Makna ; Al-Quran Surat Muhammad (47) Ayat 19❤️🌹🌺 Makna mendalam dari ayat: فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ (QS. Muhammad: 19)

 1. Pentingnya Ilmu Sebelum Amal

‎“فَاعْلَمْ” — Perintah untuk mengetahui menunjukkan bahwa ilmu tentang tauhid harus mendahului ucapan dan perbuatan. Tauhid bukan sekadar syahadat lisan, tetapi kesadaran mendalam yang dipahami dengan hati dan akal.

2. Tauhid Adalah Puncak Ilmu

‎“أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ” — Kalimat ini adalah inti segala ilmu dan makrifat. Mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah berarti mengingkari segala bentuk ketuhanan selain-Nya — baik dalam bentuk berhala, hawa nafsu, ego, maupun dunia.

3. Tauhid sebagai Jalan Ampunan

Setelah menyatakan tauhid, Allah memerintahkan istighfar. Ini menunjukkan bahwa pengenalan terhadap tauhid yang sejati membuat seseorang sadar akan dosa-dosanya, dan kesadaran ini menjadi dasar untuk memohon ampun.

4. Nabi pun Diperintahkan Beristighfar

‎“وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ” — Menunjukkan bahwa bahkan Nabi pun diperintahkan untuk beristighfar, meskipun beliau ma‘shum. Ini untuk mengajarkan kerendahan hati dan pentingnya taubat bagi seluruh umat.

5. Doakan Orang Lain, Bukan Hanya Diri Sendiri

‎“وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ” — Menunjukkan keutamaan mendoakan sesama mukmin, laki-laki dan perempuan. Dalam pandangan makrifat, ini adalah tanda cinta karena Allah.

6. Tauhid dan Istighfar Adalah Dua Sayap Keselamatan

Tauhid mengangkat manusia kepada Allah, sementara istighfar membersihkan dari dosa yang menghalangi perjalanan. Maka keduanya harus berjalan beriringan: mengenal Allah dan mensucikan diri.

7. Tauhid Membuka Pintu Istighfar Sejati

Seseorang yang belum memahami hakikat “La ilaha illallah” tidak akan benar-benar memahami dosa, sehingga istighfarnya tidak sampai kepada makna batinnya. Karena itu, ilmu tentang tauhid melahirkan istighfar yang ikhlas dan dalam.

8. Tauhid Menghapus Syirik Tersembunyi (Syirk Khafi)

Dengan memahami bahwa tiada Tuhan selain Allah, seseorang akan mulai menyingkap bentuk-bentuk syirik tersembunyi — seperti bergantung kepada makhluk, mencintai dunia secara berlebihan, atau mengandalkan diri sendiri.

9. Pembersihan Kolektif Umat

Ayat ini memuat dimensi kolektif: bukan hanya menyucikan diri, tapi juga memohon ampun untuk orang lain. Dalam pandangan hakikat, ini adalah bentuk rahmat dan cinta ilahi yang memancar melalui hati mukmin.

10. Tauhid Adalah Awal Segalanya, dan Istighfar Adalah Jalannya

Ini adalah metode tarbiyah ilahiyah: pengetahuan (ma‘rifah), kesadaran dosa, lalu permohonan ampun. Inilah jalur yang membentuk manusia rabbani. Tauhid sebagai cahaya, dan istighfar sebagai wudhu jiwa.


Makna ayat: berdasarkan al-Qur’an:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

(QS Muhammad: 19)

“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.”

1. Ilmu Tauhid Adalah Pondasi Agama; 

➡️ فَاعْلَمْ — Allah tidak berkata “ucapkan” tetapi “ketahuilah” (فَاعْلَمْ), menunjukkan bahwa iman yang benar harus berdasarkan ilmu dan keyakinan.

📖 Lihat juga: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (QS Fāṭir: 28)

2. Kalimat Tauhid adalah Kunci Keselamatan; 

➡️ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ — 

Ini adalah inti dari seluruh risalah para nabi.

📖 “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS al-Anbiyā’: 25)

3. Ilmu Lebih Didahulukan daripada Amal; 

➡️ Urutan ayat: “ketahuilah (ilmu) → istighfar (amal)” menunjukkan urutan pendidikan ruhani dalam Islam.

📖 “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS az-Zumar: 9)

4. Nabi pun Disuruh Beristighfar

‎➡️ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ — Nabi Muhammad saw diperintahkan istighfar bukan karena berdosa secara syar‘i, tetapi karena tingginya maqam beliau.

📖 “Agar Allah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” (QS al-Fatḥ: 2)

5. Istighfar adalah Tanda Penyucian Jiwa; 

➡️ Istighfar bukan sekadar penghapusan dosa, tetapi proses penyucian dan kedekatan kepada Allah.

📖 “Dan bersegeralah kepada ampunan dari Tuhanmu…” (QS Āli ‘Imrān: 133)

6. Mendoakan Sesama Mukmin adalah Perintah Ilahi

‎➡️ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ — Islam memerintahkan kita mendoakan kebaikan bagi seluruh umat mukmin.

📖 “Dan orang-orang yang datang setelah mereka berkata: ‘Wahai Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman sebelum kami…’” (QS al-Ḥasyr: 10)

7. Tauhid adalah Landasan Istighfar; 

➡️ Setelah mengenal bahwa hanya Allah yang berhak disembah, maka seseorang akan sadar akan kesalahannya dan memohon ampun.

📖 “Dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami sediakan untuk orang-orang kafir neraka Jahannam.” (QS al-Fatḥ: 13)

8. Tauhid Menghapus Syirik dan Dosa Besar; 

➡️ Siapa yang benar-benar bertauhid, Allah akan hapuskan dosa-dosanya.

📖 “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS an-Nisā’: 48)

9. Istighfar Merupakan Tanda Keimanan dan Kasih Sayang Sosial

➡️ Nabi saw diperintahkan memohon ampunan bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk umat. Ini adalah ajaran kepedulian dan cinta terhadap sesama mukmin.

📖 “Dan mohonkanlah ampunan untuk mereka…” (QS an-Nisā’: 64)

10. Ayat Ini Merangkum Dakwah: Tauhid & Taubat; 

➡️ Dua hal pokok dalam Islam: mengenal Allah (tauhid) dan kembali kepada-Nya (istighfar). Ini adalah inti dakwah semua nabi.

📖 “Sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya: ‘Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian. (Agar) kalian jangan menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar.’” (QS Hūd: 25–26)


Makna ayat: berdasarkan hadis-hadis Nabi Muhammad (saw) dan Ahlul Bait (as):

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

(QS Muhammad: 19)

“Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.”

1. Tauhid Adalah Amal yang Paling Utama; 🕯️ Nabi Muhammad (saw) bersabda:أفضل الأعمال إيمان بالله وحده.” Amal yang paling utama adalah iman kepada Allah Yang Maha Esa.” 📚 (Musnad Ahmad, hadis sahih)

2. Ilmu tentang Tauhid adalah Jalan ke Surga;🕯️ Rasulullah (saw) bersabda:من مات وهو يعلم 

‎أنه لا إله إلا الله دخل الجنة.”

Siapa yang wafat dalam keadaan mengetahui bahwa tiada Tuhan selain Allah, maka dia masuk surga.” 📚 (Sahih Muslim, 26)

3. Tauhid dengan Ilmu Lebih Bernilai dari Ucapan Saja🕯️ Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as) berkata:

الناس كلهم هلكى إلا العارفون، 

والعرفاء كلهم هلكى إلا العاملون، والعاملون كلهم هلكى إلا المخلصون.”

Semua manusia celaka kecuali yang mengenal (Allah), dan para arif pun binasa kecuali yang beramal, dan para amal pun binasa kecuali yang ikhlas.” 📚 (Bihār al-Anwār, 2:32)

4. Istighfar adalah Pembersih Jiwa

🕯️ Nabi (saw) bersabda:

من لزم الاستغفار جعل الله له من كل هم فرجًا ومن كل ضيق مخرجًا.”

Barang siapa yang rutin beristighfar, Allah akan memberikan kelapangan dari setiap kesempitan dan jalan keluar dari setiap kesulitan.” 📚 (Sunan Abī Dāwūd, 1518)

5. Nabi Saw Selalu Beristighfar Walaupun Ma‘shum🕯️ Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda:

إني لأستغفر الله في اليوم والليلة 

أكثر من سبعين مرة.”

Sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari semalam lebih dari tujuh puluh kali.” 📚 (Sahih al-Bukhari, 6307)

6. Istighfar untuk Orang Lain Menambah Derajat🕯️ Imam al-Bāqir (as) berkata:  دعاء المؤمن لأخيه بظهر الغيب يدفع البلاء ويزيد في الرزق.”Doa seorang mukmin untuk saudaranya secara diam-diam akan menolak bala dan menambah rezeki.”📚 (Wasā’il al-Shī‘ah, 4:1122)

7. Kalimat Tauhid Lebih Berat dari Langit dan Bumi 🕯️ Nabi (saw) bersabda:    لو وضعت السموات السبع وعامرهن في كفة ولا إله إلا الله في كفة لرجحت بهن لا إله إلا الله.”

Seandainya langit dan bumi serta isinya ditimbang di satu sisi, dan ‘Lā ilāha illā Allāh’ di sisi lain, maka kalimat tauhid itu akan lebih berat.” 📚 (Musnad Ahmad, 11:31)

8. Kalimat Tauhid Menghapus Dosa Sebanyak Busa di Lautan

🕯️ Rasulullah (saw) bersabda:

“من قال لا إله إلا الله وحده لا شريك له… غفرت ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر.”

Siapa yang mengucapkan ‘Lā ilāha illā Allāh…’ dosanya diampuni meski sebanyak buih di lautan.” 
📚 (Sahih Muslim, 2691)

9. Istighfar Membuka Pintu Rahmat

🕯️ Imam Ali (as) berkata:

العجب ممن يهلك ومعه النجاة، قيل: 

وما هي؟ قال: الاستغفار.”

“Aneh sekali orang yang binasa padahal ia memiliki jalan keselamatan.”Dikatakan: “Apakah itu?”Beliau menjawab: “Istighfar.” 📚 (Nahj al-Balāghah, Hikmah 417)

10. Gabungan Tauhid dan Istighfar Menyucikan Lahir dan Batin

🕯️ Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as) berkata:

لا إله إلا الله حصني، 

فمن دخل حصني أمن من عذابي، بشرطها، وأنا من شروطها.”

Kalimat ‘Lā ilāha illā Allāh’ adalah benteng-Ku. Siapa yang masuk ke dalam benteng-Ku, ia aman dari azab-Ku — dengan syaratnya. Dan aku (Imam) adalah bagian dari syarat itu.” 📚 (Bihār al-Anwār, 49:127)


Makna ayat QS Muhammad: 19:

menurut hadis Ahlul Bayt (as), dengan landasan makrifat dan tazkiyah (penyucian jiwa):

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ

“Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan mohonlah ampun bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.”

1. Tauhid Harus dengan Ma‘rifah (Pengetahuan Hati) 🕯️ Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as) berkata:أول الدين معرفته، وكمال معرفته التصديق به…Awal agama adalah mengenal-Nya. Kesempurnaan mengenal-Nya adalah membenarkan-Nya…”
📘 [Uṣūl al-Kāfī, 1/85]
➡️ Ayat ini memulai dengan فَاعْلَمْ bukan “berimanlah”, karena iman tanpa ma‘rifah tidak kokoh.

2. Kalimat Tauhid Adalah Kunci Benteng Ilahi🕯️ Imam al-Riḍā (as) meriwayatkan dari ayahnya hingga Rasulullah (saw):كلمة لا إله إلا الله حصني، فمن دخل حصني 

‎أمن من عذابي.

Kalimat ‘Lā ilāha illā Allāh’ adalah benteng-Ku. Siapa masuk ke dalam benteng-Ku, ia aman dari azab-Ku.”📘 [Bihār al-Anwār, 49/127]
➡️ Ayat ini adalah panggilan menuju perlindungan dalam tauhid, bukan sekadar ucapan lidah.

3. Nabi Saw Diperintahkan Istighfar sebagai Tuntunan Umat🕯️ Imam al-Bāqir (as) berkata:

‎إنما أمره بالاستغفار ليقتدي به من بعده.

Sesungguhnya beliau diperintahkan istighfar agar umat setelahnya meneladaninya.”
📘 [Tafsīr al-‘Ayyāshī, 2/290]
➡️ Istighfar Nabi bukan karena dosa, tetapi sebagai jalan penyucian bagi umatnya.

4. Istighfar Menyucikan Ruh dari Karat Dosa🕯️ Imam Ali (as) berkata:

“العجب ممن يهلك ومعه النجاة. قيل: وما هي؟ قال: الاستغفار.”

Sungguh aneh orang yang binasa padahal ia punya jalan keselamatan.” Dikatakan: “Apa itu?” Imam menjawab: “Istighfar.”
📘 [Nahj al-Balāghah, Hikmah 417]
➡️ Ayat ini menunjukkan bahwa jalan keselamatan bukan hanya iman, tapi juga istighfar.

5. Tauhid Tanpa Keikhlasan Tidak Menyelamatkan 🕯️ Imam al-Ṣādiq (as) berkata:

من قال لا إله إلا الله مخلصاً دخل الجنة، والإخلاص أن لا يعصي الله.”

Siapa mengucapkan ‘Lā ilāha illā Allāh’ dengan ikhlas akan masuk surga. Keikhlasan adalah tidak bermaksiat kepada Allah.”
📘 [Bihār al-Anwār, 3/10]
➡️ Kalimat tauhid dalam ayat ini harus dibarengi ikhlas amal dan ketaatan.

6. Ilmu tentang Tauhid adalah Derajat Paling Tinggi

🕯️ Imam al-Bāqir (as) berkata:

إنما يُعبد الله من عرف الله، وأما من لا يعرف الله فإنما يعبده عن جهل.

Sesungguhnya hanya orang yang mengenal Allah yang benar-benar menyembah-Nya, adapun yang tidak mengenal-Nya hanyalah menyembah secara jahil.”
📘 [Uṣūl al-Kāfī, 1/85] 
➡️ Ayat ini menegaskan pentingnya ibadah berdasarkan ma‘rifat, bukan hanya kebiasaan.

7. Tauhid adalah Awal Segala Sesuatu 🕯️ Imam Ali (as) berkata:

“أول الدين معرفته، وكمال معرفته توحيده…”

Awal agama adalah mengenal-Nya, dan kesempurnaan mengenal-Nya adalah mentauhidkan-Nya…”
📘 [Nahj al-Balāghah, Khutbah 1]
➡️ Ayat ini memuat awal perjalanan ruhani seorang hamba: mengenal Tuhan secara batiniah.
8. Doa bagi Orang Mukmin Adalah Bukti Cinta Ilahi 🕯️ Imam al-Sajjād (as) dalam doanya berkata:
اللّهُمَّ وَفِّقْنِي فِيهِ لِمُواساةِ مَنْ قَتَّرْتَ عَلَيْهِ مِنْ رِزْقِكَ…”
(Doa untuk saudara mukmin)
📘 [Ṣaḥīfah al-Sajjādiyyah, doa ke-23]
➡️ Ayat ini mengajarkan bahwa seorang mukmin sejati tak hanya peduli dirinya, tapi juga memohon ampunan untuk semua.
9. Tauhid dan Istighfar Harus Seimbang; 🕯️ Imam al-Ṣādiq (as) berkata: لا يكون العبد مؤمناً 
حتى يكون خائفاً راجياً، 
ولا يكون خائفاً راجياً حتى يكون عاملاً
Seorang hamba tidak benar-benar beriman hingga ia merasa takut dan penuh harap, dan tidak demikian kecuali jika ia beramal.”
📘 [Uṣūl al-Kāfī, 2/67] 
➡️ Tauhid membuahkan harapan, dan istighfar menumbuhkan rasa takut dan taubat.

‏10. Tauhid Sejati Membawa kepada Wilayah Ahlul Bayt 🕯️ Imam al-Ṣādiq (as) berkata: من قال لا إله إلا الله مخلصاً دخل الجنة، قيل: وما إخلاصها؟ قال: أن لا يخاف مع الله شيئاً، ولا يرجو مع الله غيره.”

Siapa mengucapkan ‘Lā ilāha illā Allāh’ dengan ikhlas, masuk surga.”Ditanya: “Apa itu ikhlas?” Imam menjawab: “Tidak takut selain kepada Allah, dan tidak berharap selain kepada-Nya.”
📘 [Bihār al-Anwār, 3/10]
➡️ Maka tauhid sejati melahirkan ikhlas, tazkiyah, wilayah, dan rahmat.


Makna dari ayat QS Muhammad: 19: menurut para mufassir terkemuka,

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ

“Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.”

1. Perintah Berilmu sebelum Bertauhid; 📘 Tafsīr al-Mīzān (Allāmah Ṭabāṭabā’ī): Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu adalah syarat dasar iman. Tauhid tidak sah tanpa pengetahuan dan keyakinan—oleh karena itu Allah tidak memulai dengan “berimanlah”, melainkan “ketahuilah”.

2. Tauhid adalah Pokok dari Seluruh Ajaran Islam 📘 Tafsīr al-Kabīr (Fakhr al-Rāzī): Ayat ini adalah perintah eksplisit untuk membangun pondasi akidah terlebih dahulu sebelum amal dan hukum. Sebab semua amal sah hanya jika diawali dengan tauhid yang benar.

3. ‘Ilmu’ di Sini Bermakna Ma‘rifah, Bukan Sekadar Hafalan

📘 Tafsīr al-Nūr (Muḥammad Ḥusayn Ṭabāṭabā’ī): Kata فَاعْلَمْ menunjukkan bahwa Allah menginginkan penghayatan spiritual, bukan sekadar informasi. Maka tauhid harus menjadi kesadaran ruhani yang hidup dalam hati.

4. Nabi pun Diwajibkan Istighfar Sebagai Tazkiyah Diri

📘 Tafsīr Nemūneh (Ayatullah Nāsir Makārim al-Shīrāzī): Walau ma‘shum dan tidak berdosa, Nabi saw tetap disuruh istighfar agar menjadi suri teladan penyucian diri (tazkiyah al-nafs) bagi umatnya.

5. Istighfar Adalah Jalan untuk Menyucikan Dosa Dhohir dan Batin

📘 Tafsīr Majma‘ al-Bayān (al-Ṭabarsī):

Makna istighfar bukan hanya untuk kesalahan syariat (zahir), tetapi juga penyucian dari kelalaian hati (batin). Bahkan seorang nabi bisa memohon ampun atas ‘taqdim al-adnā ‘ala al-a‘lā’ (mendahulukan yang lebih rendah daripada yang lebih tinggi dalam kesibukan jiwa).

6. Doa untuk Orang Mukmin Adalah Bentuk Rahmah Ilahiyah

📘 Tafsīr al-Kāshānī: Ayat ini menunjukkan rahmat Nabi (saw) yang mencakup seluruh umat mukmin, baik laki-laki maupun perempuan. Ini adalah pelajaran bagi pemimpin agar mendoakan umatnya.

7. Tauhid dan Istighfar Adalah Dua Sayap Menuju Allah 📘 Tafsīr al-Ṣāfī (al-Faiḍ al-Kāshānī): Tauhid menunjukkan tawajjuh kepada Allah, sedangkan istighfar menunjukkan pengakuan akan kelemahan diri. Keduanya adalah dua dimensi esensial dalam perjalanan ruhani.

8. Ayat Ini Menyiratkan Hubungan antara Ma‘rifat dan Akhlak

📘 Tafsīr Mir’āt al-Anwār:

Ilmu (ma‘rifah) tentang Allah akan mendorong kepada istighfar, yaitu kerendahan hati, kejujuran, dan penyesalan batin atas kekurangan.

9. Keseimbangan antara Tasybīh dan Tanzīh 📘 Tafsīr al-Rāghib:

Kalimat tauhid menekankan tanzīh (penyucian dari sekutu), sedangkan istighfar menunjukkan tasybīh secara terbatas—yakni pengakuan bahwa manusia punya hubungan langsung dengan Allah melalui permohonan.

10. Urutan Ayat Menunjukkan Prioritas: Ma‘rifat dulu, lalu Tazkiyah 📘 Tafsīr al-Burhān (Hāshim al-Baḥrānī):

Ayat ini digunakan oleh Ahlul Bayt (as) untuk menegaskan bahwa tauhid bukan cukup hanya ucapan, tetapi harus diawali ilmu dan diikuti penyucian jiwa, baik untuk diri maupun orang lain.


Makna ayat QS Muhammad: 19 menurut mufasir Syiah, khususnya dari kalangan arif (ahli makrifat), perawi Ahlul Bayt, dan ulama tafsir Syiah klasik dan kontemporer:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

“Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu serta bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.”

Makna Menurut Mufasir Syiah:

1. Tauhid Harus Didasarkan pada Ma‘rifah, Bukan Taqlīd 📘 Allāmah Ṭabāṭabā’ī – Tafsir al-Mīzān: Makna فَاعْلَمْ menunjukkan bahwa iman sejati tidak lahir dari sekadar warisan, tetapi dari pengetahuan yang hakiki (ma‘rifah).” 🔎 Makna: Tauhid yang sahih adalah hasil dari kesadaran ruhani, bukan hafalan atau pengikut buta.

2. Tauhid adalah Pokok Ajaran Para Imam Ahlul Bayt 📘 Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as), dikutip dalam Tafsir al-Qummī: “Awal agama adalah ma‘rifah, dan ma‘rifah adalah tauhid.” 🔎 Makna: Ayat ini menandaskan titik berangkat agama adalah tauhid, bukan amal atau ibadah lahiriah semata.

3. Tauhid dan Istighfar Adalah Dua Tahapan Tazkiyah 📘 Muḥaqqiq Kāshānī – Tafsir al-Ṣāfī:”Ayat ini membimbing manusia melalui dua tahap perjalanan:

1. Tauhid untuk mengenal Tuhan

2. Istighfar untuk menyucikan diri dari penghalang menuju-Nya.”

🔎 Makna: Tauhid membawa kesadaran akan kemurnian Ilahi, dan istighfar memurnikan kesadaran manusia.

4. Istighfar Nabi adalah Bentuk Kerendahan Ruhani 📘 Fayḍ al-Kāshānī – Tafsir al-Ṣāfī: Nabi diperintah beristighfar bukan karena berdosa, tetapi sebagai pengakuan ‘ubūdiyyah (penghambaan) dalam bentuk tertinggi.” 🔎 Makna: Ma‘shūm pun beristighfar untuk mengajarkan adab kehambaan dalam puncak makrifat.

5. Doa untuk Mukmin Adalah Cerminan Wilayah dan Kecintaan

📘 Tafsir Nūr al-Thaqalayn (al-Ḥuwayzī): Dalam riwayat Ahlul Bayt (as), Nabi saw senantiasa berdoa untuk umatnya – ini adalah tanda wilayah dan kasih sayang batin kepada pengikut.” 🔎 Makna: Tauhid sejati melahirkan cinta dan tanggung jawab kepada sesama mukmin.

6. Tauhid Menghapus Syirik Khafī (halus) 📘 Tafsīr al-Burhān (al-Baḥrānī): Ayat ini mengajarkan pembersihan dari syirik batin yang tersembunyi dalam bentuk riya’, ujub, dan ego. 🔎 Makna: La ilaha illallah bukan sekadar kalimat, tapi pembebasan dari segala bentuk selain Allah dalam hati.

7. Kata “Dzanb” (Dosa) Nabi Diinterpretasikan secara Batiniyah

📘 Sayyid Ḥaydar al-Āmulī – Tafsir al-Muḥīṭ al-A‘ẓam: Dzanb Nabi adalah ‘taqdim al-mubah ‘ala al-afḍal’ (mendahulukan yang mubah dari yang lebih utama). Maka istighfarnya adalah isyārī, bukan tanzīlī.”🔎 Makna: Ini adalah tafsir batin—istighfar Nabi sebagai ekspresi kesadaran terhadap maqām-maqām yang lebih tinggi.

8. Tauhid adalah Sumber Seluruh Cahaya dan Ketenangan

📘 ‘Allāmah Ṭabāṭabā’ī – al-Mīzān: “Segala ketenangan dan nur (cahaya ruhani) dalam hati seorang mukmin berasal dari tauhid hakiki.”🔎 Makna: Ayat ini adalah penanda jalan menuju qalb salīm (hati yang bersih).

9. Tauhid dan Istighfar Menjadi Sumber Keselamatan Umat

📘 Tafsir Nemūneh – Ayatullah Nāsir Makārim al-Shīrāzī: “Ayat ini mengajarkan bahwa pilar keselamatan umat adalah kombinasi iman dan taubat. Tanpa keduanya, umat akan rapuh.”🔎 Makna: Dakwah Nabi berporos pada pengetahuan dan pembersihan jiwa, bukan sekadar syi‘ar.

10. Ayat Ini Mengandung Isyarat kepada Wilāyah dan Imāmah

📘 Sayyid Ḥaydar Āmulī – dalam tafsir sufinya: “La ilaha illallah tanpa mengenal wali Allah bukan tauhid sejati. Maka ‘فَاعْلَمْ’ adalah ajakan untuk ma‘rifah Allah dan Ahlul Bayt sebagai jalan-Nya.” 🔎 Makna: Tauhid batin yang sempurna hanya dicapai melalui wilayah, sesuai dengan hadis:   من مات ولم يعرف إمام زمانه مات ميتة جاهلية” Barangsiapa mati tanpa mengenal Imam zamannya, mati dalam keadaan jahiliyah.)


Berikut adalah 10 makna batin (hakikat dan makrifat) dari ayat QS Muhammad: 19 menurut ahli makrifat dari kalangan Syiah dan arifin, yang mendalami ilmu tauhid, tazkiyah, dan suluk ruhani:

🕯️ Makna Batiniah dan Makrifatiah

1. Tauhid adalah Pengetahuan yang Dirasakan, Bukan Diketahui

📿 Makna: Menurut para arif (seperti Sayyid Ḥaydar Āmulī), فَاعْلَمْ bukan perintah untuk tahu dengan akal, tapi perintah untuk merasakan dengan qalb (hati). Tauhid bukan ilmu logika, melainkan syuhūd (penyaksian batin). Tauhid tidak didapat dengan pembuktian, melainkan dengan fana’ dalam al-Ḥaqq.”

2. Kalimat Tauhid adalah Penyingkapan Hijab Wujud

📿 Makna: La ilaha illa Allah berarti tiada wujud hakiki selain Allah. Semua wujud selain-Nya adalah bayangan, metafora, atau fana’. Ini adalah dasar tauhid wujudi yang diajarkan para arif hakiki. “La ilaha” = menafikan semua wujud; Illa Allah” = menetapkan hanya Wujud Haqq

3. Istighfar adalah Kembali dari Selain Allah kepada Allah

📿 Makna: Dalam makrifat, dosa (dzanb) bukan hanya maksiat lahiriah, tapi segala keterikatan kepada selain Allah (ghayrullah). Maka istighfar adalah proses tajrid (pengosongan) dari makhluk menuju Wujud Mutlak. “Setiap perhatian pada selain Allah adalah hijab dan dzanb bagi arif.”

4. Makna Dzunub (Dosa) Nabi Adalah Turunnya dari Fana ke Baqa 📿 Makna: Para nabi ma‘shum dari dosa syariat. Tapi dalam suluk, mereka juga memiliki maqam tajalli. Ketika mereka ‘turun’ untuk menyampaikan wahyu kepada manusia, itu disebut dzanb dalam istilah batin, dan mereka istighfar untuk kembali ke tajalli Ilahi.

5. Zikir Tauhid dan Istighfar Adalah Dua Sayap Suluk 📿 Makna: Tauhid (ma‘rifat) dan istighfar (tazkiyah) adalah dua sisi perjalanan ruhani (suluk). Yang satu membangun hubungan dengan al-Ḥaqq, yang lain membersihkan hijab-hijab dalam nafsu. “Tanpa tauhid, engkau sesat; tanpa istighfar, engkau terhijab.”

6. Perintah “Faklam” Adalah Perintah Awal Jalan Suluk 

📿 Makna: Bagi arif, ini adalah permulaan jalan menuju fana’ fillāh. Sebelum zikir, sebelum wirid, sebelum ibadah, ilmu tentang tauhid (ma‘rifah) adalah fondasi mutlak.

7. Tauhid Membinasakan Ego, Istighfar Menghapus Bekasnya

📿 Makna: Dalam suluk, ketika seseorang tenggelam dalam tauhid sejati, ego musnah. Tapi bekas ego (nafs ammarah, hasrat, cinta dunia) masih harus dibersihkan dengan istighfar.

8. Tauhid Tanpa Istighfar Akan Melahirkan Keangkuhan 📿 Makna: Banyak yang tahu tauhid secara teoritis, tapi tidak membersihkan diri. Maka dia hanya berbicara tentang Allah, tanpa pernah berjalan kepada-Nya. Istighfar adalah obat dari ‘ujub dan waham tauhid palsu.

9. Istighfar Bagi Mukminin Menandakan Fana dalam Kasih Sayang 📿 Makna: Orang yang sudah sampai kepada Allah, ia tak hanya mendoakan dirinya, tapi tenggelam dalam cinta ilahi kepada semua mukmin. Maka Nabi saw diperintah istighfar bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk seluruh umat.

10. Ayat Ini Adalah Jalan Menuju Tauhid Khāṣṣ al-Khāṣṣ 📿 Makna: Dalam istilah para arif, tauhid memiliki tingkatan:
Tauhid al-‘awām: ucapan lisan
Tauhid al-khawāṣ: kesadaran akal
Tauhid khāṣṣ al-khawāṣ: hanya Allah yang dilihat dan dirasakan Ayat ini adalah kunci untuk masuk ke maqām tertinggi itu.

🌺 Penutup: Menurut ahli hakikat, ayat ini bukan hanya tentang akidah, tapi adalah peta jalan ma‘rifat:

‎فَاعْلَمْ = mulailah dengan ma‘rifat

‎لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ = hancurkan segala selain Allah

‎وَاسْتَغْفِرْ = sucikan hati dari bekasnya

‎لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ = jangan tinggalkan umat; ajak mereka kembali bersama.


🔟 Makna Menurut Ahli Hakikat Syiah

1. Tauhid Bukan Hanya Kalimat, Tapi Sirr dalam Qalb

📿 Menurut Sayyid Ḥaydar Āmulī, tauhid sejati bukan ucapan “lā ilāha illā Allāh” dengan lisan, tapi kesaksian batin bahwa tidak ada yang hadir dalam hati kecuali Allah. Lā ilāha illā Allāh adalah syuhūd, bukan lafazh; fana’, bukan hafalan.” 🔎 Makna: Tauhid bukan ilmu atau keyakinan, tapi pemusnahan segala selain Allah dari batin.

‎2. فَاعْلَمْ = Perintah Masuk ke Alam Hakikat 📿 Bagi ahli hakikat, kata “fa‘lam” bukan sekadar tahu secara rasional, tapi memasuki maqam ma‘rifat — di mana ruh menyaksikan ketiadaan segala wujud kecuali Allah. “Perintah ‘ilm’ di sini adalah perintah ruhani kepada sirr (rahasia hati), bukan akal zāhir.”

3. Kalimat Tauhid Menafikan Keberadaan Segala Makhluk

📿 Allāmah Ṭabāṭabā’ī menyebut bahwa lā ilāha illā Allāh mengandung makna bahwa segala sesuatu selain Allah itu bukanlah wujud hakiki, hanya tajalli dan bayangan dari-Nya. Tauhid dalam alam hakikat adalah melihat semua makhluk sebagai cermin kosong dari Wujud-Nya.”

4. Istighfar Nabi = Pengakuan terhadap Keterbatasan Makhluk

📿 Para Imam Ahlul Bayt (a) menyebutkan bahwa istighfar Rasulullah bukan karena dosa syar‘i, tapi sebagai adab maqam, karena dalam hakikat, bahkan kedekatan Nabi saw pun masih jauh dibanding Kesempurnaan Mutlak Allah. Kedekatanmu adalah jauhnya engkau, dan keberadaanmu adalah ketidakhadiranmu.” (Kalam arif)

5. Setiap Kehadiran Ghayrullah dalam Qalb adalah Dzanb

📿 Menurut Muḥaqqiq Kāshānī dan arif lainnya, dosa dalam maqam hakikat adalah perhatian sekecil apapun kepada selain Allah. “Istighfar bukan karena maksiat lahir, tapi karena hati berpaling walau sesaat dari al-Ḥaqq.”

6. Tauhid dan Istighfar adalah Dua Sayap Menuju Fana’ 📿 Tauhid menyucikan wujud, dan istighfar menyucikan hati. Seorang arif tidak akan sampai kepada maqam fanā’ fillāh tanpa dua hal ini secara bersamaan. “Satu sayap adalah ma‘rifat, yang lain adalah tajrid dan tazkiyah.”

7. “Lā ilāha illā Allāh” Harus Dihidupkan dalam Kesadaran Nafas 📿 Menurut ahli hakikat Syiah, kalimat tauhid harus menjadi nafas spiritual (nafasul qalb) yang terus hidup, bukan hanya hafalan. “Orang arif bernafas dengan ‘lā ilāha’ dan menghembuskan ‘illā Allāh’.”

8. Istighfar Menjadi Tanda Hidupnya Hati 📿 Para arif menyebut bahwa hati yang hidup adalah hati yang menangis dan beristighfar, karena ia sadar terus-menerus akan keagungan Allah dan kehinaan dirinya.”Hanya yang merasa hina di hadapan-Nya yang layak menjadi kekasih-Nya.”

9. Mendoakan Mukminin adalah Makam Fanā’ fī al-Khalq 📿 Rasul saw beristighfar untuk mukminin bukan karena tugas lahir, tapi karena telah fana’ dalam cinta dan rahmat Allah, maka beliau mencintai umat karena Allah mencintai mereka. “Dia melihat seluruh mukmin sebagai manifestasi rahmat Ilahi.”

10. Tauhid Sejati Adalah Wilayah: Melalui Ahlul Bayt (a) 📿 Menurut ahli hakikat Syiah, makrifatullah tak bisa diraih tanpa makrifat terhadap hujjah Allah (imam). Maka “fa‘lam” adalah seruan kepada ma‘rifat Ahlul Bayt (a), yang merupakan jalan menuju Allah. “Barang siapa mengenal kami, maka ia mengenal Allah; dan siapa mengingkari kami, maka ia belum kenal Allah.” — Imam Shādiq (a)

🌌 Kesimpulan Hakikiah:

Ayat ini bagi ahli hakikat Syiah bukan sekadar ayat akidah, tapi peta jalan suluk:
Fa‘lam = masuki kesadaran ruhani
Lā ilāha illā Allāh = sirna dari segala selain Allah
Istaghfir li dzanbik = sucikan batin dari segala hijab
Walil mu’minīn wal mu’mināt = cintai seluruh kekasih Allah

Cerita-cerita ini diambil dari tradisi ahli hakikat Syiah, baik secara langsung maupun berdasarkan nilai-nilai yang sejalan dengan jalan makrifat.

1. 🌌 Imam Ali dan Dosa di Balik Nafas

Seorang sahabat bertanya kepada Imam Ali (a):”Wahai Amirul Mukminin, bukankah engkau ma‘shum? Mengapa engkau banyak istighfar?” Imam menjawab, Dosa kami bukan seperti dosa kalian. Dosa kami adalah keterlambatan menyadari Allah di balik satu helaan nafas.” 🔍 Makna: Bagi ahli hakikat, istighfar bukan hanya karena maksiat lahiriah, tetapi karena kelalaian batin sekejap pun dari Wujud Allah.

2. 🔥 Syekh Bahā’ī dan Orang Majusi; Syekh Bahā’ī pernah duduk dengan seorang Majusi. Ia berkata: Kau menyembah api, dan aku menyembah Allah. Tapi katakan padaku, adakah waktu kau merasa tidak ada selain Dia?” Majusi itu menangis: “Setiap malam aku tenggelam dalam nyala api, tapi hati ini hanya ingin satu cahaya.” Syekh berkata: “Kau sedang di jalan lā ilāha illa Allāh.” 🔍 Makna: Kalimat tauhid bukan hanya milik orang yang mengucap, tapi milik siapa pun yang mencari Allah secara tulus, meski dalam kegelapan.

3. 🕊️ Imam Sajjad (a) Menangis karena Satu Kata; Imam Ali Zainal Abidin (a) beristighfar dengan sangat lama. Seseorang berkata, Engkau adalah cucu Rasulullah, lahir dari cahaya, tiada dosamu.” Beliau menjawab: Aku membaca ‘لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ’ dan sadar bahwa aku pernah mengucapkannya tanpa seluruh hatiku hadir. Itu cukup membuatku merasa berdosa.” 🔍 Makna: Ahli hakikat menganggap kurangnya kehadiran qalb saat menyebut Allah adalah bentuk dzanb (dosa), dan karenanya mereka istighfar.

4. 🌧️ Rintik Hujan dan Tukang Kayu

Seorang tukang kayu sederhana menangis di bawah hujan sambil berkata: “Ya Allah, maafkan aku… aku hanya memikirkan rezekiku hari ini, tapi melupakan Engkau.” Seorang arif yang lewat berkata padanya, Satu tetes air hujan ini membasuh lebih banyak dosa daripada air zamzam karena ia lahir dari pengakuan cinta dan kelalaian.” 🔍 Makna: Dosa menurut ahli hakikat adalah melupakan Allah sesaat meski untuk hal-hal duniawi yang halal.

5. 🏔️ Muqanna’ dan Bayangan Gunung

Seorang murid bertanya kepada gurunya: “Apa artinya لا إِلٰهَ إِلَّا الله dalam hakikat?” Sang guru menunjuk bayangan gunung di danau. Itu bayangan, bukan gunung. Kita sering tersesat pada bayangan dan menyangkanya nyata. Tauhid adalah melihat yang hakiki di balik semua bentuk.” 🔍 Makna: Tauhid hakiki adalah melihat Allah sebagai Wujud satu-satunya, sedangkan segala selain-Nya adalah bayang-bayang tajalli.

6. 💡 Imam Shadiq dan Makna Istighfar

Seorang murid bertanya kepada Imam Ja‘far Shadiq (a), Apa arti istighfar bagi orang arif?” Imam berkata: “Istighfar mereka adalah istighfar karena melihat wujud dirinya sendiri. Padahal tiada wujud kecuali Allah.” 🔍 Makna: Bagi ahli makrifat, merasa ‘ada’ selain Allah adalah bentuk dzanb yang paling halus.

7. 🔒 Seorang Sufi dan Kunci yang Hilang

Seorang sufi kehilangan kunci rumahnya, lalu beristighfar berulang kali. Ketika ditanya mengapa, ia menjawab: “Karena saat aku kehilangan kunci, aku lebih cemas kehilangan rumahku… daripada kehilangan ingatanku kepada Allah.”🔍 Makna: Istighfar muncul dari menyadari bahwa kita lebih takut kehilangan dunia daripada kehilangan hubungan dengan Allah.

8. 🌙 Syekh al-Kaf’ami dan Dosa Tersembunyi

Dalam Misbah al-Mutahajjid, Syekh Kaf‘ami menyebut seorang ‘arif yang beristighfar sepanjang malam. Saat ditanya apa dosanya, ia berkata:”Aku tidak berdosa… tapi aku khawatir Allah melihatku tanpa melihatku haus pada-Nya.” 🔍 Makna: Hakikat dosa adalah kekeringan cinta kepada Allah, bukan hanya kesalahan tindakan.

9. 🌹 Fatimah Zahra (a) dan Istighfar untuk Umat

Diriwayatkan dalam hadis bahwa Sayyidah Fatimah (a) berdoa semalaman untuk umat Islam, menyebut satu-satu nama mereka.

Imam Hasan (a) bertanya, “Mengapa engkau tidak berdoa untuk dirimu?”

Beliau menjawab:”Al-jār, tsumma ad-dār.” (Tetangga dahulu, baru rumah sendiri.) 🔍 Makna: Ayat ini juga menanamkan fana’ fī al-khalq — cinta kepada mukminin sebagai wujud dari cinta kepada Allah.

10. 🔥 Imam Khomeini dan “Tiadanya Tauhid”

Dalam Sirruṣ-Ṣalāh, Imam Khomeini berkata: “Kami belum menyentuh hakikat Lā ilāha illa Allāh… bahkan ucapan kami tentang tauhid masih penuh dengan ego. Maka kami istighfar bukan karena dosa, tapi karena menisbatkan tauhid kepada diri kami sendiri.” 🔍 Makna: Bahkan klaim tentang tauhid bisa jadi hijab; hanya Allah-lah yang layak disebut tauhid.

🧭 Penutup: Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa makna ayat di atas, menurut ahli hakikat Syiah, adalah jalan menuju sirrullah (rahasia Allah):
Tauhid bukan sekadar kalimat, tapi penyaksian.
Istighfar bukan hanya untuk dosa, tapi untuk segala bentuk kelalaian dan ke-aku-an.
Doa untuk mukminin bukan kewajiban, tapi pantulan rahmat Allah dalam diri seorang wali.


Berikut ini adalah 10 manfaat dari ayat:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

“Maka ketahuilah bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.” (QS Muhammad: 19)

Disertai dengan doa pendek (dzikir) dari para arif untuk mengamalkan maknanya.

🌟 1. Membersihkan Hati dari Syirik Tersembunyi

Manfaat: Menyadari lā ilāha illa Allāh secara maknawi membantu membersihkan hati dari kebergantungan pada selain Allah.

Doa: اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ كُلِّ مَا سِوَاكَ

“Ya Allah, sucikanlah aku dari segala selain Engkau.”

💧 2. Memperdalam Kesadaran Tauhid

Manfaat: Ilmu tentang tauhid membawa kepada penyaksian bahwa hanya Allah-lah yang berkuasa dan wujud mutlak.

Doa: رَبِّ أَرِنِي الْأَشْيَاءَ كَمَا هِيَ

“Ya Rabb, perlihatkanlah padaku segala sesuatu sebagaimana hakikatnya.”

🌿 3. Menghapus Dosa Batin dan Lahir

Manfaat: Istighfar mendalam menghapus bukan hanya dosa lahir, tapi juga dosa batin seperti takabbur, ujub, riya’.

Doa: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا خَفِيَ عَلَيَّ

“Ya Allah, ampunilah aku atas dosa-dosa yang tersembunyi dariku.”

🌙 4. Membuka Pintu Makrifat Manfaat: Tauhid dan istighfar adalah kunci makrifat; siapa yang mengetahui Allah, akan menyaksikan-Nya dalam segala sesuatu.

Doa:  اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ

“Ya Allah, perkenalkanlah Diri-Mu kepadaku.”

❤️ 5. Menumbuhkan Cinta Ilahi

Manfaat: Zikir dan istighfar dengan kehadiran hati menumbuhkan mahabbah (cinta) yang dalam kepada Allah. Doa:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي

“Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih kucintai daripada diriku sendiri.”

☁️ 6. Menjadikan Istighfar Sebagai Nafas Manfaat: Menjadikan istighfar sebagai nafas spiritual, bukan hanya ritual. Setiap nafas membawa pembersihan jiwa. Doa:

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

“Aku memohon ampun kepada Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Hidup dan Berdiri Sendiri, dan aku bertobat kepada-Nya.”

🤲 7. Menghubungkan Diri dengan Kaum Mukminin 

Manfaat: Mendoakan sesama mukmin memperkuat ikatan ruhani antar jiwa-jiwa yang beriman, menjadikan kita bagian dari arus rahmat kolektif. Doa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، 

الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

“Ya Allah, ampunilah seluruh mukminin dan mukminat, yang hidup dan yang telah wafat.”

🔥 8. Memadamkan Api Dosa Masa Lalu; Manfaat: Istighfar mendalam dengan ilmu dan hati akan memadamkan jejak dosa lama, bahkan mengubahnya jadi pahala.

Doa:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ سَيِّئَاتِي حَسَنَاتٍ بِرَحْمَتِكَ

“Ya Allah, jadikan keburukanku sebagai kebaikan dengan rahmat-Mu.”

🌺 9. Membuka Cahaya di Wajah Ruhani ; Manfaat: Orang yang selalu dalam zikir tauhid dan istighfar memancarkan nur ruhani, bahkan disukai makhluk langit.Doa:

‎اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِي نُورًا فِي قَلْبِي وَوَجْهِي

“Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku dan wajahku.”

🕊️ 10. Mendekatkan Diri pada Kema’shuman dan Wilayah Manfaat: Ayat ini merupakan jalan menuju maqam Ahlul Bayt: tauhid yang hakiki, istighfar sejati, dan kasih kepada mukminin.Doa:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مَعَ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ 

فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Ya Allah, jadikanlah aku bersama Muhammad dan keluarga Muhammad di dunia dan akhirat.”


Semoga bermanfaat!!!!
Mohon doa!!!!!

Comments

Popular posts from this blog

Amalan Akhir & Awal Tahun ; Amalan Bulan Muharram ; Ziarah Imam Husein as dan Syuhada Karbala

Doa-doa Cepat Terkabul (Sari’ Al-Ijaabah) Dari; Imam Ali as dan Imam Musa as

Doa Pendek untuk Semua Penyakit