya tak pernah dikhawatirkan.
اِنْ كَانَ فِى الْغَافِلِيْنَ كُتِبَ فِى الذَّاكِرِيْنَ
41. Bila sedang bersama orang-orang lalai, ia tak pernah lupa mengingat Tuhannya
وَاِنْ كَانَ فِى الذَّاكِرِيْنَ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الْغَا فِلِيْنَ
42. dan bila bersama orang-orang yang mengingat Tuhan, ia tak pernah lalai (Ia selalu berzikir dalam hatinya meskipun ia berada diantara orang-orang lalai, ataupun mereka yang mengucapkan zikir meskipun hati mereka lalai.)
يَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَهُ، يُعْطِى مَنْ حَرَمَهُ
43. Memaafkan siapa yang menzaliminya. Memberi kepada siapa yang menolak memberinya.
وَيَصِلُ مَنْ قَطَعَهُ، بَعِيْدًا فُحْشُهُ
44. Menghubungi siapa yang memutuskan hubungan dengannya. Jauh dari perkataan keji.
لَيِّنًا قَوْلُهُ، غَائِبًا مُنْكَرُهُ، حَاضِرًا مَعْرُوْفُهُ
45. Lemah lembut ucapannya. Tak pernah terlihat kemungkarannya. Selalu hadir kebaikannya.
مُقْبِلاً خَيْرُهُ، مُدْبِرًا شَرُّهُ
46. Dekat sekali kebaikannya. Jauh sekali keburukannya.
فِى الْزَلاَزِلِ وَقُوْرٌ، وَفِى الْمَكَارِهِ صَبُوْرٌ
47. Tenang selalu walaupun dalam bencana yang mengguncang. Sabar dalam menghadapi
segala kesulitan.
وَفِى الرَّخَاءِ شَكُوْرٌ، لاَ يَحِيْفُ عَلَى مَنْ يُبْغِضُ ،
48. Bersyukur dalam kemakmuran, Pantang berbuat aniaya meski terhadap siapa yang ia benci.
وَلاَ يَأْ ثَمُ فِيْمَنْ يُحِبُّ
49. Tak sedia berbuat dosa walau demi menyenangkan orang yang ia cintai (Kecintaan kepada seseorang tak akan mendorongnya untuk berbuat maksiat)
يَعْتَرِفُ بِالْحَقِّ قَبْلَ اَنْ يَشْهَدَ عَلَيْهِ
50. Segera mengakui yang benar sebelum dihadapkan kepada kesaksian orang lain.
لاَ يُضِيْعُ مَا اسْتُحْفِظَ، وَلاَ يَنْسَى مَا دُّكِرَ، وَلاَ يُنَابِزُ بِالالَقْاَبِ
51. Sekali-kali ia tak akan melalaikan segala yang diamanatkan kepadanya Atau memanggil seseorang dengan julukan yang tidak disenangi.
وَلاَ يُضَآرُّ بِالْجَارِ، وَلاَ يَشْمَتْ بِالْمَصَائِبِ، وَلاَ يَدْخُلُ فِى الْبَاطِلِ، وَلاَ يَخْرُجُ مِنَ الْحَقِّ
52. Atau mendatangkan gangguan bagi tetangga. Ataupun bergembira dengan bencana yang menimpa lawan. Ia tak akan masuk dalam kebatilan, ataupun keluar dalam kebenaran.
اِنْ صَمَتَ لَمْ يَغُمُّهُ صَمْتُهُ، وَاِنْ ضَحِكَ لَمْ يَعْلُ صَوْتُهُ، وَاِنْ بُغِيَ عَلَيْهِ صَبَرَ حَتَّى يَكُوْنَ اللهُ هُوَ الَّذِيْ يَنْتَقِمُ لَهُ
53. Bila berdiam diri, tak merasa risau karenanya. Bila tertawa, tak terdengar meninggi. Dan bila terlanggar haknya, ia tetap bersabar sehingga Allah-lah yang membalaskan baginya.
نَفْسُهُ مِنْهُ فِى عَنَاءٍ، وَالنَّاسُ مِنْهُ فِىرَاحَةٍ، اَتْعَبَ نَفْسَهُ ِلْآخِرَتِهِ، وَاَرَاحَ النَّاسُ مِنْ نَفْسِهِ
54. Dirinya kepayahan menghadapi ulahnya sendiri, sedangkan manusia lainnya tak pernah terganggu sedikitpun olehnya. Ia melelahkan dirinya sendiri demi akhiratnya dan menyelamatkan manusia sekitarnya dari gangguan dirinya.
بُعْدُهُ عَمَّنْ تَبَاعَدَ عَنْهُ زُهْدٌ وَنَزَاهَةٌ، وَدُنُوُّهُ مِمَّنْ دَنَا مِنْهُ لَيِّنٌ وَرَحْمَةٌ، لَيْسَ تَبَا عُدُهُ بِكِبْرٍ وَعَظَمَةٍ، وَلاَ دُنُوُّهُ بِمَكَرٍ وَخَدْعَةٍ
55. Kejauhan dari siapa yang dijauhinya disebabkan oleh Zuhud dan kebersihan jiwa. Kedekatannya kepada siapa yang didekatinya disebabkan oleh kelembutan hati dan kasih sayangnya. Bukan karena keangkuhan dan pengagungan diri ia menjauh dan bukan karena kelicikan dan tipu muslihat ia mendekat.
Perawi berkata:”Ketika Imam Ali sampai bagian ini dari pidatonya, Hammam si ‘abid yang mendengarkan dengan khusyuk tiba-tiba jatuh pingsan sehingga
Imam Ali berkata : Sungguh, demi Allah, sejak pertama aku khawatir hal ini akan terjadi atasnya.” Kemudian ia bertanya-tanya; Beginilah akibat yang ditimbulkan oleh nasehat-nasehat yang mendalam kepada hati yang rawan.
***
Comments
Post a Comment