Makna; Ilmu dan Harta
Makna antara ilmu dan harta yang sering disebut dalam khazanah hikmah Islam, khususnya dari kalangan para arif dan ulama, termasuk dalam perkataan Imam Ali bin Abi Thalib (as):
💡 2. Ilmu bertambah jika dibagikan, harta berkurang jika dibagikan
🏅 3. Ilmu meninggikan derajat, harta hanya meninggikan status dunia
📖 4. Ilmu diwariskan oleh para Nabi, harta diwariskan oleh para raja
🔐 5. Ilmu tidak akan habis meski dipakai, harta bisa habis kapan saja
⏳ 6. Ilmu tetap bersamamu hingga setelah mati, harta ditinggalkan
• Ilmu yang diamalkan akan menemani di alam kubur sebagai amal jariyah.
• Harta akan ditinggalkan, bahkan bisa jadi sumber pertanggungjawaban.
💬 7. Ilmu menjadikanmu rendah hati, harta bisa menjadikanmu sombong
• Harta, jika tak disertai iman, sering melahirkan takabbur /kesombongan
📚 8. Ilmu mendidik jiwa, harta memanjakan nafsu
🤲 9. Ilmu lebih sulit dicuri, harta mudah dirampas
🌱 10. Ilmu membawa manfaat abadi, harta hanya membawa kesenangan sesaat
Perbandingan ilmu dan harta menurut Al-Qur’an:
a. Ilmu sebagai Karunia Tinggi dari Allah:”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujādilah: 11)📌 Makna: Ilmu memberikan kedudukan tinggi di sisi Allah.
b. Ilmu sebagai Sumber Taqwa dan Petunjuk;”Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama.”(QS. Fāṭir: 28)📌 Makna: Ilmu membawa kepada rasa takut dan tunduk kepada Allah.
c. Ilmu Lebih Kekal dari Harta; Ilmu disebut sebagai warisan para nabi, sementara harta adalah warisan para raja. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tapi mewariskan ilmu. (Hadis riwayat Tirmidzi dan lainnya)
2. Harta dalam Al-Qur’an
a. Harta sebagai Ujian Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (ujian), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”(QS. At-Taghābun: 15)
📌 Makna: Harta adalah ujian, bukan tujuan.
b. Harta Tidak Menjamin Kemuliaan;”Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.”(QS. Al-‘Alaq: 6–7)
📌 Makna: Kecukupan harta bisa menjauhkan dari Allah jika tanpa ilmu dan iman.
c. Perintah Menafkahkan Harta
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian…”
(QS. Al-Munāfiqūn: 10)
3. Ilmu vs Harta – Dalam Narasi Qārūn. Qarun berkata: ‘Sesungguhnya aku hanya diberi (harta itu), karena ilmu yang ada padaku.’…”QS. Al-Qaṣaṣ: 78–82)
📌 Qarun salah menempatkan “ilmu” (yakni ilmu mencari harta) sebagai sumber keangkuhan, lalu Allah membinasakannya. Ini menunjukkan bahwa ilmu tanpa hikmah dan iman akan membawa kehancuran, terutama jika hanya digunakan untuk menumpuk harta.
4. Ilmu adalah Cahaya, Harta adalah Bayangan
5. Ilmu Membimbing, Harta Mengikuti
6. Ilmu adalah Warisan Para Nabi, Harta Warisan Para Raja
“Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu…”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
🔍 Ketinggian ilmu lebih utama dari kekayaan materi. Para nabi tidak meninggalkan kerajaan dunia, tapi warisan ilmu mereka mengubah dunia.
7. Ilmu Menyelamatkan di Akhirat, Harta Bisa Menjerumuskan
📖 Allah berfirman tentang orang kaya yang tak bersyukur:”Dan tidaklah hartaku berguna bagiku. Telah binasalah kekuasaanku dariku.”(QS. Al-Ḥāqqah: 28–29)
🔍 Harta tidak akan berguna tanpa ilmu yang mengajarkan syukur dan amal.
8. Ilmu Menumbuhkan Hikmah, Harta Bisa Menumbuhkan Kesombongan📖”Barangsiapa diberi hikmah, sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak.”
(QS. Al-Baqarah: 269)
🔍 Ilmu yang benar akan melahirkan hikmah. Harta yang salah akan melahirkan kesombongan (seperti Qārūn dan Fir’aun).
9. Ilmu adalah Amal Jariyah yang Abadi
🔍 Ilmu yang dibagikan tetap hidup meski pemiliknya telah wafat. Harta jika tidak diinfakkan, akan musnah.
10. Ilmu Menyatukan, Harta Memecah Bila Salah Gunakan
📖 Firman Allah:..”Seandainya kamu membelanjakan seluruh (harta) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan dapat mempersatukan hati mereka…”(QS. Al-Anfāl: 63)
🔍 Persatuan dan kasih sayang datang dari ilmu yang membawa iman dan ketulusan, bukan dari harta.
Nilai Spiritual Ilmu; Sumber Nur Allah
Harta: Warisan Para Nabi
Dunia: Warisan Para Raja
Akhirat; Menyelamatkan
Harta; Menjerumuskan (jika disalahgunakan)
عن كُمَيْلِ بْنِ زِيَادٍ النَّخَعِيِّ قالَ:
أَخَذَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ بِالْكُوفَةِ بِيَدِي، فَأَخْرَجَنِي حَتَّى انْتَهَيْنَا إِلَى نَاحِيَةِ الْجَبَّانَةِ، فَلَمَّا أَصْحَرْنَا جَلَسَ، ثُمَّ تَنَفَّسَ الصُّعَدَاءَ، ثُمَّ قَالَ:
Dari Kumail bin Ziyad al-Nakha’i (ra) berkata: Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (as) mengambil tanganku di Kufah, lalu membawaku hingga kami sampai ke sebuah tempat di daerah Jabbānah (kuburan umum).
Ketika kami sampai di tempat terbuka, beliau duduk, menghela napas panjang, lalu bersabda:
إِنَّ هذِهِ الْقُلُوبَ أَوْعِيَةٌ، فَخَيْرُهَا أَوْعَاهَا، فَاحْفَظْ عَنِّي مَا أَقُولُ لَكَ: النَّاسُ ثَلَاثَةٌ:
• وَمُتَعَلِّمٌ عَلَى سَبِيلِ نَجَاةٍ،
• وَهَمَجٌ رَعَاعٌ، أَتْبَاعُ كُلِّ نَاعِقٍ، مَعَ كُلِّ رِيحٍ يَمِيلُونَ، لَمْ يَسْتَضِيئُوا بِنُورِ الْعِلْمِ، وَلَمْ يَلْجَؤُوا إِلَى رُكْنٍ وَثِيقٍ.
Wahai Kumail bin Ziyad! Hati manusia itu wadah. Maka sebaik-baik wadah adalah yang paling banyak menampung. Maka simaklah apa yang akan aku katakan padamu!”
1. Seorang alim rabbani (berilmu dan dekat dengan Tuhan),
2. Seorang pencari ilmu yang berada di jalan keselamatan,
3. Dan orang dungu yang mengikuti setiap suara yang memanggil, condong ke mana pun angin bertiup; mereka tidak mendapatkan cahaya ilmu dan tidak bersandar pada tiang yang kokoh.”**
يَا كُمَيْلُ،
الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ؛
الْعِلْمُ يَحْرُسُكَ، وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ،
وَالْعِلْمُ يَزْكُو عَلَى الْإِنْفَاقِ،
وَالْمَالُ تَنْقُصُهُ النَّفَقَةُ،
وَمَنْفَعَةُ الْمَالِ تَزُولُ بِزَوَالِهِ.
“Wahai Kumail, ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjagamu, sedangkan engkau yang menjaga harta. Ilmu bertambah saat dibagikan, sedangkan harta akan berkurang saat dibelanjakan. Manfaat harta hilang bersama hilangnya harta itu sendiri.”
يَا كُمَيْلُ،
مَحَبَّةُ الْعَالِمِ دِينٌ يُدَانُ بِهِ،
الْعِلْمُ يُكْسِبُ الْعَالِمَ الطَّاعَةَ لِرَبِّهِ فِي حَيَاتِهِ،
وَجَمِيلَ الْأُحْدُوثَةِ بَعْدَ وَفَاتِهِ،
وَصَنِيعَةُ الْمَالِ تَزُولُ بِزَوَالِهِ،
وَالْعِلْمُ حَاكِمٌ، وَالْمَالُ مَحْكُومٌ عَلَيْهِ.
“Wahai Kumail, mencintai orang alim adalah bagian dari agama.
Ilmu membuat pemiliknya taat kepada Tuhannya semasa hidup, dan dikenang indah setelah wafat. Sementara kebaikan yang dihasilkan dari harta akan sirna bersamaan dengan sirnanya harta itu. Ilmu adalah hakim, sedangkan harta adalah yang dihakimi.”
يَا كُمَيْلُ،
مَاتَ خُزَّانُ الْأَمْوَالِ وَهُمْ أَحْيَاءٌ،
وَالْعُلَمَاءُ بَاقُونَ مَا بَقِيَ الدَّهْرُ،
أَعْيَانُهُمْ مَفْقُودَةٌ، وَأَمْثَالُهُمْ فِي الْقُلُوبِ مَوْجُودَةٌ؛
هَا إِنَّ هَا هُنَا -وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى صَدْرِهِ– لَعِلْمًا جَمًّا، لَوْ أَصَبْتُ لَهُ حَمَلَةً.
Wahai Kumail, para penjaga harta telah mati padahal mereka masih hidup, sedangkan para ulama tetap hidup sepanjang zaman. Sosok mereka mungkin tiada, namun jejak mereka masih tertanam dalam hati manusia. Ketahuilah – sambil beliau menunjuk ke dadanya – di sini terdapat ilmu yang melimpah, seandainya kutemukan orang yang pantas memikulnya.”
ثُمَّ قَالَ:
بَلَى، أَصَبْتُهُ لَقِنًا غَيْرَ مَأْمُونٍ عَلَيْهِ،
يَسْتَعْمِلُ آلَةَ الدِّينِ لِلدُّنْيَا،
وَيَسْتَظْهِرُ بِحُجَجِ اللهِ عَلَى أَوْلِيَائِهِ،
وَبِنِعَمِهِ عَلَى عِبَادِهِ.
أَوْ مُنْقَادًا لِأَهْلِ الْحَقِّ لَا بَصِيرَةَ لَهُ فِي أَحْنَائِهِ،
يَنْقَدِحُ الشَّكُّ فِي قَلْبِهِ بِأَوَّلِ عَارِضٍ مِنْ شُبْهَةٍ،
لَا إِلَى هَؤُلَاءِ، وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ.
“Namun ternyata, aku hanya mendapati orang yang cepat paham, tapi tak bisa dipercaya.
Ia menggunakan alat-alat agama untuk mengejar dunia, mengandalkan hujjah-hujjah Allah untuk menentang para wali-Nya, dan nikmat-Nya untuk memperdaya para hamba-Nya. Atau ia adalah pengikut kebenaran tapi tak memiliki pandangan mendalam, mudah goyah saat dihantam sedikit keraguan. Ia bukan dari golongan ini, bukan pula dari golongan itu.”
أَوْ مَنْهُومًا بِاللَّذَّاتِ، سَلِسَ الْقِيَادِ لِلشَّهَوَاتِ،
أَوْ مُغْرَمًا بِجَمْعِ الْأَمْوَالِ وَالِادِّخَارِ،
لَيْسَا مِنْ دُعَاةِ الدِّينِ فِي شَيْءٍ،
أَقْرَبُ شَبَهًا بِهِمَا الْأَنْعَامُ السَّائِمَةُ،
كَذَلِكَ يَمُوتُ الْعِلْمُ بِمَوْتِ حَامِلِيهِ.
“Atau ia adalah pencinta syahwat, mudah dikendalikan oleh hawa nafsu. Atau pecinta dunia yang sibuk menumpuk kekayaan. Mereka bukanlah para penyeru agama, bahkan mereka lebih menyerupai hewan ternak yang berkeliaran. Maka demikianlah ilmu akan mati ketika para pemikulnya tiada.”
ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ بَلَى،
لَا تَخْلُو الْأَرْضُ مِنْ قَائِمٍ لِلَّهِ بِحُجَّةٍ:
إِمَّا ظَاهِرًا مَشْهُورًا، وَإِمَّا خَائِفًا مَغْمُورًا؛
لِئَلَّا تَبْطُلَ حُجَجُ اللهِ وَبَيِّنَاتُهُ.
“Lalu beliau berkata: Ya Allah, benar! Bumi ini tak akan pernah kosong dari hujjah Tuhan:
ada yang tampak terkenal, dan ada pula yang tersembunyi dalam ketakutan, agar hujjah-hujjah dan bukti-bukti Allah tidak hilang.”
وَكَمْ، وَأَيْنَ أُولَئِكَ؟!
أُولَئِكَ وَاللَّهِ هُمُ الْأَقَلُّونَ عَدَدًا،
وَالْأَعْظَمُونَ عِنْدَ اللهِ قَدْرًا،
بِهِمْ يَدْفَعُ اللهُ عَنْ حُجَجِهِ؛
حَتَّى يُؤَدُّوهَا إِلَى نُظَرَائِهِمْ، وَيَزْرَعُوهَا فِي قُلُوبِ أَشْبَاهِهِمْ.
“Namun berapa jumlah mereka, dan di mana mereka berada? Demi Allah, mereka adalah yang paling sedikit jumlahnya, tapi paling agung kedudukannya di sisi Allah. Melalui mereka Allah mempertahankan hujjah-Nya. Mereka menyampaikan amanat ilmu kepada orang-orang seperti mereka, dan menanamkannya dalam hati para murid sejati.”
هَجَمَ بِهِمُ الْعِلْمُ عَلَى حَقِيقَةِ الْأَمْرِ،
فَبَاشَرُوا رُوحَ الْيَقِينِ،
فَاسْتَسْهَلُوا مَا اسْتَوْعَرَ مِنْهُ الْمُتْرَفُونَ،
وَأَنِسُوا بِمَا اسْتَوْحَشَ مِنْهُ الْجَاهِلُونَ،
وَصَحِبُوا الدُّنْيَا بِأَبْدَانٍ
أَرْوَاحُهَا مُعَلَّقَةٌ بِالْمَنْظَرِ الْأَعْلَى.
“Ilmu menerobos mereka hingga sampai pada hakikat, mereka menyentuh ruh keyakinan,
mereka merasa ringan menjalani apa yang dianggap berat oleh orang-orang yang hidup mewah,
dan merasa akrab dengan apa yang dianggap asing oleh orang-orang bodoh. Mereka hidup di dunia dengan jasadnya, namun ruh mereka terikat pada alam malakut tertinggi.”
يَا كُمَيْلُ،
أُولَئِكَ خُلَفَاءُ اللهِ فِي أَرْضِهِ،
وَدُعَاتُهُ إِلَى دِينِهِ،
هَاهْ، هَاهْ شَوْقًا إِلَى رُؤْيَتِهِمْ،
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكَ،
إِذَا شِئْتَ فَقُمْ.
“Wahai Kumail, mereka itu adalah khalifah-khalifah Allah di bumi-Nya, dan para penyeru kepada agama-Nya.
Hāh, hāh! Betapa aku merindukan perjumpaan dengan mereka!
Aku mohon ampun kepada Allah untukku dan untukmu.
Jika engkau mau, maka berdirilah!”
Dialog Imam Ali as atas pertanyaan 10 orang Khawarij dengan pertanyaan yang sama tapi jawaban yang berbeda;
Ketika mendengar bahwa Rasul saw pernah bersabda, "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya," orang Khawarij pun merasa hasud kepada Imam Ali as; Oleh karena itu, mereka mengumpulkan 10 orang pembesar mereka dan berkata, "Kita akan menanyakan satu masalah kepada Ali, sehingga kita dapat melihat bagaimana dia memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Dan Jika dia memberikan jawaban, maka masing-masing kita akan memberikan pertanyaan lain. Sebab, kami tahu bahwa Ali adalah orang yang alim (pandai), sebagaimana disabdakan Rasul saw."
✅ Jawaban Imam Ali (as) kepada 10 orang yang bertanya:
1. Orang pertama: “Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu menjaga dirimu, sedangkan engkau yang harus menjaga harta.
2. Orang kedua:”Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu akan bertambah jika dibagikan, sedangkan harta akan berkurang jika dibagi.
3. Orang ketiga:”Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik harta bisa menjadi kikir dan sombong, sementara pemilik ilmu akan menjadi bijak dan rendah hati.
4. Orang keempat:”Ilmu lebih utama daripada harta, karena harta akan binasa oleh waktu, sedangkan ilmu tetap abadi bahkan setelah pemiliknya mati.
5. Orang kelima:”Ilmu lebih utama daripada harta, karena harta dimiliki oleh orang kafir dan fasik, sedangkan ilmu hanya dimiliki oleh orang yang beriman dan bertakwa.
6. Orang keenam:”Ilmu lebih utama daripada harta, karena harta bisa dicuri oleh pencuri, tetapi ilmu tak dapat dirampas oleh siapa pun.
7. Orang ketujuh:”Ilmu lebih utama daripada harta, karena harta membuatmu bergantung pada dunia, sedangkan ilmu membuatmu bergantung kepada Tuhan.
8. Orang kedelapan:”Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu menerangi hati, sedangkan harta justru bisa membutakan hati.
9. Orang kesembilan:”Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu membentuk peradaban dan kemanusiaan, sedangkan harta bisa menghancurkan keduanya.
10. Orang kesepuluh:”Ilmu lebih utama daripada harta, karena Nabi-nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu.
🌟 Penutup: Setelah orang terakhir pergi, Imam Ali (as) berkata kepada sahabatnya:”Seandainya ada lebih banyak orang yang datang dengan pertanyaan yang sama, aku akan menjawab mereka masing-masing dengan jawaban yang berbeda-beda, karena ilmu itu tak terbatas, dan hikmah dari cahaya Allah tidak akan habis selama-lamanya.”
• Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalim• Kitab-kitab nasihat seperti Tuhaf al-‘Uqul, Kanz al-Fawaid, dan buku-buku akhlak klasik
Makna ilmu dan harta menurut para ahli makrifat dan hakikat
🪞 2. Ilmu Mengangkat Hijab, Harta Menguatkan Hijab; Ahli hakikat berkata:”Setiap ilmu makrifat yang benar akan menyingkap satu tirai antara hati dan Tuhan. Tapi setiap harta yang dicintai akan menambah satu tirai penghalang.”
🔥 3. Ilmu Membakar Ego, Harta Memupuk Ego; Syekh Bahā’ī menulis:”Ilmu sejati membuat seseorang hina di hadapan Allah, harta membuat orang merasa tinggi di hadapan makhluk.”
🏞️ 4. Ilmu Adalah Jalan Pulang, Harta Adalah Lembah Kehilangan
Ahli makrifat menyebut:”Ilmu adalah tali cahaya yang membawa ruh kembali ke asalnya. Harta adalah jalan berliku yang membuat jiwa tersesat di padang dunia.”
💎 5. Ilmu untuk Disucikan, Harta untuk Dikorbankan; Dalam irfan: “Ilmu harus disucikan dengan amal dan ikhlas, harta harus dikorbankan demi yang lebih mulia.”
🕯️ 6. Ilmu Adalah Pelita Ruh, Harta Adalah Api Dunia; Ulama hakikat berkata:”Ilmu sejati menerangi ruh, tapi harta yang dicintai membakar hati dengan gelisah dan cinta dunia.”
🌿 7. Ilmu Melahirkan Fanā’, Harta Melahirkan Hubbud-Dunyā
Fanā’ = lenyap dalam Allah
Hubbud-Dunyā = cinta dunia
“Ilmu hakiki melahirkan kefanaan; harta melahirkan keterikatan.”
🔍 Ilmu menghapus aku, harta memperkuat aku.
🌌 8. Ilmu Menyambung ke Alam Malakut, Harta Menahan di Alam Mulk•Malakut = alam ruhani
• Mulk = alam fisik
🕊️ 9. Ilmu Menumbuhkan Cinta Ilahi, Harta Menumbuhkan Ketamakan Riwayat:”Tiada dua cinta dalam satu hati: cinta dunia dan cinta Allah tidak akan bersatu.”
🌊 10. Ilmu Menjadikan Diri Cermin Tuhan, Harta Menjadikan Diri Bayangan Dunia. Imam Ali (as) dalam Nahjul Balaghah:”Nilai seseorang sebanding dengan ilmunya.”
Makna ilmu dan harta menurut para ahli hakikat Syiah, berdasarkan warisan makrifat dari Ahlul Bait (as), para arif besar Syiah seperti Imam Khomeini, Allamah Thabathaba’i, Syekh Bahā’ī, dan Sayyid Haidar Amuli:
📖 Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as):”Ilmu itu adalah cahaya yang Allah letakkan di dalam hati siapa pun yang Dia kehendaki.”
(Bihār al-Anwār, 1/225)
🪞 2. Ilmu Menyucikan Nafs, Harta Mengikat Nafs
(Nahjul Balaghah)
🕯️ 3. Ilmu Adalah Warisan Imamah, Harta Warisan Dunia
🔸 Harta diwariskan oleh para penguasa dunia yang fana.
📖 Imam al-Baqir (as):”Ilmu kami adalah ilmu yang Allah ajarkan kepada Nabi-Nya, dan dari Nabi kepada kami.”
🧭 4. Ilmu Mengantar ke al-Ḥaqq, Harta Menahan di Ẓāhir
🔹 Ilmu hakiki menyingkap al-Ḥaqq (Realitas Mutlak, yaitu Allah).
🔸 Harta menahan manusia dalam lapisan ẓāhir (luar), menjauh dari makna batin.📖 Sayyid Haidar Amuli: “Ilmu yang tak membawa kepada Allah adalah hijab yang paling tebal.”
🌌 5. Ilmu Membuka Bāṭin, Harta Menutup Bāṭin
🔸 Harta yang dicintai hanya mengikat kepada bentuk lahir (ẓāhir) dan melupakan makna.
📖 Imam Ja‘far (as):”Al-Qur’an memiliki ẓāhir dan bāṭin. Dan hanya ahlul wilayah yang tahu maknanya.”
🌿 6. Ilmu Membawa Zuhud, Harta Membawa Ghurur (Tipuan)
🔸 Harta mendorong ghurur (merasa cukup, tertipu oleh dunia).
📖 Imam Ali (as):”Dunia adalah rumah bagi orang yang tidak memiliki rumah di akhirat.”
🕊️ 7. Ilmu adalah Jalan Makrifat, Harta adalah Ujian Makrifat
🔸 Harta adalah rintangan yang menguji apakah seseorang benar-benar kenal Tuhan.
🔥 8. Ilmu yang Tidak Diamalkan Lebih Berbahaya dari Harta
🔹 Menurut Imam Ali (as), ilmu yang tidak diamalkan adalah musuh besar karena menciptakan ilusi bahwa seseorang sudah dekat dengan Tuhan.
🌊 9. Ilmu Mengantarkan ke Fanā’, Harta Mengikat pada Baqā’ Dunia
🔹 Dalam irfan Syiah, tujuan ilmu adalah fanā’ fi-Allah (lenyap dalam kehendak-Nya).
🏞️ 10. Ilmu adalah Cermin al-Insān al-Kāmil, Harta adalah Bayangannya
📖 Imam Ali (as):”Kami adalah timbangan Allah di bumi, dan dengan kamilah manusia mengenal jalan kebenaran.”
(Bihār al-Anwār, j.24)
Kisah hakikat tentang ilmu dan harta;
🕊️Antara Cahaya dan Bayangan: Kisah Murid dan Dua Pintu 🪔 Diriwayatkan oleh salah satu arif besar di Kufah kepada para pencari jalan Allah…
🌙 Di sebuah malam sunyi, seorang murid yang telah bertahun-tahun menuntut ilmu kepada seorang syekh hakikat mengadu:”Wahai Maulana, aku telah menghafal ratusan hadis, menulis puluhan kitab, dan mampu menjelaskan ayat-ayat dengan berbagai tafsir. Tapi hatiku masih gelisah… Aku masih takut miskin, dan aku masih mencintai harta.”Syekh memandang wajahnya, lalu berkata dengan lembut:”Wahai anakku, ilmu yang belum sampai ke ruhmu hanya seperti air yang belum menyentuh akar. Mari ikut aku malam ini.”
🚪 Dua Pintu dalam Mimpi
• Di satu sisi, tertulis: “Pintu Ilmu”, bercahaya terang, dijaga oleh lelaki berpakaian putih.
• Di sisi lain, tertulis: “Pintu Harta”, berhiaskan emas dan permata, dijaga oleh sosok megah namun bermata api.
Terdengar suara:”Masuklah ke salah satu pintu. Tapi ketahuilah, yang satu menuju kebebasan, yang lain menuju penjara indah.”Sang murid ragu. Lalu ia memilih pintu harta.
🧱 Penjara Berlapis Emas
Begitu masuk, ia mendapati istana megah, makanan lezat, pelayan yang melayaninya, dan tak ada kekurangan. Tapi setelah beberapa hari, ia mulai merasa kosong. Ia tak bisa shalat, dzikirnya hambar, hatinya berat. Ia melihat dirinya di cermin, tapi wajahnya buram. Tak ada cahaya. Ia lalu berteriak:”Di mana Maulana-ku? Di mana Allah?” Tiba-tiba lantai di bawahnya retak. Ia jatuh ke ruang gelap, dan di sana terpampang tulisan:”Ini bukan harta yang haram, tapi harta yang dicintai melebihi Allah.”
🌤️ Kembali ke Pintu Ilmu
Ia terbangun dari tidurnya dengan air mata mengalir. Syekhnya tersenyum dan berkata:”Sekarang kau tahu. Ilmu bukan hafalan; ia adalah cahaya yang membakar cinta dunia dari hatimu.”Dan harta bukan dosa; ia menjadi hijab ketika dicintai lebih dari Wajah-Nya.”
🌺 Penutup dan Hikmah
Sejak malam itu, sang murid berubah. Ia terus belajar, tapi bukan untuk bangga. Ia menerima harta, tapi hanya sebagai tali infak, bukan rantai nafsu. Ia menukar cinta akan memiliki dengan cinta untuk memberi. Dan ia mengulang dzikir:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ الَّذِينَ تَعَلَّمُوا فَعَمِلُوا وَزَهِدُوا فَفَنُوا فَشَهِدُوا وَرَأَوْكَ
“Ya Allah, jadikan aku dari mereka yang belajar lalu mengamalkan, lalu zuhud, lalu lenyap dalam-Mu, lalu menyaksikan-Mu dan memandang Wajah-Mu.”
📜 Suatu hari ia berkata: “Kitab ini memberiku makan.”Arif itu menangis dan berkata:”Padahal isinya bisa memberimu cahaya yang tak akan padam sampai akhirat. Tapi engkau memilih beratnya emas, bukan ringannya cahaya.”
🔍 Hikmah:”Ilmu yang dicari demi harta akan kehilangan nur. Harta dari ilmu tak membawa ruh jika ilmu tak masuk ke hati.
Seorang faqih muda ingin belajar ke kota para arif. Di tengah jalan, ia singgah di pasar dan diajak berdagang emas. Ia sukses. Tapi saat kembali 10 tahun kemudian, kota para arif telah sirna. Ia menangis dan berkata:”Aku terjebak di pasar dunia, dan kehilangan pasar surga.”
🌘 3. Penjual Permata dan Arif Buta
🔍 Hikmah: Harta bisa membuat kita buta terhadap ilmu dan makna. Kehilangan lahiriah kadang menjadi gerbang penglihatan batin.
🏛️ 4. Imam Ali (as) dan Pengemis Berilmu; Dalam satu riwayat, Imam Ali (as) melihat seorang pengemis tua yang dulu terkenal sebagai ulama. Sekarang ia duduk di jalan, tangannya gemetar, wajahnya muram. Imam mendekat dan bertanya:”Apa yang menimpamu, wahai syaikh?”Ia menjawab:”Ilmuku kutukar dengan upah. Jiwaku kutukar dengan kedudukan. Kini tak ada kedudukan dan jiwaku telah pergi.”Imam Ali (as) menangis dan berkata:”Orang yang menjual akalnya demi dunia akan menjadi orang miskin dua kali: di dunia dan di akhirat.”
🌕 5. Tukang Roti dan Cahaya di Dahinya;
Ia heran, lalu berkata:”Dari mana engkau mendapat cahaya di dahimu?”Tukang roti berkata:”Saya tak punya ilmu seperti Tuan, tapi saya infakkan semua keuntungan roti saya untuk anak yatim dan menyimpan satu hal: cinta kepada Ahlul Bait.”Faqih itu menangis:Ilmuku belum mampu melahirkan apa yang roti dan cintamu hasilkan.”
🔍 Hikmah:Harta yang dipenuhi cinta dan adab kepada wali Allah lebih bernilai daripada ilmu yang tanpa fana’.
⛰️ 6. Anak Yatim dan Kitab yang Terbuka;
Seorang anak yatim duduk di sisi makam ayahnya yang dulu faqih. Ia menangis karena tidak mewarisi harta apa-apa. Tiba-tiba angin membuka kitab lama milik ayahnya, dan berhenti pada ayat: “Katakanlah: apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9) Anak itu membaca, dan mulai menghafal. Puluhan tahun kemudian, ia menjadi arif besar Kufah. Ia berkata:”Ayahku tak mewariskan harta. Tapi ia mewariskan jalan ke Allah.”
Di tepi sungai, seorang lelaki menjatuhkan koin perak ke air saat mencuci tangannya. Ia mengejar koin itu, terjatuh, dan hampir tenggelam.
Seorang darwis menolongnya dan berkata:”Kau hampir mati demi satu koin. Seandainya kau kejar Allah seperti itu…”Lelaki itu menangis, meninggalkan semua hartanya, dan menjadi murid tarekat.
🌺 Penutup & Pesan Ahli Makrifat
Para arif Syiah mengajarkan:”Ilmu adalah roh, harta adalah jasad. Yang hidup dengan roh akan abadi. Yang hanya hidup dengan jasad, akan musnah.”
Manfaat dari memahami hakikat ilmu dan harta
🌟 1. Membersihkan Hati dari Cinta Dunia🔸 Manfaat: Ilmu yang hakiki membantu memisahkan cinta Allah dari cinta dunia, sedangkan harta yang dipahami sebagai amanah akan membuat kita zuhud.
وَلَا تَجْعَلْهَا فِي قَلْبِي
“Ya Allah, jadikan dunia di tanganku, jangan di hatiku.”
🌟 2. Meningkatkan Derajat Ruhani
🔸 Manfaat: Ilmu makrifat mengangkat derajat ruh manusia, melebihi yang bisa diberikan oleh harta atau jabatan.
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا وَارْزُقْنِي حِكْمَةً وَمَعْرِفَةً
“Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmuku, karuniakan aku hikmah dan makrifat.”
🌟 3. Mengarahkan Harta ke Jalan Allah
🔸 Manfaat: Ilmu hakikat menjadikan harta sebagai alat untuk amal saleh, bukan untuk menumpuk kekayaan.
📿 Doa (Imam Ali Zainal Abidin, AS): اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي أُنْفِقُ مِمَّا أَعْطَيْتَنِي فِي سَبِيلِكَ
“Ya Allah, jadikan aku menginfakkan dari apa yang Engkau berikan di jalan-Mu.”
🌟 4. Membuka Mata Batin
🔸 Manfaat: Ilmu dari Ahlul Bait membuka mata batin dan memungkinkan manusia menyaksikan kebenaran (haqq) dengan hati.
اللَّهُمَّ أَرِنِي الْأَشْيَاءَ كَمَا هِيَ
“Ya Allah, perlihatkanlah kepadaku segala sesuatu sebagaimana adanya.”
🌟 5. Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab terhadap Umat
🔸 Manfaat: Ilmu menjadikan seseorang sadar akan tanggung jawabnya untuk menebar manfaat dan memikul amanah sosial.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي لِعِبَادِكَ بَرَكَةً، وَلِدِينِكَ خَادِمًا
“Ya Allah, jadikan aku berkah bagi hamba-Mu dan pelayan agama-Mu.”
“Ya Allah, bersihkan aku dari takabbur dan riya, hiasilah aku dengan tawadhu’ para ulama.”
📿 Doa Imam Zaman afs:
اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ، فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي نَفْسَكَ لَمْ أَعْرِفْ نَبِيَّكَ
“Ya Allah, perkenalkanlah diri-Mu kepadaku. Sebab jika Engkau tak perkenalkan Diri-Mu, aku tak akan mengenal Nabi-Mu.”
🌟 8. Menjadikan Ilmu dan Harta Sebagai Amanah, Bukan Milik
🔸 Manfaat: Menyadari bahwa ilmu dan harta hanyalah titipan dari Allah, bukan kebanggaan pribadi.
📿 Doa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي أَمِينًا
عَلَى عِلْمِكَ وَأَمَانَةً فِي مَالِكَ
“Ya Allah, jadikan aku penjaga amanah ilmu-Mu dan amanah atas harta-Mu.”
🌟 9. Menjadikan Harta sebagai Jalan Infak dan Zakat
“Ya Allah, karuniakan padaku kemurahan hati dan derma, dan jauhkan aku dari kekayaan yang sombong.”
🌟 10. Menjadi Ahli Ilmu yang Menghidupkan Hati, Bukan Mematikan
اللَّهُمَّ اجْعَلْ عِلْمِي نُورًا،
وَلَا تَجْعَلْهُ حُجَّةً عَلَيَّ يَوْمَ أَلْقَاكَ
“Ya Allah, jadikan ilmuku sebagai cahaya, dan jangan jadikan ia hujjah yang memberatkanku saat aku bertemu-Mu.”
1 Membersihkan hati dari dunia اللهم اجعل الدنيا في يدي…
2 Meningkatkan derajat ruhani رب زدني علما…
3 Menjadikan harta alat, bukan tujuan اللهم اجعلني أنفق مما أعطيتني…
4 Membuka mata batin اللهم أرني الأشياء كما هي
5 Memikul amanah umat اللهم اجعلني لعبادك بركة…
6 Menghilangkan takabbur اللهم نقني من الكبر والرياء…
7 Menuju makrifatullah اللهم عرفني نفسك…
8 Ilmu dan harta sebagai amanah اللهم اجعلني أمينًا على علمك…
9 Menjadikan harta jalan infak اللهم ارزقني الكرم والسخاء…
10 Ilmu yang menghidupkan hati اللهم اجعل علمي نورًا…
(Kumpulan 15 Munajat Imam Ali Zainal Abidin AsSajjad as.)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، إِلَهِي إِلَيْكَ أَشْكُو نَفْسًا بِالسُّوءِ أَمَّارَةً، وَإِلَى الْخَطِيْئَةِ مُبَادِرَةً، وَبِمَعَاصِيْكَ مُوْلَعَةً، وَلِسَخَطِكَ مُتَعَرِّضَةً، تَسْلُكُ بِيْ مَسَالِكَ الْمَهَالِكِ،وَتَجْعَلُنِيْ عِنْدَكَ أَهْوَنَ هَالِكٍ،كَثِيْرَةَ الْعِلَلِ طَوِيْلَةَ اْلأَمَلِ، إِنْ مَسَّهَا الشَّرُّ تَجْزَعُ، وَإِنْ مَسَّهَا الْخَيْرُ تَمْنَعُ، مَيَّالَةً إِلَى اللَّعِبِ وَاللَّهْوِ، مَمْلُوءَةً بِالْغَفْلَةِ وَالسَّهْوِ تُسْرِعُ بِيْ إِلَى الْحَوْبَةِ وَتُسَوِّفُنِيْ بِالتَّوْبَةِ،
Bismillâhirrohmânirrohîm, Allâhumma shol li ‘alâ muhammadin wa âli muhammad, ilâhî ilaika asykû nafsan bissû-i ammârotan, wa-ilal khothî ati mubâdirotan, wabima âshîka mûla’atan, wali-sakhothika muta’ar ridhotan, tasluku bî masâlikal mahâliki, wataj’alunî ‘indaka ahwana hâlikin, katsi rotal ‘ilal thowîlatal amali, immas sahâsy syarru tajza’, wa im-massahal khoiru tamna’, mayyâlatan ilal la’ibi wallahwi, mamlû atan bil ghoflati was-sahwi tus-ri’u bî ilal haubati watusawifunî bit taubati,
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.
yang memerintahkan kejelekan,
yang bergegas melakukan kesalahan,
yang tenggelam dalam maksiat pada-Mu,
yang menentang kemurkaan-Mu,
yang membawaku pada jalan kebinasaan
yang menjadikan aku orang celaka,
yang terhina yang banyak noda,
yang berangan hampa.
ia berkeluh kesah,
kala untung diraih bakhil bertambah,
cenderung pada mainan dan hiburan,
dipenuhi kealpaan dan kelalaian
mendorongku pada dosa
menghalangiku untuk bertaubat.
إِلَهِي أَشْكُو إِلَيْكَ عَدُوًّا يُضِلُّنِيْ، وَشَيْطَانًا يُغْوِيْنِي قَدْ مَلأَ بِالْوَسْوَاسِ صَدْرِي، وَأَحَاطَتْ هَوَاجِسُهُ بِقَلْبِيْ، يُعَاضِدُ لِيَ الْهَوَى وَيُزَيِّنُ لِيْ حُبَّ الدُّنْيَا، وَيَحُولُ بَيْنِي وَبَيْنَ الطَّاعَةِ وَالزُّلْفَى إِلَهِي إِلَيْكَ أَشْكُو قَلْبًا قَاسِيًا مَعَ الْوَسْوَاسِ مُتَقَلِّبًا، وَبِالرَّيْنِ وَالطَّبْعِ مُتَلَبِّسًا، وَعَيْنًا عَنِ الْبُكَاءِ مِنْ خَوْفِكَ جَامِدَةً، وَإِلَى مَايَسُرُّهَا طَامِحَةً، إِلَهِي لاَحَوْلَ لِي وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِقُدْرَتِكَ،وَلاَ نَجَاةَ لِي مِنْ مَكَارِهِ الدُّنْيَا إِلاَّ بِعِصْمَتِكَ،
ilahî asykû ilaika ‘aduwwan yuzhillunî wasyaithô nan yughwînî qod mala-a bil was wâsi shodrî, wa ahâthoth hawâjisuhu biqolbî yu’âdhi-du liyal hawâ wa yuzayyinu lî hubbad dunyâ wayahûlu bainî wabainath thô’ati wazzulfâ, ilâhî ilaika asy kû qolban qôsiyan ma’al waswâsi mutaqolliban, wabir royni wathob’i mutalabbisa, wa’ainan ‘anil bukâ-i min khoufika jâmidatan, wa ilâ mâ yasur ruhâ thômihatan, ilâhî lâ haula lî walâ quwwata illâ biqudrotika, walâ najâtalî mimmakârihid dunyâ illâ bi’ishmatika,
Ilahi, kuadukan pada-Mu
musuh yang menyesatkanku,
setan yang menggelincirkanku
ia sudah memenuhi dadaku dengan keraguan.
Godaannya telah menyesakkan hatiku, sehingga hawa nafsu menopangku
ia hiaskan bagiku cinta dunia
ia menghalangiku untuk taat dan taqarrub.
Ilahi, kuadukan pada-Mu
hati yang keras dengan guncangan was-was
yang tertutup noda dan kekufuran,
mata yang beku untuk menangis karena takut pada-Mu, tetapi cair untuk kesenangan dirinya.
Ilahi, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan kuasa-Mu.
Tiada keselamatan bagiku dari bencana dunia kecuali dengan penjagaan-Mu.
فَأَسْأَلُكَ بِبَلاَغَةِ حِكْمَتِكَ، وَنَفَاذِ مَشِيْئَتِكَ، أَنْ لاَتَجْعَلَنِيْ لِغَيْرِ جُودِكَ مُتَعَرِّضًا، وَلاَ تُصَيِّرَنِي لِلْفِتَنِ غَرَضًا، وَكُنْ لِي عَلَى اْلأَعْدَاءِ نَاصِرًا، وَعَلىَ الْمَخَازِي وَالْعُيُوبِ سَاتِرًا وَمِنَ الْبَلاَياَ وَاقِيًا، وَعَنِ الْمَعَاصِي عَاصِمًا بِرَأْفَتِكَ وَرَحْمَتِكَ، يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
fa-as aluka bibalâghoti hikmatika, wanafâdzi masyîatika, allâ taj’alanî lighoiri jûdika muta’ar ridho, walâ tushoyyironî lilfitani ghorodho, wa kullî ‘alal a’dâ-i nâshirô, wa’alal makhôzî wal ’uyûbi sâtirô, waminal balâyâ wâqiyâ wa’anil ma’ashî ‘âshimâ, biro’fatika warohmatika yâ arhamar rôhimîn
Daku bermohon pada-Mu
dengan keindahan hikmah-Mu, dengan pelaksanaan kehendak-Mu.
Jangan biarkan daku mencari karunia selain-Mu,
jangan jadikan daku sasaran cobaan.
Jadilah Engkau Pembelaku melawan musuhku,
penutup cela dan aibku.
Pelindung dari bencana,
Penjaga dari durhaka dengan kasih dan sayang-Mu.
Wahai Yang Terkasih
dari segala yang mengasihi.
Semoga bermanfaat!!!!
Mohon Doa!!!
Comments
Post a Comment