Makna; ‘AHD (Janji Setia) dalam doa
اَللَّهُمَّ إِنِّي اُجَدِّدُ لَهُ فِي صَبِيْحَةِ يَوْمِي هَذَا
وَمَا عِشْتُ مِنْ اَيَّامِي عَهْدًا وَعَقْدًا وَبَيْعَةً لَهُ فِي عُنُقِي
لَا اَحُولُ عَنْهَا وَلاَ اَزُوْلُ ابَدًا
Ya Allah pada pagi ini aku memperbarui janjiku padanya (imam mahdi) Dan pada setiap masa aku hidup di dalamnya
Aku memperbarui janji keterikatan dan bai’atku kepadanya
Yang tidak aku ubah dan aku hilangkan (bai’atku padanya) untuk selamanya
عَهْدًا وَعَقْدًا وَبَيْعَةً لَهُ فِي عُنُقِي،
لَا أَحُولُ عَنْهَا وَلَا أَزُولُ أَبَدًا
1. Makna Zahir: Pembaruan Bai‘at Setiap Hari; Doa ini menegaskan kesetiaan harian kepada Imam Zaman (aj), dengan memperbaharui janji dan bai‘at (sumpah kesetiaan) setiap pagi. Ini adalah ekspresi nyata dan lisan dari loyalitas terhadap kepemimpinan spiritual Imam Mahdi (aj).
Dalam pandangan makrifat, pembaruan janji ini menciptakan hubungan ruhani yang aktif dan dinamis antara sang mukmin dengan Imamnya. Ini bukan hanya lafaz, tapi gerak batin yang memperkuat kesadaran akan kehadiran Imam dalam hidup.
3. Makna Kesadaran Waktu: “Fi Ṣabīḥati Yawmī”
Frasa “pada pagi hariku ini” menunjukkan pentingnya memulai hari dengan ikatan spiritual kepada Imam. Para arif melihatnya sebagai kunci agar seluruh aktivitas harian dilandasi dengan bimbingan walayah.
4. Makna Eksistensial: “Wa mā ‘Isytu min Ayyāmī”
Ini menunjukkan bahwa janji kepada Imam bukan hanya berlaku sesaat, tetapi melekat selama hayat. Dalam hakikatnya, hidup itu sendiri adalah wadah penunaian janji kepada Wali Allah.
5. Makna Amanah: “Ahdan wa ‘Aqdan wa Bay‘atan”
Tiga kata ini (janji, perjanjian, dan bai‘at) menunjukkan bertingkatnya kedalaman komitmen: dari niat (عهد), menjadi ikatan hati (عقد), lalu menjadi sumpah formal (بيعة). Setiap tahap menunjukkan kedewasaan spiritual seseorang dalam pengikutannya.
6. Makna Wujud: “Fī ‘Unuqī” (di leherku)
Bai‘at itu seolah diikat di leher, seperti kalung tanggung jawab. Dalam ilmu hakikat, ini melambangkan beban amanah walayah yang terus dibawa sampai ajal.
7. Makna Istiqamah: “Lā Aḥūlu ‘Anhā wa Lā Azūlu Abadā”
Pernyataan ini menunjukkan keteguhan hati yang tidak goyah oleh waktu, fitnah, ujian, atau syubhat. Bagi para arif, ini adalah maqam “thubūt” (keteguhan) dalam suluk kepada Allah melalui jalur walī-Nya.
8. Makna Tauhid dalam Walayah
Doa ini tidak sekadar setia kepada manusia, tapi kepada cahaya Allah yang dititipkan pada Imam Zaman. Dalam batin, janji ini adalah janji kepada Allah melalui wujud-Nya yang paling sempurna di zaman ini.
9. Makna Pembaharuan Cinta
Setiap pagi, pembaharuan janji ini ibarat menyiram cinta agar tidak kering. Para arif menyebut ini sebagai “tajdīd al-‘ahd bi al-ḥubb”, yaitu memperbaharui janji cinta ilahi melalui kekasih-Nya, Imam Zaman (aj).
10. Makna Keabadian Janji
Kata “abadan” mengisyaratkan bahwa walayah Imam bukan hanya di dunia, tapi juga akan diteruskan di alam barzakh dan akhirat. Inilah bai‘at yang menembus batas waktu.
Makna doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أُجَدِّدُ لَهُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِي هَذَا، وَمَا عِشْتُ مِنْ أَيَّامِي، عَهْدًا وَعَقْدًا وَبَيْعَةً لَهُ فِي عُنُقِي، لَا أَحُولُ عَنْهَا وَلَا أَزُولُ أَبَدًا
Ya Allah, sungguh aku memperbarui bagi-Nya di pagi hariku ini dan sepanjang hidupku, suatu janji, ikatan, dan baiat di leherku, yang tak akan pernah aku tinggalkan dan aku lepas selama-lamanya.”) berdasarkan Al-Qur’an, dengan mengaitkan makna kata dan nilai-nilai spiritualnya dengan ayat-ayat yang relevan:
1. Makna Pembaruan Janji — QS Al-Ahzab:23; Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah…”
Doa ini adalah pembaruan janji setia kepada pemimpin Ilahi (Imam Zaman), seperti janji para mukmin sejati yang disebut dalam ayat ini.
2. Makna Bai‘at di Leher — QS Al-Fath:10 ; Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (wahai Nabi), sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.”
Doa ini menyiratkan bahwa bai‘at kepada Imam (sebagai wali Allah) sejatinya adalah bai‘at kepada Allah — sebagaimana dicontohkan dalam bai‘at kepada Rasulullah (saw).
3. Makna Kepemimpinan Ilahi — QS Al-Baqarah:124; “Sesungguhnya Aku menjadikanmu (Ibrahim) sebagai imam bagi manusia.”
Janji kepada Imam Mahdi adalah janji kepada kepemimpinan yang ditetapkan langsung oleh Allah — sebagaimana Allah menetapkan Nabi Ibrahim sebagai imam.
4. Makna Janji Seumur Hidup — QS Maryam:54;”Dan ia (Ismail) adalah seorang yang benar terhadap janjinya…” Makna “wa mā ‘isytu min ayyāmī” (selama aku hidup) merujuk pada kesetiaan seperti Nabi Ismail yang digambarkan setia dengan janjinya sepanjang hayat.
5. Makna Istiqamah dan Tidak Bergeser — QS Fussilat:30 Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah’ lalu mereka tetap istiqamah…”Frasa “lā aḥūlu ‘anhā wa lā azūlu abadā” sejalan dengan semangat istiqamah dalam keimanan dan kesetiaan.
6. Makna Perjanjian Ruhani — QS Al-A‘rāf:172:”Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami).’” Doa ini menghidupkan kembali janji primordial (alastu bi rabbikum) dalam bentuk kesetiaan kepada wakil Allah di zaman ini.
7. Makna Ikatan di Leher — QS Al-Isrā’:13:”Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya pada lehernya.” Frasa “في عنقي” (di leherku) adalah simbol tanggung jawab dan komitmen pribadi, seperti catatan amal yang digantung di leher manusia.
8. Makna Kepatuhan Total — QS An-Nisā’:59;”Taatilah Allah, dan taatilah Rasul serta Ulil Amri di antara kalian.” Bai‘at ini adalah bentuk ketaatan kepada Ulil Amri, yang menurut banyak riwayat Ahlul Bait adalah para Imam maksum.
9. Makna Cinta kepada Allah melalui Imam — QS Āli ‘Imrān:31 Katakanlah: Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Nabi), niscaya Allah akan mencintai kalian.” Mengikuti Imam adalah bagian dari mengikuti Nabi, dan itu adalah jalan menuju cinta Allah. Bai‘at dalam doa ini adalah bukti cinta.
10. Makna Janji yang Tidak Boleh Dilanggar — QS An-Nahl:91; Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji, dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu setelah menguatkannya.” Doa ini adalah bentuk komitmen tinggi yang tidak boleh dicederai, selaras dengan perintah Allah untuk menjaga janji.
Makna dari doa “اللَّهُمَّ إِنِّي أُجَدِّدُ لَهُ…” menurut hadis-hadis, khususnya dari perspektif Ahlul Bait (as), yang menegaskan nilai ‘ahd (janji), ‘aqd (ikatan), dan bay‘ah (baiat) kepada Imam Zaman (aj):
📘 Imam Ja‘far al-Shadiq (as) bersabda: من مات ولم يعرف إمام زمانه مات ميتةً جاهلية”
“Barang siapa mati tanpa mengenal Imam zamannya, ia mati dalam keadaan jahiliah.(al-Kāfī, j.1, h.376)
➡️ Doa ini menandakan penegasan makrifat Imam sebagai syarat iman sejati.
🟢 2. Bai‘at sebagai Janji Ilahi
📘 Rasulullah (saw) bersabda:
“من بايع إمامًا فأعطاه صفقة يده وثمرة قلبه فليطعه إن استطاع…”
“Barang siapa membaiat seorang Imam, lalu memberikan padanya ikrar dengan tangan dan hatinya, hendaklah ia menaati…”
📚 (Sahih Muslim, Kitab al-Imarah)
➡️ Doa ini mencerminkan kesatuan antara hati, niat, dan lisan dalam bai‘at.
🟢 3. Bai‘at Adalah Amanah di Leher
“Menepati janji adalah tanda kemuliaan.”📚 (Nahjul Balaghah, Hikmah 34)
🟢 4. Kesetiaan dalam Ghaibah
📘 Imam Shadiq (as) bersabda:
“طوبى لشيعتنا، المتمسكين بحبنا في غيبة قائمنا، الثابتين على ولايتنا”
“Beruntunglah para pengikut kami yang berpegang pada cinta kami di masa ghaibnya Qa’im kami, dan teguh dalam walayah kami.”
📚 (Kamal al-Din, Syaikh Shaduq)
➡️ Doa ini adalah bukti kesetiaan dalam masa ujian ghaibah.
🟢 5. Perbaruan Janji: Amalan Ahlul Bait 📘 Imam Ridha (as) berkata: جدِّدوا العهد بصاحبكم في كل صباح ومساء”
“Perbaruilah janji kepada Imam kalian setiap pagi dan sore.”
📚 (Mafatih al-Jinan, Bab Doa ‘Ahd)
➡️ Doa ini berasal langsung dari instruksi Imam, untuk menjaga hubungan ruhani dengan Imam Mahdi (aj).
🟢 6. Bai‘at Ruhani Melindungi dari Fitnah
“إذا قام القائم لم يكن بينه وبين العرب وقريش إلا السيف”
“Saat al-Qa’im (aj) muncul, tidak ada yang tersisa antara dia dan bangsa Arab dan Quraisy kecuali pedang.”
🟢 7. Istiqamah dalam Bai‘at: Jalan ke Surga
من مات على بيعة مات ميتةً إسلامية”
“Siapa yang mati dalam keadaan berbai‘at (kepada Imam) maka matinya adalah mati Islam sejati.”
📚 (Musnad Ahmad bin Hanbal)
➡️ Doa ini adalah pembeda antara kematian jahiliah dan kematian Islam.
🟢 8. Cinta kepada Imam = Cinta kepada Allah
“Barang siapa mencintai kami, sungguh ia telah mencintai Allah.”
📚 (al-Kāfī, j.1, h.188)
🟢 9. Janji yang Tidak Boleh Diingkari
“Janji akan dimintai pertanggungjawaban.”
🟢 10. Pembaruan Bai‘at Menyambut Zuhur
“Barang siapa ingin menjadi sahabat al-Qa’im, maka hendaklah ia menanti dan berakhlak mulia.”
📚 (al-Ghaibah, al-Nu‘mani, h.200)
➡️ Doa ini adalah amal harian para penanti Imam Mahdi, yang bersiap menjadi bala tentaranya dengan memperbaharui janji secara konsisten.
Makna doa “اللَّهُمَّ إِنِّي أُجَدِّدُ لَهُ…” menurut hadis-hadis Ahlul Bayt (ʿalaihimussalām), yang menggambarkan nilai spiritual, batin, dan hakikat janji (ʿahd), ikatan (ʿaqd), dan baiʿat (بيعة) kepada Imam Zaman (aj):
“جدِّدوا العهد بصاحبكم في كل يوم”
“Perbaruilah janji setia kepada Imam kalian setiap hari.”
2. Baiʿat Adalah Janji Ilahi yang Akan DimintaPertanggungjawaban
📘 Imam al-Shādiq (as) berkata:
“العهد مسؤول”
“Setiap janji akan dimintai pertanggungjawaban.”
3. Baiʿat Sejati Terpaut di Leher Hamba yang Jujur
📘 Amīrul Muʾminīn (as) berkata:
“الوفاء بالعهد من شيم الكرام”
“Menepati janji adalah sifat orang mulia.”
4. Makna Tidak Berpaling Selamanya = Istiqāmah
📘 Imam al-Bāqir (as) berkata:
“الثابت على ولايتنا في غيبة قائمنا كالمتشحّط بدمه في سبيل الله”
“Orang yang tetap teguh dalam wilayah kami di masa ghaibnya Qa’im kami, seperti yang sedang berlumuran darah di jalan Allah.”
📚 (Kamal al-Dīn, Syaikh Shadūq)
➡️ “لَا أَحُولُ عَنْهَا وَلَا أَزُولُ” adalah sumpah istiqamah meski dalam kegelapan ghaibah.
5. Baiʿat Imam Mahdi = Baiʿat kepada Rasul dan Allah
📘 Rasulullah (saw) bersabda:
“من بايع الإمام فقد بايعني،
ومن بايعني فقد بايع الله”
“Siapa yang membaiʿat Imam, maka ia telah membaiʿatku; dan siapa membaiʿatku, ia telah membaiʿat Allah.”
6. Doa Ini Menyambungkan Ruh dengan Imam Zaman
📘 Imam al-Ṣādiq (as) bersabda:
“الإمام كالشمس إذا غيّبتها السحاب”
“Imam itu seperti matahari yang disembunyikan oleh awan.”
📚 (Kamal al-Dīn, j.1, h.253)
7. Setiap Baiʿat Akan Dibangkitkan di Hari Kiamat
📘 Imam al-Bāqir (as) berkata:
“إنّ لكلّ بيعة وفاء، ولكلّ عقدٍ سؤالٌ يوم القيامة”
“Setiap baiʿat memiliki tuntutan pemenuhan, dan setiap janji akan ditanya pada Hari Kiamat.”
📚 (Bihār al-Anwār, j.53, h.177)
➡️ Maka pembaruan baiʿat dalam doa ini adalah tabungan ukhrawi yang akan menjadi saksi.
8. Yang Berpegang pada Baiʿat Imam Akan Termasuk Penolongnya
📘 Imam al-Ṣādiq (as) berkata:
“من سره أن يكون
من أصحاب القائم فلينتظر”
“Barang siapa ingin menjadi sahabat Imam al-Qā’im, hendaknya ia menanti (dengan amal).”
📚 (al-Ghaibah, al-Nuʿmānī, h.200)
➡️ Doa ini adalah pernyataan siap menjadi tentara Imam Mahdi, walau belum melihatnya.
9. Baiʿat yang Tidak Dicabut: Bukti Cinta Hakiki
“الولاء لنا أهل البيت فريضةٌ من الله”
“Wilayah kepada kami Ahlul Bayt adalah kewajiban dari Allah.”
📚 (al-Kāfī, j.1, h.286)
➡️ Maka “لا أَحُولُ عَنْهَا وَلَا أَزُولُ” adalah ikrar wilayah yang tak tergoyahkan oleh waktu atau fitnah.
10. Doa Ini Adalah Bentuk Kehadiran Ruhani di Hadapan Imam
“Kami tidak akan melalaikan perhatian kami kepada kalian, dan tidak akan melupakan kalian.”
📚 (al-Iḥtijāj, al-Ṭabarsī)
➡️ Maka dengan membaca doa ini, kita menghadirkan diri secara ruhani di hadapan Imam, dan menjawab sapaan kasih beliau.
اللَّهُمَّ إِنِّي أُجَدِّدُ لَهُ فِي صَبِيْحَةِ يَوْمِي هَذَا، وَمَا عِشْتُ مِنْ أَيَّامِي عَهْدًا وَعَقْدًا وَبَيْعَةً لَهُ فِي عُنُقِي، لَا أَحُولُ عَنْهَا
وَلَا أَزُولُ أَبَدًا
menurut para mufassir (ahli tafsir), khususnya dari kalangan Ahlul Bayt (Syiah) dan ulama makrifat:
1. Makna ‘Ahd (Janji) dalam Tafsir QS Al-Isrā: 34
﴿ وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا ﴾
“Tepatilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawaban.”
📘 Tafsir al-Mīzān: Allamah Ṭabāṭabāʾī menjelaskan bahwa ‘ahd dalam ayat ini mencakup janji kepada Allah dan kepada Imam waktu, termasuk bai‘at kepada Imam Zaman (aj).
2. ‘Aqd (Ikatan) Ruhani dalam QS Al-Baqarah: 27 : الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ
➡️ Dalam doa ini, kita meneguhkan ikatan tersebut setiap pagi.
3. Bai‘ah dalam Tafsir QS Al-Fatḥ: 10;
﴿ إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ ﴾
📘 Tafsir al-Mīzān & Tafsir Nūr al-Thaqalayn:Bai‘ah kepada Rasulullah mencerminkan bai‘ah kepada wali Allah dalam setiap zaman, termasuk Imam Mahdi (aj).
4. “فِي عُنُقِي” dalam Bahasa Tafsir: Beban Tanggung Jawab
📘 Tafsir Imāmī menyatakan: Frasa ini menunjukkan ikatan ilahi yang tak bisa dicabut oleh dunia, dan merupakan beban amanah wilayah.
5. Makna “لَا أَحُولُ عَنْهَا” = Istiqamah dalam Tafsir QS Fuṣṣilat: 30
﴿ إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا ﴾
📘 Tafsir al-Qummī & al-Burhān: Mereka yang istiqamah di jalan wilayah akan disambut oleh malaikat dan diberi ketenangan.
➡️ Doa ini adalah manifestasi istiqamah wilayah di masa ghaibah.
6. Pembaruan Harian = Mujāhadah Ruhani
7. Bai‘ah dalam Ghaibah adalah Ujian Hakiki
8. Makna Bai‘ah yang Tak Dicabut dalam Tafsir QS Al-Raʿd: 20
﴿ الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ
وَلَا يَنقُضُونَ الْمِيثَاقَ ﴾
📘 Tafsir al-ʿAyyāshī: Disebut bahwa mīthāq (perjanjian) termasuk wilayah Ahlul Bayt, dan siapa yang setia padanya akan mendapat cahaya.
9. Bai‘ah = Tanda Orang Berakal (Ulu al-Bāb)
10. Doa Ini adalah Tafsir Ruhani dari Perjanjian Primordial
📘 Tafsir Ahlul Bayt tentang QS Al-Aʿrāf: 172: ﴿ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ﴾
• Para mufassir Syiah menyatakan bahwa “qālū balā” juga mencakup pengakuan terhadap wilayah para Imam.
Makna kalimat doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أُجَدِّدُ لَهُ فِي صَبِيْحَةِ يَوْمِي هَذَا، وَمَا عِشْتُ مِنْ أَيَّامِي، عَهْدًا وَعَقْدًا وَبَيْعَةً لَهُ فِي عُنُقِي، لَا أَحُولُ عَنْهَا وَلَا أَزُولُ أَبَدًا
menurut para mufasir Syiah, khususnya mufasir `irfānī (makrifat) seperti Allāmah Ṭabāṭabāʾī, al-Fayd al-Kāshānī, al-Ṭabarsī, dan ulama yang menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan riwayat Ahlul Bayt:
1. Makna ‘عَهْدًا’ dalam Tafsir al-Mīzān
Menafsirkan ayat (الذين يوفون بعهد الله) sebagai komitmen ruhani kepada wilayah Ahlul Bayt, termasuk Imam Zaman.
2. Makna ‘عَقْدًا’ menurut Tafsir al-Ṣāfī
‘Aqd adalah perjanjian batin yang mengikat, sebagaimana ikatan Nabi Ibrahim dengan keturunannya (QS al-Baqarah:124).
3. Makna ‘بَيْعَةً’ menurut Tafsir Majmaʿ al-Bayān
Tafsir ayat ﴿إن الذين يبايعونك إنما يبايعون الله﴾ mengandung makna bahwa baiʿah pada Nabi dan Imam adalah manifestasi penghambaan kepada Allah.
4. Makna “في عُنُقي” = Amanat Ruh
📘 Allāmah Ṭabāṭabāʾī
Dalam Tafsir al-Mīzān, beliau menghubungkan ayat tentang amanah (QS al-Aḥzāb:72) dengan ikatan wilayah.
5. Makna ‘لَا أَحُولُ’ menurut Tafsir al-ʿAyyāshī
6. Makna ‘وَلَا أَزُولُ’ menurut Tafsir Nūr al-Thaqalayn
Dikaitkan dengan ayat ﴿يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت﴾ bahwa keimanan sejati adalah keteguhan kepada hujjah Allah.
7. Makna Pembaruan Harian (أجدد) = Mujaddid Ruhani
8. Makna ‘إمام الزمان’ dalam Tafsir al-Qummī
Menafsirkan ayat ﴿وكل شيء أحصيناه في إمام مبين﴾ bahwa “Imam Mubin” adalah Imam Mahdi (aj).
9. Tafsir Batini dari ‘البيعة’ menurut Arifin
Baiʿat ruhani dengan Imam Zaman adalah jalan untuk menyambung kembali dengan Al-Haqq, karena Imam adalah jalur al-kamal (kesempurnaan).
10. Doa Ini adalah Perpanjangan dari Perjanjian ‘Alastu’
اللَّهُمَّ إِنِّي أُجَدِّدُ لَهُ فِي صَبِيْحَةِ يَوْمِي هَذَا، وَمَا عِشْتُ مِنْ أَيَّامِي،
عَهْدًا وَعَقْدًا وَبَيْعَةً لَهُ فِي عُنُقِي،
لَا أَحُولُ عَنْهَا وَلَا أَزُولُ أَبَدًا
menurut para ahli makrifat dan hakikat dari kalangan arifin Syiah (seperti Sayyid Haydar Amuli, Mulla Sadra, Imam Khomeini, Ayatullah Bahjat, dan lainnya), yang memandangnya sebagai ikrar batin ruhani antara salik dan Imam al-Haqq (Imam Mahdi af).
1. Ahd = Perjanjian Ruhani dari Alam Dzur 📿 Menurut Sayyid Haydar Amuli, “العهد” adalah janji fitrah ruh kepada Imam al-Haqq di alam sebelum kelahiran (alam dzur).
2. Aqd = Ikatan Cinta dan Fanā’
📿 Menurut Imam Khomeini, “‘aqd” adalah ikatan mahabbah, yaitu keterikatan ruhani yang menyebabkan fanā’ (luluh) dalam Imam sebagai manifestasi Nur Allah.
3. Bai‘ah = Penyerahan Wujud
📿 Dalam kacamata hakikat, “bay‘ah” bukan cuma janji, tapi penyerahan wujud dan kehendak kepada pemimpin spiritual (Imam).
4. “Fi ‘Unuqi” = Diri Sebagai Budak Cinta
5. Tajdid (أُجَدِّدُ) = Pembaruan Cermin Ruh;
6. “Lā Aḥūlu” = Keteguhan di Jalan Sirr
7. “Wa Lā Azūlu Abadan” = Keterpautan Abadi
8. Doa Ini = Dzikir Ma‘rifat Harian
📿 Imam Khomeini menyebut bahwa zikir yang menyambungkan pada Imam adalah langkah awal ma‘rifat Allah.
9. Wilayah Imam = Jalur Tauhid
📿 Dalam filsafat dan `irfan Syiah, Imam adalah mazhar al-Asmāʾ wa al-Ṣifāt, yakni cermin seluruh nama Allah.
10. Doa Ini = Bay‘ah Ruh ke Qutb al-Wujud
اللَّهُمَّ إِنِّي أُجَدِّدُ لَهُ فِي صَبِيْحَةِ يَوْمِي هَذَا، وَمَا عِشْتُ مِنْ أَيَّامِي،
عَهْدًا وَعَقْدًا وَبَيْعَةً لَهُ فِي عُنُقِي،
لَا أَحُولُ عَنْهَا وَلَا أَزُولُ أَبَدًا
menurut para ahli hakikat Syiah, seperti Sayyid Haydar Amuli, Imam Khomeini, Allamah Thabathaba’i, Ayatullah Bahjat, Mulla Sadra, dan arifin lainnya yang berbicara dalam kerangka wilayah, tauhid, dan penyaksian ruhani (kasyf):
1. Doa Ini adalah Pembaruan Wilayah Haqiqiyyah;
Dalam pandangan ahli hakikat, wilayah bukan sekadar loyalitas politik, tapi tali ruhani antara ruh dan Nur Imam.
2. ‘Ahd = Janji Fitrah Ruh kepada Cahaya Imam; Para arif Syiah menyebut bahwa “العهد” adalah janji ruh kita kepada al-Nūr al-Wilāyī, sebelum alam fisik.
3. ‘Aqd = Ikatan Hakikat, Bukan Formalitas ; العقد” adalah pengikatan maknawi antara salik dan Imam sebagai Wasīlah al-Ḥaqq.
4. Bay‘ah = Fana’ dalam Wujud Imam; Dalam hakikat, baiʿah bukan hanya janji setia, tapi penyerahan wujud dan irādah (kehendak) kepada Imam.
5. ‘Unuq = Simbol Tunduk Ruhani
فِي عُنُقِي” melambangkan bahwa aku budak maknawi Imam, bukan karena keterpaksaan, tapi karena mahabbah.
6. Tajdid Harian = Mujāhadah Ruhani Setiap Pagi; Para arif menyebut setiap pagi adalah awal sulūk baru, dan doa ini adalah permulaan hari dengan keterhubungan ke poros eksistensi (Imam).
7. “Lā Aḥūlu” = Tsabat dalam Wilayah meski Ada Hijab; Ghaibah Imam adalah ujian hakikat, dan “لَا أَحُولُ” adalah keteguhan ruhani di tengah dunia yang menolak Nur Imam.
8. “Wa Lā Azūlu” = Dzikir Tathbīt dalam Sirr; وَلَا أَزُولُ أَبَدًا” artinya ruh ini tidak akan digeser dari jalur Imam, karena dzikir hakiki menancap dalam sirr al-qalb.
➡️ Ini seperti ayat: يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا — Allah meneguhkan mereka dengan perkataan yang teguh (yakni wilayah).
9. Doa Ini adalah Rukun Sulūk Ilāllāh ; Dalam madrasah `irfan Syiah, suluk kepada Allah tidak mungkin tanpa wilayah Imam.
➡️ Maka doa ini disebut sebagai al-ʿahd al-sulukiyy, ikrar utama sebelum meniti maqamat ruhani.
10. Doa Ini = Penyambung Nur Allah di Hati Salik ; Menurut Imam Khomeini dan Allamah Thabathaba’i, Imam Zaman adalah al-ḥabl al-maṭwī (tali langit yang tersembunyi), dan wilayahnya adalah sinar cahaya Allah dalam kegelapan dunia.
اللَّهُمَّ إِنِّي أُجَدِّدُ لَهُ… عَهْدًا وَعَقْدًا وَبَيْعَةً لَهُ فِي عُنُقِي، لَا أَحُولُ عَنْهَا وَلَا أَزُولُ أَبَدًا
menurut para ahli hakikat Syiah, yang memaknai doa ini sebagai ikrar ruhani, wilayah abadi, dan penyambungan cahaya hati kepada Imam Zaman (af).
1. Kisah Arif Tua dan Doa Setiap Pagi; Seorang arif tua di Najaf berkata: “Saya tak tahu apakah saya bisa bertemu Imam Zaman atau tidak, tapi saya ingin setiap pagi, jika Imam memandang ke bumi, dia melihat satu hamba yang memperbarui bai‘ah dengan cinta.”Ia membaca doa ini sambil menangis setiap pagi selama 50 tahun. Saat wafat, wajahnya bercahaya dan harum tak hilang selama 3 hari.
➡️ Makna: Tajdīd al-‘ahd (pembaruan janji) bukan menunggu hasil duniawi, tapi menyambung ruh ke nur Imam.
2. Sayyid Bahjat dan Bai‘ah Tanpa Putus; Sayyid Bahjat ketika ditanya apa amal paling kuat untuk terhubung dengan Imam Zaman, menjawab: “Jaga shalat, dan perbarui bai‘ah kalian secara tulus tiap hari.” Ia menyebut, yang menyambung secara hakikat tak akan tergoyahkan walau dunia terbalik.
3. Pemuda di Iran yang Diselamatkan dari Bom;
Saat perang Iran-Irak, seorang pemuda yang setiap subuh membaca doa al-‘Ahd, selamat dari ledakan yang menewaskan teman-temannya. Ia berkata: “Saya merasa tangan halus menarik saya mundur dari garis api.” Kemudian ia bermimpi Imam Zaman berkata: “Aku menjaga orang yang menjaga janjinya padaku.”
4. Imam Khomeini dan Ikatan Ruhani ; Suatu kali Imam Khomeini berkata kepada muridnya: “Doa al-‘Ahd adalah ikatan batin para salik. Jangan hanya dibaca, rasakan setiap katanya.” Ia menyebutnya sebagai jalan untuk memasuki wilayah Imam Zaman secara batin.
5. Anak Kecil yang Melihat “Tali Cahaya” ;Seorang anak kecil di Qom pernah bermimpi ada tali cahaya turun ke bumi setiap pagi, dan hanya orang-orang yang membaca doa al-‘Ahd yang terikat pada tali itu. Jika kamu lepas, kamu akan terseret oleh kegelapan dunia.”
6. Sayyid Ibn Thawus dan Hari Tanpa Doa al-‘Ahd; Dalam riwayat, Sayyid Ibn Thawus menulis: “Hari yang aku lalai dari membaca doa ini, hatiku menjadi berat dan nur batin terasa tertutup.”
7. Pemuda Sufi Syiah yang Tak Punya Guru; Seorang pemuda fakir yang tak punya guru suluk berkata: Saya tak tahu jalan suluk, tapi saya tahu Imam Zaman adalah poros. Maka saya hanya berserah pada doa ini.” Ia kemudian sering bermimpi Imam Zaman mengajarinya makna ayat-ayat Qur’an dalam tidur.
➡️ Makna: “بَيْعَةً فِي عُنُقِي” = menyerahkan seluruh wujud untuk dibimbing langsung oleh Nur Imam.
8. Seorang Wanita dan Peneguhan Iman; Seorang wanita Syiah di Eropa, hidup di tengah lingkungan atheis. Ia hanya bertahan dalam keimanan karena menjaga satu amal: membaca doa al-‘Ahd setiap pagi. “Saya berkata: Imamku melihatku. Itu cukup untuk membuatku kuat.”
9. Hati yang Keras, dan Luluh karena Doa Ini; Seorang pria mengaku hatinya keras, tak bisa menangis. Setelah 40 hari membaca doa al-‘Ahd setiap pagi dengan sadar, ia tiba-tiba menangis selama 2 jam di satu subuh. Seolah-olah, hatiku disentuh oleh cinta yang sangat dalam…”
10. Mimpi Perjalanan ke Alam Cahaya; Seorang arif bermimpi dibawa ke langit, melihat sebuah istana cahaya yang dijaga malaikat. Di depan istana itu tertulis: “Inilah tempat ruh-ruh yang memperbarui bai‘ah kepada Imam Zaman.” Ia bangun dan berkata: “Inilah rumah para pecinta sejati.”
اللَّهُمَّ إِنِّي أُجَدِّدُ لَهُ فِي صَبِيْحَةِ يَوْمِي هَذَا… عَهْدًا وَعَقْدًا وَبَيْعَةً لَهُ فِي عُنُقِي، لَا أَحُولُ عَنْهَا وَلَا أَزُولُ أَبَدًا
beserta potongan doa tambahan (dzikir pendek) yang sesuai dengan masing-masing manfaat menurut perspektif ahli makrifat Syiah, seperti Sayyid Ibn Thawus, Imam Khomeini, Allamah Thabathaba’i, dan Sayyid Haidar Amuli.
1. Menghidupkan Cinta kepada Imam Zaman (af) ; Bila dibaca dengan khusyuk, doa ini menumbuhkan rasa rindu dan cinta yang dalam kepada Imam.
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي حُبَّهُ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّهُ
2. Menjaga ikatan ruhani dengan wilayah Imam; Doa ini seperti tali nur yang menyambung hati kita ke pusat wilayah langit.
اَللَّهُمَّ لا تَجْعَلْنِي مِنَ الْقَاطِعِينَ لِوِلَايَتِهِ
3. Menjadi bagian dari tentara Imam ketika muncul; Dalam riwayat, siapa yang terus membaca doa ini, akan dibangkitkan sebagai penolong Imam walau telah wafat.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَنْصَارِهِ وَأَعْوَانِهِ
4. Menguatkan istiqamah dalam ujian zaman ghaibah
“لَا أَحُولُ وَلَا أَزُولُ” adalah perisai batin dari fitnah akhir zaman.
📿 Dzikir tambahan:
ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى وِلَايَتِهِ يَا مُثَبِّتَ الْقُلُوبِ
5. Membuka jalan makrifat dan kasyf ruhani; Dalam pengalaman para arif, doa ini membuka jalan dzauq dan penyaksian ruhani terhadap cahaya Imam.
📿 Dzikir tambahan:
اَللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ وَعَرِّفْنِي وَلِيَّكَ
6. Menghapus kabut hati dan melenyapkan kegelapan batin
Membaca doa ini dengan air mata bisa mencuci hijab hati.
📿 Dzikir tambahan:
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ نُورَ وَلِيِّكَ نُورًا فِي صَدْرِي
7. Mendapat perlindungan ghaib dari musuh lahir dan batin; Banyak kisah tentang keselamatan karena hubungan batin melalui doa ini.
📿 Dzikir tambahan:
اَللَّهُمَّ احْفَظْنِي بِوِلَايَةِ وَلِيِّكَ الْمَهْدِيِّ
8. Menghilangkan rasa futur dan malas dalam ibadah; Pembaruan ikrar wilayah menghidupkan semangat untuk ibadah dan dzikir.
📿 Dzikir tambahan:
اَللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِنَ الْغَافِلِينَ عَنْهُ
9. Menguatkan hubungan ruhani meski Imam belum tampak;
Doa ini mempertebal keyakinan bahwa Imam melihat dan mengetahui keadaan kita.
📿 Dzikir tambahan:
اَللَّهُمَّ نَفِّسْ هَمِّي بِنَظْرَةٍ مِنْ وَلِيِّكَ
10. Menjadi bagian dari pancaran nur ilahi di zaman kegelapan
Imam Zaman adalah tali Allah; menghubungkan kita pada cahayaNya. Doa ini menjadi alat penyambung.
📿 Dzikir tambahan:
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَمَسِّكِينَ بِحَبْلِهِ
adalah doa yang diriwayatkan dari Imam Ja'far Shadiq as yang berisi ungkapan untuk memperbaharui bai'at kepada Imam Zaman afs.
🌼 Doa ini sangat ditekankan untuk dibaca di masa kegaiban Imam Zaman afs. Disebutkan bahwa barang siapa yang membaca doa ini 40 hari setiap subuh secara berturut-turut maka akan terhitung sebagai sahabat Imam Zaman afs.
💚Riwayat Doa 'Ahad*💚
➖ Diriwayatkannya doa ini oleh ulama-ulama besar seperti Sayid Ibnu Thawus, Kaf'ami dan Allamah Majlisi menunjukkan doa ini memiliki sanad yang muktabar dan terpercaya. 💐Isi Doa💐
💕Doa 'Ahad berisi salam secara khusus dari si pembaca doa termasuk dari semua kaum Mukminin baik laki-laki maupun perempuan, baik di Barat maupun di Timur, baik di daratan maupun di lautan, baik dari ayah-ibu maupun anak keturunan yang ditujukan untuk Imam Mahdi afs. 💕
Setelah itu, berisi perjanjian dan ungkapan kesetiaan atas baiat untuk Imam Mahdi afs sampai hari kiamat.
🤲Dalam doa juga berisi harapan dan keinginan untuk menjadi sahabat dan penolong Imam Mahdi afs yang jika sampai wafat tidak bertemu dengan Imam Mahdi afs, si pendoa memohon agar dimasa kemunculan Imam Mahdi afs ia dibangkitkan dari kubur untuk menjadi penolong Imam Mahdi afs.
🌼💕 Pada bagian akhir doa ini berisi pengharapan kepada Allah swt agar menyegerakan kemunculan Imam Mahdi afs untuk menebarkan keadilan di muka bumi dan menghidupkan kebenaran. 🌺💕
✅Waktu dan Fadhilah Membaca
Imam Ja'far Shadiq as berkata, "Barangsiapa yang merutinkan membaca doa ini setiap subuh akan menjadi sahabat Imam Mahdi afs. Jika dia meninggal sebelum kemunculan Imam Mahdi afs, Allah swt akan membangkitkannya dari kubur untuk menolong Imam Mahdi afs dan berjihad bersamanya. Setiap kata dari doa ini dituliskan untuknya seribu kebaikan, dan dihapus darinya seribu keburukan dari yang pernah dilakukannya.🌹
بِسْمِ اللهِ الرَّحمْنِ الرَّحِيْمِ،
اَللّهُمَّ صَلّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ،
اَللّهُمَّ رَبَّ النُّوْرِالْعَظِيْمِ، وَرَبَّ الْكُرْسِيّ الرَّفِيْعِ، وَرَبَّ الْبَحْرِ الْمَسْجُوْرِ، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَاْلأِنْجِيْلِ وَالزَّبُوْرِ وَرَبَّ الظّلّ وَالْحَرُوْرِ،وَمُنْزِلَ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَرَبَّ الْمَلاَئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَاْلأَنْبِيآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ،
Bismillâhir rohmânir rohîm,
Allâhumma sholli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad,
Allâhum ma robban-nûril ‘azhîm,
wa robbal kursiyyir-rofî’,
wa-robbal bahril mas jûri,
wamunzilat-Taurôti wal Injîl waz-Zabûr wa robbalzh-zhilli wal haruur, wa munzilal Qur’ânil ‘azhîm, wa robbal malâ-ikatil muqorrobîna wal ambiyaa-i wal mursalîn,
Dengan asma Allah
Yang Mahakasih dan Maha-sayang,
Ya Allah curahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Ya Allah Duhai
Tuhan pemilik cahaya yang agung, Tuhan pemilik singga sana yang tinggi, Tuhan pemilik laut yang luas,
Yang menurunkan Kitab Taurat, Injil dan Zabur, Tuhan pemilik
pelindungan dan penghancuran,
Tuhan Yang Menurunkan Al-Qur’an yang agung. Tuhan pemilik para malaikat yang mulia, serta para Nabi yang menjadi utusan.
اَللّهُمَّ إِنّى أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ الْكَرِيْمِ،
وَبِنُوْرِ وَجْهِكَ الْمُنِيْرِ، وَمُلْكِكَ الْقَدِيْم،
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ الَّذِى
أَشْرَقَتْ بِهِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرَضُوْنَ
وَبِاسْمِكَ الَّذِى يَصْلَحُ بِهِ اْلأَوَّلُوْنَ وَاْلآخِرُوْنَ
يَاحَيًّا قَبْلَ كُلّ حَيّ، وَيَاحَيًّا بَعْدَ كُلّ حَيّ،
وَيَا حَيًّا حِيْنَ لاَ حَيَّ، يَامُحْيِ الْمَوْتَى،
وَمُمِيْتَ اْلأَحْيَاءِ، يَاحَيُّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ،
Allâhumma innî as’aluka, bismikal karîm, wa binûri wajhikal munîr,
wa mulkikal qodîm, yâ hayyu, yâ qoyyûm, as’aluka bismikal-ladzî
asy-roqot bihis-samaawâtu, wal arodhûna, wa bis mikal-ladzî,
yash-lahu bihil awwalûna,
wal âkhirûna, yâ hayyan qobla kulli hayyin, wa yâ hayyan ba’da kulli hayyin wa yâ hayyan hîna lâ hayya, yâ muhyil mautâ wamumiital ahyâ’
yâ hayyu lâ ilâha illâ anta,
Ya Allah hamba memohon kepada-Mu, dengan asma-Mu yang Maha Dermawan, dengan cahaya-Mu
yang terang benderang, dengan Kekuasaan-Mu yang Maha dahulu.
Duhai Yang Maha hidup dan Maha berdiri sendiri. Hamba memohon dengan asma-Mu, Yang menyinari semua langit dan semua bumi.
Dengan asma-Mu yang memperbaiki yang awal dan akhir. Duhai Yang Maha hidup, sebelum segala sesuatu hidup. Duhai Yang Maha hidup, setelah segala sesuatu hidup. Duhai Yang Menghidupkan yang mati dan yang mematikan yang hidup. Duhai Yang Maha hidup
tidak ada tuhan melainkan Engkau.
الَلّهُمَّ بَلّغْ مَوْلاَنَا اْلإِمَامَ الْهَادِي الْمَهْدِيّ،
اَلْقَائِمِ بِأَمْرِكَ، صَلَوَاتُ اللهِ
عَلَيْهِ وَعَلَى آبَائِهِ، اَلطَّاهِرِيْن
عَنْ جَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فِى مَشَارِقِ اْلأَرْضِ، وَمَغَارِبَهَا سَهْلِهَا وَجَبَلِهَا، وَبَرّهَا وَبَحْرِهَا، وَعَنّى وَعَنْ وَالِدَيَّ، مِنَ الصَّلَوَاتِ زِنَةَ عَرْشِ اللهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ، وَمَاأَحْصَاهُ عِلْمُهُ، وَأَحَاطَ بِهِ كِتَابُهُ، الَلّهُمَّ إِنّى أُجَدّدُ لَهُ فِى صَبِيْحَةِ يَوْمِى هَذَا، وَمَا عِشْتُ مِنْ أَيَّامِي عَهْدًا وَعَقْدًا وَبَيْعَةً لَهُ فِى عُنُقِي لاَأَحُوْلُ عَنْهَا وَلاَ أَزُوْلُ أَبَدًا،
Allâhumma balligh maulânal Imamal Hâdil Mahdiyyil Qô-imi bi amrika sholawâtullâhi ‘alayhi wa ‘alâ âbâ-ihith-thôhirîna ‘an jamî’il mu’minîna wal mu’minâti fii masyâriqil ardho wamaghôribaha sahlihâ wabarrihaa wabahrihâ wa ‘annî wa’an wâlidayya minash-sholawâti zinata ‘arsyillâhi wamidada kalimâtihi wamâ ah-shôhu ‘ilmuhu wa ahâtho bihi ilmuhu, Allâhum ma innî ujaddidu lahu fî shobîhati yaumî hâdzâ wamâ ‘isytu min ayyâmî ‘ahdan wa ‘aqdan wabay’atan lahu fî ‘unuqî lâ ahûlu ‘anhâ walâ azûlu Abadan.
Ya Allah gabungkanlah hamba bersama orangtua hamba kepada Al-Qô’im (Imam Mahdi) semoga sholawat Allah senantiasa dicurahkan kepada kakek-kakeknya yang suci dan para mukminin dan mukminat. Di timur dan barat sebagai sholawat yang penuh dengan hiasan dari Arsy-nya Allah, yang penuh dengan pujian dari kalimat-Nya sebanyak ilmu-Nya dan tulisan di kitab-Nya. Ya Allah sesungguhnya daku di pagi hari ini dari kehidupanku di hari ini akan memperbaharui janji dan bay’at kepadanya (Imam Mahdi), yang tidak menginginkan untuk mengingkarinya selamanya.
الَلّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنْ أَنْصَارِهِ وَأَعْوَانِهِ،
وَالذَّابّيْنَ عَنْهُ وَالْمُسَارِعِيْنَ إِلَيْهِ فِى قَضَاءِ حَوَائِجِهِ، وَالْمُمْتَثِلِيْنَ ِلأَوَامِرِهِ وَالْمُحَامِيْنَ عَنْهُ، وَالسَّابِقِيْنَ إِلَى إِرَادَتِهِ وَالْمُسْتَشْهَدِيْنَ بَيْنَ يَدَيْهِ، الَلّهُمَّ إِنْ حَالَ بَيْنِى وَبَيْنَهُ الْمَوْتُ،
اَلَّذِي جَعَلْتَهُ عَلَى عِبَادِكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا، فَأَخْرِجْنِي مِنْ قَبْرِي مُؤْتَزِرًاكَفَنِى شَاهِرًا، سَيْفِى مُجَرّدًا قَنَاتِي مُلَبّيًا،دَعْوَةَ الدَّاعِى فِى الْحَاضِرِ وَالْبَادِي، اَللَّهُمَّ أَرِنِى الطَّلْعَةَ الرَّشِيْدَةَ، وَالْغُرَّةِ الْحَمِيْدَةَ، وَاكْحُلْ نَاظِرِي بِنَظْرَةٍ مِنّي إِلَيْهِ، وَعَجّلْ فَرَجَهُ وَسَهّلْ مَخْرَجَهُ، وَأَوْسِعْ مَنْهَجَهُ، وَاسْلُكْ بِى مَحَجَّتَهُ، وَأَنْفِذْ أَمْرَهُ وَاشْدُدْ أَزْرَهُ،
Allâhummaj’alnî min anshôrihi, wa a’wânihi wadz-dzâbbîna ‘anhu, wal musâri’îna ilayhi fî qodhô-i hawâ-ijihi, wal mumtatsilîna li-awâmirihi, wal muhâmîna ‘anhu, was-sabiqîna ilâ irôdatihi, wal mus-tasy-hadîna bayna yadayhi, Allâhumma in hâla baynî wabaynahul mautul-ladzî ja’altahu ‘alâ ‘ibâdika hatman maqdhiyyan, fa-akhrijnî min qobrî mu’taziron kafanî, syâhiron sayfî, mujarridan qonâtî, mulabbiyan, da’watad-dâ’î fil hâdhiri wal bâdî, Allâhumma arini thol’atar-rosyîdata, wal ‘ghurrotil hamîdata, wakhul nâzhirî binazhrotim minnî ilayhi, wa’ajjil farojahu, wasahhil makhrojahu, wa ausi’ manha-jahu wasluk bii mahabbatahu wa anfizh amrohu wasy-dud azrohu,
Ya Allah jadikan hamba pembantunya, penolongnya, yang siap berkorban untuknya, yang selalu berjalan di belakangnya dalam menunaikan hajat dan keperluanku, yang selalu mengikuti perintah-perintahnya, dan menghindari larangan-larangannya, yang selalu terdahulu melakukan keinginannya, yang selalu mengharapkan syahadah demi membelanya. Ya Allah seandainya kematian menghalangi antara daku dan dia, yang pasti akan di alami oleh hamba-Mu, maka bangkitkan daku dari kuburku, dengan pakaian kafanku, dengan pedang yang terhunus, tombak yang siap, yang selalu siap memenuhi panggilan setiap saat. Ya Allah karuniakan padaku petunjuk yang jelas, awal yang indah, hiasilah pandanganku untuk selalu dibawah bimbingannya, segera dan gampangkan kehadirannya, perluas jalannya, bimbinglah daku dijalannya, mudahkan urusannya, tambahkan kekuatannya.
وَاعْمُرِ اللّهُمَّ بِهِ بِلاَدِكَ وَأَحْيِ بِهِ عِبَادِكَ،
فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى اْلبَرّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ،
فَأَظْهِر الَلّهُمَّ لَنَا وَلِيَّكَ، وَابْنَ بِنْتِ نَبِيّكَ
الْمُسَمَّى بِاسْمِ رَسُوْلِكَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ حَتَّى لاَ يَظْفَرَ بِشَيْءٍ مِنَ الْبَاطِلِ،
إِلاَّ مَزَّقَهُ وَيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُحَقَّقَهُ،
وَاجْعَلْهُ اللَّهُمَّ مَفْزَعًا لِمَظْلُوْمٍ عِبَادِكَ، وَنَاصِرًالِمَنْ لاَ يَجِدُ لَهُ نَاصِرًا غَيْرَكَ،
وَمُجَدّدًا لِمَا عُطّلَ مِنْ أَحْكَامِ كِتَابِكَ، وَمُشَيّدًا لِمَا وَرَدَ مِنْ أَعْلاَمِ دِيْنِكَ،
وَسُنَنَ نَبِيّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ،
وَاجْعَلْهُ اللَّهُمَّ مِمَّنْ حَصَّنْتَهُ
مِنْ بَأْسِ الْمُعْتَدِيْنَ.
wa’murillâ-humma bihi bilâdika
wa ahyî bihi ‘ibâdika
fa-innaka qulta waqoulukal haqqu zhoharol fasâdu fil barri wal bahri bimâ kasabat aydin-nâsi
fa azhirillâ humma lanâ waliyyaka wabna binti nabiyyikal musammaa bismi rosûlika shollollôhu ‘alayhi wa âlihi,hattâ lâ yazhfaro bisyai-in minal bâthili illâ mazzaqohu
wayuhiqqol haqqo wayuhaqqiqohu waj’alhullâhumma
mafza ’an limazh lûmin ‘ibâdika,
wanâshiron liman lâ yajidu lahu nâshiron ghoyroka wamujaddidan limâ ‘uth-thila min ahkâmihi kitâbika wamusyay yidan limâ waroda min a’lâmi dînika wasunana nabiyyika shollollôhu ‘alayhi wa âlihi waj’alhul-lâhumma mimman hash-shontahu min ba’sil mu’tadîn.
Ya Allah makmurkan bumi-Mu
berilah hakikat kehidupan pada hamba-Mu dengan kehadirannya.
Sesungguhnya Engkau telah berkata dan perkataan-Mu benar ;”Akan terjadi kerusakan di lautan maupun di daratan karena ulah manusia”.
Untuk itu ya Allah hadirkanlahlah bagi kami kekasih-Mu putra dari putri Nabi-Mu, yang namanya sama dengan nama Rosul-Mu
semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat untuknya juga keluarganya sehingga setiap muncul kebatilan pasti akan dimusnahkannya, dan dia akan menghidupkan kebenaran yang sebenarnya.
Ya Allah jadikanlah dia sebagai tempat berlindung bagi hamba-hamba-Mu yang terzalimi, dan penolong bagi yang tidak mempunyai penolong kecuali Engkau, dan jadikanlah dia sebagai mujaddid (pembaharu) terhadap syareat-Mu yang selama ini terabaikan, dan sebagai penegak kembali syi’ar-syi’ar agama-Mu dan sunnah nabi-Mu saw. Ya Allah lindungilah dia dari musuh-musuh-Mu
أَللَّهُمَّ وَسُرَّ نَبِيَّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ
بِرُؤْيَتِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ عَلَى دَعْوَتِهِ وَارْحَمِ اسْتِكَانَتَنَا بَعْدَهُ، اَللَّهُمَّ اكْشِفْ هَذِهِ الْغُمَّةَ
عَنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ بِحُضُوْرِهِ وَعَجّلْ لَنَا ظُهُوْرَهُ
إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيْدًا وَنَرَاهُ قَرِيْبًا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَلْعَجَلْ اَلْعَجَلْ يَامَوْلاَيَ يَاصَاحِبَ الزَّمَانِ .
Allâhumma wa surro
nabiyyaka Muhammadin
shollollôhu ‘alayhi waâlihi
biru’yatihi, waman tabi’ahu
‘alâ da’watihi warham istikânatanâba’dahu,
Allâhum maksyif hâdzihil ghummati ‘an hâdzihil ummati
bihudhuurihi wa’ajjil lanâ zhuhû rohu innahum yarounahu ba’îdâwanarôhu qorîbâ birohmatika yâarhamar rôhimîn.
Al-‘ajal Al-‘ajal yâmaulaaya
yâ shôhibaz-zamân.
Ya Allah gembirakan
Nabi-Mu Muhammad saaw
dengan munculnya Imam Mahdi beserta pengikut setianya, rahmatilah kami setelah kehadirannya. Ya Allah hilangkan
segala problema ummat ini
dengan kehadirannya, dan segerakanlah kemunculannya
di tengah-tengah kami. Sesungguhnya mereka
(musuh-musuh Islam)
menganggap hal ini masih lama
sedangkan kami meyakininya sangat dekat. Dengan rahmat-Mu
duhai Yang Maha pengasih
Maha Penyayang.
Segerakan Ya Allah!!!
Segerakan Ya Allah!!!
Segerakan Ya Allah!!!
Semoga bermanfaat!!!!
Mohon doa!!!!!
Comments
Post a Comment