Makna : Mendirikan Sholat ….(QS Ibrahim: 40)

 Makna dari doa indah Nabi Ibrahim (as) dalam ayat:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ 
‎وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang selalu mendirikan salat, dan juga dari keturunanku. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
(QS Ibrahim: 40)

💎 Makna dan Hikmah Ayat Ini

1. Permohonan istiqamah dalam ibadah, bukan sekadar formalitas
Muqīm aṣ-ṣalāh” berarti bukan hanya menunaikan salat, tapi menegakkan salat secara lahir dan batin — menjadikannya pusat kehidupan ruhani.

2. Kesadaran bahwa istiqamah itu karunia, bukan semata usaha; Nabi Ibrahim (as) tidak menyombongkan diri atas ketakwaannya, tetapi tetap memohon agar dijadikan orang yang menegakkan salat — ini menunjukkan tawadhu’ dan makrifat bahwa hidayah adalah milik Allah.

3. Doa yang tidak egois: mencakup diri dan keturunan; Ia tidak hanya mendoakan dirinya, tapi juga keturunannya. Ini menunjukkan kepedulian terhadap warisan spiritual dan pendidikan anak cucu.

4. Prioritas salat dalam pendidikan keluarga; Hal pertama yang diminta untuk diri dan keluarga adalah salat — karena ia fondasi agama, dan penjaga hubungan dengan Allah.

5. Koneksi antara salat dan penerimaan doa; Setelah meminta agar ia dan keturunannya menegakkan salat, baru kemudian mengatakan:       رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
 — “Ya Tuhan kami, terimalah doaku.”
Ini menunjukkan bahwa salat adalah pintu terkabulnya doa.

6. Doa seorang kekasih Allah untuk generasi masa depan; Menunjukkan cinta sejati kepada anak cucu bukan hanya materi, tapi mendoakan agar mereka mendapat hubungan yang kokoh dengan Allah.

7. Makna batin: mohon agar salat menjadi cahaya dalam hati; Muqīm aṣ-ṣalāh” juga bermakna membangun pusat kesadaran ilahi dalam diri, bukan hanya gerakan zahir salat.

8. Salat sebagai warisan spiritual abadi; Nabi Ibrahim (as) tahu bahwa warisan terbesar bukan harta, tapi keturunan yang menegakkan salat dan mencintai Allah.

9. Doa para nabi sebagai model etika spiritual; Doa ini mengajarkan bahwa setiap harapan luhur harus ditopang oleh salat, dan salat menjadi sumber kekuatan spiritual.

10. Kata “تَقَبَّلْ” menunjukkan kelembutan hati; Ia tidak menuntut agar Allah mengabulkan, tapi memohon dengan harap dan rendah hati agar diterima, menandakan penghambaan sejati di hadapan Tuhan.


Makna berdasarkan penjelasan Al-Qur’an itu sendiri (tafsīr al-Qur’ān bi al-Qur’ān):

🕊️ 1. Salat sebagai tiang agama (الْعِمَاد)   ; أَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي”
Dirikanlah salat untuk mengingat-Ku.”(QS Ṭāhā: 14) 

➡️ Nabi Ibrahim memohon agar ia dan keturunannya selalu ingat Allah lewat salat — sebagaimana perintah kepada Nabi Musa.

🌱 2. Harapan untuk keturunan saleh   ; وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا”Jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang bertakwa.”
(QS al-Furqān: 74) 

➡️ Sama seperti doa orang beriman dalam surah al-Furqān, Ibrahim memohon keturunan yang menjadi pemimpin spiritual, dimulai dengan salat.

🛐 3. Salat sebagai penghindar dari keburukan
‎“إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
“Sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”(QS al-‘Ankabūt: 45) 

➡️ Doa ini mencerminkan permintaan agar diri dan keturunannya dijaga dari keburukan melalui kekuatan salat.

🌌 4. Salat adalah wasiat para nabi
‎“وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا”Dan Dia mewasiatkan kepadaku (Isa as) salat dan zakat selama aku hidup.”(QS Maryam: 31) 

➡️ Doa ini senada dengan wasiat Nabi Isa (as). Para nabi selalu menekankan salat sebagai jalan hidup.

🔥 5. Salat pelindung dari azab
“مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ ۝ 
قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ”
Apa yang memasukkan kalian ke Saqar? Mereka menjawab: Kami tidak termasuk orang yang salat.”
(QS al-Muddatsir: 42–43) 

➡️ Nabi Ibrahim (as) memohon agar ia dan keturunannya tidak termasuk orang yang meninggalkan salat dan celaka.

💎 6. Salat sebagai tanda orang mukminقَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ        
‎الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Sungguh beruntung orang-orang beriman, yaitu yang khusyuk dalam
salatnya.”(QS al-Mu’minūn: 1–2)

➡️ Nabi Ibrahim memohon agar menjadi bagian dari golongan orang mukmin sejati.

🕌 7. Salat sebagai warisan rumah Allah        وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ…”Ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail…”(QS al-Baqarah: 127) 

➡️ Setelah membangun Ka’bah, beliau mendoakan agar warisan spiritualnya (salat di rumah Allah) terus berlangsung.

🤲 8. Doa dan salat saling terhubung
“فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Berdoalah kepada Allah dengan tulus.”(QS Ghāfir: 14)

➡️ Ayat ini menegaskan bahwa salat yang tulus membawa kepada doa yang diterima, seperti ditutupnya doa Ibrahim: “وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ”.

🧬 9. Keturunan adalah amanah spiritual   وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ”Dan Dia menjadikannya kalimat yang kekal dalam keturunannya.”
(QS az-Zukhruf: 28) 

➡️ Allah mengabadikan tauhid dan salat sebagai ajaran turun-temurun dalam garis Ibrahim (as).

☝️ 10. Salat sebagai bentuk syukur
“وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ 
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا”
Dirikanlah salat. Sesungguhnya salat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang mukmin.”(QS an-Nisā’: 103)

➡️ Doa ini adalah permohonan agar kewajiban itu tidak terasa berat, tapi menjadi bentuk syukur, cahaya, dan kelezatan ruhani.


Makna berdasarkan penjelasan dari hadis-hadis Rasulullah (saw) dan Ahlul Bait (as):

🌿 1. Salat adalah tiang agama (عمود الدين) Rasulullah (saw) bersabda:الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّينِ، فَمَنْ أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّينَ، وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّينَ
“Salat adalah tiang agama. Siapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan agama; siapa yang meninggalkannya, maka ia telah meruntuhkan agama.”
📚 (Bihar al-Anwar 82/231)

➡️ Maka doa Nabi Ibrahim menunjukkan permohonan untuk menjadi penegak agama secara sejati, bukan sekadar ritual.

🧬 2. Warisan terbaik untuk keturunan adalah salat; Imam Ali (as) berwasiat kepada putranya:
أَوَّلُ مَا تُوصِي بِهِ وَلَدَكَ الصَّلَاةُ، 
فَإِنَّهَا خَيْرُ مَا يَتَوَارَثُهُ الْعِبَادُ.”
“Hal pertama yang kau wasiatkan kepada anakmu adalah salat, karena ia sebaik-baik warisan bagi para hamba.”
📚 (Nahjul Balaghah, Hikmah 199)

➡️ Nabi Ibrahim mendoakan agar keturunannya mewarisi salat, bukan harta.

🌌 3. Salat adalah mi‘raj (pendakian) ruhani; Nabi (saw) bersabda:
“الصَّلَاةُ مِعْرَاجُ الْمُؤْمِنِ.”
“Salat adalah mi‘rajnya orang beriman.”al-Mahajjah al-Bayḍā’, “

➡️ Maka doa ini adalah permohonan untuk selalu dekat kepada Allah, sebagaimana dalam mi‘raj Nabi.

🔥 4. Salat sebagai benteng dari api neraka; Nabi (saw) bersabda:
“لَا تَتْرُكِ الصَّلَاةَ مُتَعَمِّدًا، فَإِنَّ مَنْ تَرَكَهَا مُتَعَمِّدًا فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ.”
“Jangan sengaja meninggalkan salat. Siapa yang melakukannya, ia lepas dari perlindungan Allah dan Rasul-Nya.”(Bihar al-Anwar 82/202)

➡️ Nabi Ibrahim memohon perlindungan dari kehancuran spiritual, melalui keistiqamahan salat.

☝️ 5. Salat sebagai jalan dikabulkannya doa; Imam Ja‘far al-Shadiq (as) berkata:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُسْتَجَابَ دُعَاؤُهُ فَلْيُطَيِّبْ مَكْسَبَهُ، وَلْيُحْسِنْ نِيَّتَهُ، وَلْيُقِمْ الصَّلَاةَ.”
“Barang siapa ingin doanya dikabulkan, hendaklah ia menyucikan rezekinya, membaguskan niatnya, dan mendirikan salat.”📚 (al-Kāfī 2/16)

➡️ Maka kalimat “رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ” datang setelah “مُقِيمَ الصَّلَاةِ”, karena salat membuka pintu dikabulkannya doa.

👨‍👩‍👧 6. Salat sebagai penjaga keluarga; Imam Ali (as) berkata:
الصَّلَاةُ تُهَذِّبُ النَّفْسَ، وَتَصُونُ الْأَهْلَ، 
وَتَحْفَظُ الذُّرِّيَّةَ.”
“Salat menyucikan jiwa, menjaga keluarga, dan melindungi keturunan.”📚 (Ghurar al-Hikam)

➡️ Maka doa ini mencerminkan harapan Ibrahim agar dirinya dan keturunannya dijaga secara ruhani melalui salat.

💖 7. Salat adalah tanda cinta sejati kepada Allah; Imam Sajjad (as) berdoa:  إِلَهِي، اجْعَلْ قَلْبِي لَكَ طَاهِرًا، وَلِذِكْرِكَ مُقِيمًا، وَلِلصَّلَاةِ دَائِمًا
“Ya Allah, jadikan hatiku suci untuk-Mu, istiqamah dalam mengingat-Mu, dan terus mendirikan salat.”
📚 (Ṣaḥīfat al-Sajjādiyyah, Doa 20)

➡️ Nabi Ibrahim juga memohon keistikamahan ruhani dalam salat sebagai bukti cinta kepada Allah.

🌟 8. Salat sebagai cahaya di hari kiamat; Nabi (saw) bersabda:
“الصَّلَاةُ نُورٌ.”  Salat itu cahaya.”
📚 (Ṣaḥīḥ Muslim) 

➡️ Doa Ibrahim adalah permohonan agar hidupnya dan keturunannya penuh cahaya hingga akhirat.

🧎 9. Mendirikan salat, bukan hanya melaksanakannya
Rasulullah (saw) bersabda:
“مَا أُهْلِكَ أُمَّةٌ قَطُّ إِلَّا ضَيَّعُوا الصَّلَاةَ.”
“Tidaklah suatu umat binasa, kecuali karena menyia-nyiakan salat.”📚 (Kanz al-‘Ummāl)

➡️ Maka Ibrahim tidak hanya meminta untuk salat, tapi menjadi “muqīm aṣ-ṣalāh” yang menjaga, menegakkan, menghidupkannya

🌈 10. Salat sebagai hakikat penghambaan; Imam Ali (as) berkata:      فِي الصَّلَاةِ رَاحَةُ الْعَارِفِينَ
“Dalam salat terdapat ketenangan bagi para arif (ahli makrifat).”
📚 (Nahjul Balaghah, Hikmah 138)

➡️ Maka doa ini adalah harapan agar diri dan keturunannya mencapai hakikat makrifat — menjadikan salat sebagai pelabuhan ruhani.


Makna berdasarkan hadis-hadis Ahlul Bayt (as) — para imam maksum dari keluarga Nabi (saw) — yang menyingkap makna batin, irfani, dan pendidikan spiritual dari ayat tersebut.

✨ 1. Salat adalah kunci hubungan antara hamba dan Tuhan
🟢 Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as):
الصَّلَاةُ حَبْلُ اللَّهِ الْمَمْدُودُ بَيْنَ الْعَبْدِ وَرَبِّهِ.”
“Salat adalah tali Allah yang terbentang antara hamba dan Tuhannya.”📚 (al-Kāfī, 3/265)

➡️ Maka doa Ibrahim ini memohon agar dirinya dan keturunannya senantiasa terikat dengan Allah lewat tali salat.

🌱 2. Doa pendidikan: warisan spiritual bagi generasi 
🟢 Imam Ali (as): عَلِّمُوا أَوْلَادَكُمُ الصَّلَاةَ وَخُذُوهُمْ بِهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ
“Ajarkanlah salat kepada anak-anak kalian dan biasakan mereka salat sejak usia tujuh tahun.”
📚 (Wasā’il al-Shīʿah, 21/482)

➡️ Doa ini adalah kerangka pendidikan ruhani — Nabi Ibrahim mendoakan agar salat menjadi bagian dari karakter keturunannya.

🕊️ 3. Salat sebagai tempat sujud maknawi dan kehambaan sejati
🟢 Imam al-Sajjād (as) dalam doa sujudnya:سُبْحَانَكَ مَا أَعْظَمَ شَأْنَكَ، وَأَحْقَرَنَا فِي نُفُوسِنَا
“Maha Suci Engkau, betapa agung kedudukan-Mu, dan betapa kecilnya kami di hadapan-Mu!”
📚 (Ṣaḥīfat al-Sajjādiyyah)

➡️ Doa “اجعلني مقيم الصلاة” bukan sekadar bentuk gerak, tapi permohonan agar jiwa selalu sujud dan rendah hati di hadapan-Nya.

🕌 4. Salat sebagai cahaya batin (نور البصيرة)
🟢 Imam al-Bāqir (as):
إِذَا كُنْتَ فِي صَلَاتِكَ فَإِيَّاكَ وَالْعُجْبَ وَالتَّفَكُّرَ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّهُ يُطْفِئُ نُورَ الصَّلَاةِ.”
“Saat engkau dalam salat, jauhilah rasa bangga dan pikiran duniawi, karena itu memadamkan cahaya salat.”📚 (Tuhaf al-‘Uqūl, hal. 295)

➡️ Maka permohonan menjadi “muqīm aṣ-ṣalāh” mencakup khusyuk dan pencerahan batin, bukan hanya pelaksanaan formal.

📿 5. Salat sebagai dzikir yang hidup dan berdampak 
🟢 Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as):
مَن لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ، 
لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللَّهِ إِلَّا بُعْدًا.”
“Siapa yang salatnya tidak mencegahnya dari keji dan mungkar, maka ia justru makin jauh dari Allah.”📚 (Bihār al-Anwār, 82/198)

➡️ Maka doa Ibrahim adalah permintaan agar salat yang ditegakkan betul-betul menghidupkan ruhani, bukan hanya jasmani.

🌌 6. Salat adalah mi‘rāj para arif dan penyembuh batin
🟢 Imam al-Riḍā (as):       الصَّلَاةُ قُرْبَانُ كُلِّ تَقِيٍّ
“Salat adalah sarana pendekatan bagi setiap orang yang bertakwa.”
📚 (ʿUyūn Akhbār al-Riḍā, 2/149)

➡️ Doa ini menunjukkan bahwa Ibrahim memohon untuk selalu dekat dengan Allah melalui salat — seperti para arif yang mencapai maqām ma‘rifah lewat sujud dan dzikir.

🧎 7. Salat sebagai penjaga ruhaniyah keluarga dan umat
🟢 Imam al-Sādiq (as):
مَنْ أَقَامَ الصَّلَاةَ فَقَدْ أَقَامَ الدِّينَ، 
وَمَنْ ضَيَّعَهَا فَهُوَ لِغَيْرِهَا أَضْيَعُ.”
“Siapa yang menegakkan salat, ia telah menegakkan agama. Siapa yang menyia-nyiakannya, ia akan menyia-nyiakan hal lain lebih parah.”📚 (al-Kāfī, 3/269)

➡️ Maka mendirikan salat adalah penjaga keseluruhan akhlak, ibadah, dan kepribadian. Itulah yang diminta Ibrahim (as) untuk keturunannya.

🧬 8. Permohonan agar keturunan istiqamah sampai akhir zaman
🟢 Imam al-Mahdi (aj):
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ دُعَاتِكَ وَقُوَّامِ صَلَاتِكَ.”
“Ya Allah, jadikan aku termasuk penyeru-Mu dan penegak salat-Mu.

➡️ Doa Nabi Ibrahim (as) sampai kepada zaman Imam Mahdi (aj) — bahwa penegakan salat adalah misi universal para nabi dan imam.

📖 9. Salat sebagai bentuk syukur dan ketaatan tertinggi 
🟢 Imam Ali (as):    كُنْ لِمَا لَا تُرْجُو أَرْجَى مِنْكَ لِمَا تَرْجُو، فَإِنَّ مُوسَى بْنَ عِمْرَانَ خَرَجَ يَسْعَى خَائِفًا يَتَرَقَّبُ، فَرَجَعَ بِرِسَالَةٍ وَنُبُوَّةٍ
“Berharaplah kepada Allah bahkan pada hal yang tak kau sangka-sangka. Musa pergi dalam ketakutan, dan pulang membawa kenabian.”📚 (Nahjul Balaghah, Hikmah 174) 

➡️ Nabi Ibrahim pun berdoa bukan karena sudah pasti — tapi dengan tawadhu’, harap, dan syukur, memohon agar doanya diterima dan ibadahnya dimakbulkan.

🤲 10. Doa sebagai inti dari seluruh salat 
🟢 Imam al-Bāqir (as):
“لَيْسَ شَيْءٌ أَفْضَلَ عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الدُّعَاءِ، وَلَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ
“Tak ada sesuatu yang lebih utama di sisi Allah daripada doa. Dan tak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa.”📚 (al-Kāfī, 2/469)

➡️ Maka penutup doa Ibrahim — “رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ” — adalah permohonan agar seluruh amal (termasuk salat) diterima dengan kasih sayang.


Makna berdasarkan penjelasan para mufassir ;

1. Makna permohonan “اجعلني” = permintaan taufiq, bukan sekadar perintah lahir 
🟤 Al-Ṭabarsī (dalam Majmaʿ al-Bayān): Doa ini menunjukkan bahwa menjadi penegak salat adalah karunia dari Allah, bukan hanya usaha pribadi. Maka Ibrahim memohon taufiq ilahi, bukan sekadar kemampuan teknis salat.

2. “Muqīm aṣ-Ṣalāh” artinya tegak dalam makna dan kedisiplinan
🔵 Imam Fakhr al-Rāzī (dalam al-Tafsīr al-Kabīr): Kalimat ini mencakup makna:Menegakkan salat secara lahir (syarat, rukun, waktu) Menjaga ruh salat (khusyuk, hudhur qalb, dzikrullah)
➡️ Jadi ini adalah doa untuk lahir dan batin salat.

3. “Wa min dhurriyyatī” artinya bukan semua anak keturunan, tapi yang terpilih
🟢 Allāmah Ṭabāṭabā’ī (dalam al-Mīzān): Nabi Ibrahim tidak berkata “wa dhurriyyatī” (dan seluruh keturunanku), tapi “wa min dhurriyyatī” — karena beliau sadar bahwa tidak semua keturunannya akan taat. 
➡️ Ini mencerminkan doa selektif: hanya untuk keturunan yang layak dan menerima kebenaran.

4. Salat sebagai poros doa dan kenabian Ibrahim 
🟤 Al-Ṭūsī (dalam al-Tibyān): Dalam konteks surah Ibrāhīm, ayat ini datang setelah pembangunan Ka’bah. Maka maknanya:
➡️ Ya Allah, seperti aku membangun rumah-Mu, bangunlah juga rumah salat dalam diriku dan keturunanku.

5. Salat sebagai penguat tauhid dan penolak syirik 
🟢 Allāmah Ṭabāṭabā’ī menjelaskan bahwa dalam doa Ibrahim (as), tema sentralnya adalah tauhid dan bersih dari penyembahan selain Allah.
➡️ Maka salat adalah alat utama untuk menjaga kemurnian tauhid — itulah makna “muqīm aṣ-ṣalāh” dalam proyek ketauhidan Ibrahim.

6. Doa ini mencerminkan posisi salat sebagai ibadah tertinggi
🔵 Al-Qurṭubī menyebut: Doa ini menunjukkan urgensi salat di atas ibadah lainnya, karena Ibrahim meminta hal ini sebelum permintaan lain seperti rezeki, keamanan, dsb.

7. “Wa taqabbal du‘ā’” = harapan diterimanya seluruh rangkaian permohonan sebelumnya 
🟢 Dalam Tafsīr al-Mīzān, Allāmah Ṭabāṭabā’ī mengatakan:
➡️ Ungkapan ini menunjukkan kepasrahan total kepada Allah. Setelah semua usaha dan permohonan, yang terpenting adalah penerimaan dari Allah, bukan sekadar pelaksanaan.

8. Makna pendidikan spiritual dalam doa ini 
🟤 Al-Ṭabarsī:
Nabi Ibrahim mencontohkan pendidikan lewat doa: mengajarkan bahwa yang utama untuk anak bukan warisan harta, tapi warisan kedekatan dengan Allah lewat salat.

9. Salat sebagai pembentuk identitas umat 
🔵 Al-Sayyid Quṭb (dalam Fī Ẓilāl al-Qur’ān):
Doa ini menekankan bahwa salat bukan sekadar amalan individual, tapi pilar peradaban dan misi umat, karena salat adalah benteng ruhani dan sosial.

10. Keterkaitan antara doa dan salat dalam struktur ayat 
🟢 Allāmah Ṭabāṭabā’ī menunjukkan bahwa susunan doa ini unik: Meminta salat; Baru meminta agar doa diterima
➡️ Artinya: Salat adalah pembuka doa. Tanpa salat, hubungan dengan Allah belum utuh. Maka salat adalah syarat spiritual bagi terkabulnya doa.


Makna berdasarkan penjelasan mufasir Syiah;

🌟 1. Doa ini menunjukkan bahwa salat bukan sekadar kewajiban, tapi maqam ruhani 
📘 Allāmah Ṭabāṭabā’ī dalam Tafsīr al-Mīzān (juz 12):”Ibrahim (as) tidak meminta sekadar kemampuan salat, tapi maqam sebagai penegak salat: menjadikan salat sebagai poros hidupnya.”
➡️ Artinya: muqīm aṣ-ṣalāh adalah manusia yang hidupnya dibentuk oleh dzikir kepada Allah.

🌿 2. Permintaan taufiq ilahi, bukan kemampuan teknis 
📘 al-Tibyān oleh Syaikh Ṭūsī:”Ibrahim (as) menyadari bahwa tidak ada daya tanpa Allah (‘lā ḥawla wa lā quwwata), maka beliau memohon agar dijadikan penegak salat melalui taufiq dan inayah Allah.”
➡️ Menjadi ahli salat itu butuh anugerah batin, bukan semata latihan fisik.

🧬 3. Kata “min dhurriyyatī” = seleksi spiritual, bukan biologis
📘 Al-Mīzān:”Ibrahim tidak berkata ‘semua keturunanku’, karena beliau telah diberi tahu bahwa di antara keturunannya ada yang zhalim (QS al-Baqarah: 124).”
➡️ Maka beliau hanya memohon agar keturunannya yang layak dan murni yang menjadi penegak salat.

🕌 4. Keterkaitan antara pembangunan Ka’bah dan salat
📘 Tafsīr Majmaʿ al-Bayān (al-Ṭabarsī):”Setelah membangun Ka’bah, Ibrahim langsung memohon salat — karena rumah ini dibangun untuk menegakkan salat dan tauhid.”
➡️ Doa ini adalah pengukuhan bahwa salat adalah pusat tujuan hidup manusia dan fungsi Ka’bah.

✋ 5. Kedalaman spiritual: salat sebagai bentuk syukur, bukan beban 
📘 Allāmah Ṭabāṭabā’ī: Dalam doa ini terkandung pengakuan bahwa salat adalah kenikmatan, bukan sekadar perintah. Maka Ibrahim memintanya seperti orang meminta nikmat, bukan beban.”
➡️ Muqīm aṣ-ṣalāh berarti hidup dalam kelezatan ibadah.

🌈 6. Kalimat “رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ” adalah puncak adab doa 
📘 al-Mīzān:”Ibrahim mengajukan permohonan, lalu menutup dengan harapan agar Allah berkenan menerimanya. Ini menunjukkan kesempurnaan adab dalam berdoa: tidak mengklaim layak, tapi memohon dengan penuh harap dan kerendahan hati.”

💠 7. Salat sebagai jalan ma‘rifah, bukan sekadar ibadah lahir
📘 Tafsīr al-Ṣāfī (Fayd al-Kāsyānī): “Salat bukan hanya ritual, tapi sarana untuk mencapai hudhur qalb (kehadiran hati), ma‘rifatullah, dan fana’ fi Allāh.” 
➡️ Maka Nabi Ibrahim meminta maqam spiritual, bukan hanya rutinitas lahir.

📿 8. Doa ini adalah metode pendidikan tauhid yang diwariskan
📘 Tafsīr Nūr al-Thaqalayn:
Mengutip riwayat dari Imam Shādiq (as), bahwa para nabi mewariskan tauhid dan salat sebagai dua tiang utama kenabian. 
➡️ Maka doa ini adalah strategi pendidikan tauhid dan spiritualitas, bukan permintaan sesaat.

🔎 9. Salat sebagai penentu maqam para nabi dan imam
📘 al-Mīzān:”Para imam Ahlul Bait dikenal sebagai muqīmūn aṣ-ṣalāh sejati. Mereka adalah perwujudan doa Ibrahim (as).” 
➡️ Jadi, doa ini terejawantah dalam pribadi para imam maksum, khususnya Imam Mahdi (aj) sebagai pewaris doa Ibrahim.

🧎‍♂️ 10. Ayat ini mengajarkan bahwa hubungan dengan Allah adalah pusat hidup 
📘 Tafsīr Fayd al-Kāsyānī:”Doa ini menanamkan bahwa manusia tidak bisa hidup benar tanpa ikatan salat yang mengakar — dan tidak bisa mewariskan kebaikan tanpa salat.”
➡️ Salat bukan sekadar amalan, tapi tali pengikat seluruh makna kehidupan.


Makna berdasarkan penafsiran para ahli makrifat dan hakikat;

🌌 1. “Muqīm aṣ-ṣalāh” = Manusia yang tegak dalam kehadiran ilahi
Menurut para arifin, “iqāmat aṣ-ṣalāh” tidak sebatas mendirikan salat, tapi menjadi makhluk yang berdiri dalam kehadiran Allah secara terus-menerus.
➡️ Bukan hanya “salat”, tapi seluruh hidupnya menjadi salat.
📖 Imam Khomeini (QS) dalam Sirr al-Ṣalāh:”Orang-orang arif melihat salat sebagai perjalanan dari fana menuju baqā’ bersama Allah.”

🕊️ 2. Doa ini adalah permohonan agar tidak pernah terputus dari dzikir;Ahli hakikat memaknai salat sebagai dzikrul-ḥaq fī kulli waqt, zikir Allah dalam seluruh waktu dan keadaan.
➡️ Maka Ibrahim (as) memohon istiqamah dalam ingatan dan kesadaran akan Tuhan tanpa henti.

💫 3. Salat adalah cermin tauhid fi‘li, sifāti, dan dzāti
Dalam perjalanan hakikat, salat mencerminkan tauhid perbuatan (fi‘l), sifat, dan zat — seluruh keberadaan menyerah kepada Allah.
➡️ “Muqīm aṣ-ṣalāh” berarti menyatu dalam kehendak dan cahaya-Nya. 
📖 Sayyid Ḥaydar Amulī berkata:”Salat hakikat adalah musyāhadah kepada Allah dengan hati yang sirnakan kehendak dirinya.”

🌿 4. “Wa min dhurriyyatī” = Permohonan agar keturunan juga berjalan di jalan fana; Ahli makrifat melihat bahwa keturunan bukan hanya darah, tetapi mata rantai cahaya dan makrifat. 
➡️ Nabi Ibrahim meminta agar keturunannya mengalami penyaksian ilahi sebagaimana dirinya.

📿 5. Salat sebagai mi‘rāj ke dalam batin diri dan tajalli cahaya Allah
Salat dalam pandangan arif adalah mi‘rāj ruhani — pendakian menuju kemurnian diri dan puncak cahaya ketuhanan.
➡️ Doa Ibrahim adalah permohonan agar dirinya dan keturunannya naik terus dalam kesadaran ilahi. 📖 Imam Ali (as): “Orang yang mengenal Allah, ia beribadah bukan karena takut atau mengharap, tapi karena Dia pantas disembah.”

🔥 6. Doa ini adalah pelindung dari hijab-hijab kegelapan; Ahli hakikat menyebut bahwa salat yang benar menghapus hijab antara hamba dan Allah. 
➡️ Ibrahim (as) memohon agar tidak terhijab dengan dunia, tapi tetap bersinar dalam kehadiran.

🧎‍♂️ 7. “Taqabbal du‘ā’” = permohonan agar semua maqam fana diterima oleh Allah; Doa ini menutup dengan permohonan: “Terimalah doaku”, yang menurut ahli irfan, adalah permintaan agar segala ibadah dan penyaksian tidak ditolak oleh cahaya Ilahi.
📖 Imam Sajjad (as) dalam Munajat: Apakah Engkau akan menolak orang yang mengetuk pintu-Mu sementara ia tidak memiliki selain-Mu?”

✨ 8. Makna “iqāmah” adalah penegakan salat batin, bukan semata gerakan lahir; Ahli makrifat membedakan antara:
Ṣalāt al-Nāsūt (salat fisik),
Ṣalāt al-Malakūt (salat hati),
Ṣalāt al-Lāhūt (salat rahasia fana).
➡️ Ibrahim (as) memohon maqam salat malakut dan lahut — salat hakikat, bukan hanya hukum.

🧬 9. Keturunan spiritual lebih utama daripada keturunan biologis
Menurut Syekh Rajab al-Bursi dalam Mashāriq Anwār al-Yaqīn:”Orang-orang arif adalah anak ruhani Ibrahim dan Muhammad — meski bukan dari darah.” 
➡️ Maka makna “min dhurriyyatī” juga merujuk pada murid, pengikut, dan pewaris cahaya.

🌈 10. Doa ini adalah permintaan untuk tidak pernah keluar dari wilayah kedekatan; Dalam maqam hakikat, ada Wilāyah al-Qurb — wilayah kedekatan dengan Allah.
➡️ Nabi Ibrahim berdoa agar dirinya dan para pewaris jiwanya tidak pernah terusir dari wilayah ini, bahkan dalam dunia dan akhirat.

Penutup: 
📖 Seorang arif besar, Ayatullah Hasan Zadeh Amulī (qs) berkata: “Salat bukanlah awal perjalanan, tapi puncak penyaksian. Jadilah ‘muqīm aṣ-ṣalāh’ — bukan sekadar mendirikannya, tapi hidup di dalamnya.”

🌀 Kesimpulan dari para arif:
Doa ini bukan permintaan untuk menjalankan ritual, tetapi permintaan untuk hidup, bernafas, dan mati dalam cahaya Allah.


Makna ayat berikut menurut ahli hakikat Syiah ;

1. “Muqīm aṣ-Ṣalāh” = Maqam al-Qurb; Menurut ahli hakikat Syiah, seperti al-‘Ārif Sayyid Ḥaydar Amulī dan Imam Khomeini (qs), “muqīm aṣ-ṣalāh” berarti orang yang tegak dalam kedekatan ruhani (wilāyah al-qurb), bukan hanya sekadar mengerjakan salat. Salat adalah tempat penyaksian (mushāhadah) terhadap tajallī Allah. Orang yang ditegakkan dalam salat berarti: ia hidup dalam hadirat Tuhan setiap saat.

2. Salat sebagai bentuk ‘fana fi Allāh’;Ahli hakikat Syiah menafsirkan salat sebagai jalan menuju lebur dalam Kehendak Allah (fanā’).
📖 Dalam Sirruṣ-Ṣalāh, Imam Khomeini menulis:”Hakikat salat adalah fana-nya hamba dalam tauhid af‘āl, sifāt, dan dzāt Tuhan.”Maka, Ibrahim (as) memohon maqam fana, agar seluruh dirinya menjadi cermin Tuhan dalam salat.

3. Iqāmah = pendirian batin, bukan lahir saja; Menurut arif Syiah, kata “iqāmah” (mendirikan) bukan berarti rutinitas lahir, tapi tegaknya kesadaran tauhid di dalam hati. Iqāmah aṣ-ṣalāh” = kesadaran penuh akan Allah dalam setiap gerakan, bukan hanya berdiri, ruku‘, dan sujud.

4. Doa untuk keturunan ruhani, bukan sekadar biologis; Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as) dalam riwayat menyebut: “Dhurriyyah Ibrahim adalah mereka yang mengikuti jalannya, bukan hanya dari darahnya.”Ahli hakikat Syiah menafsirkan ini sebagai: keturunan spiritual — para wali, murid, arifin, dan hamba makrifat yang berjalan di jalan tauhid.

5. Salat adalah tangga (mi‘rāj) menuju wilāyah; Dalam tradisi irfan Syiah, salat adalah mi‘rāj yang membawa manusia kepada maqam wilāyah — yakni pengenalan dan penyaksian terhadap Imām Hujjah (aj) sebagai tajalli Allah. Muqīm aṣ-ṣalāh” sejati adalah yang mengenal Waliyyullāh dan bermakrifat kepada Imam Zaman.

6. Kalimat “Rabbī” dan “Rabbana” = transisi dari ke-aku-an menuju ke-kita-an; Ahli hakikat melihat peralihan dari:•رَبِّ (Rabbi = Tuhanku) رَبَّنَا (Rabbana = Tuhan kami)
Sebagai isyarat: dari maqam nafsi (diri) menuju maqam ummah, yakni menyatu dengan semesta dzikir para wali dan arifin.

7. Doa ini adalah permohonan agar tidak terputus dari hadirat
Ahli hakikat Syiah memaknai ayat ini sebagai permohonan agar tidak mengalami hijab ruhani, agar hamba tetap dalam kehadiran Ilahi. Rabbī ij‘alnī” = Wahai Tuhan, jangan Engkau keluarkan aku dari wilayah tajallī dan musyāhadah!

8. “Wa taqabbal du‘ā’” = doa maqam tawāḍu‘ Doa Nabi Ibrahim ini menunjukkan puncak kerendahan hati, meskipun beliau seorang Khalilullah, namun tetap berkata:”Terimalah doaku.” Ahli hakikat Syiah melihat ini sebagai: Bahkan yang telah tenggelam dalam cahaya Tuhan pun tetap meminta dengan penuh adab dan rasa butuh.

9. Salat adalah bentuk pencerminan sifat-sifat Tuhan dalam wujud hamba; Salat menurut urafa Syiah adalah tajalli sifat-sifat Allah dalam diri manusia. Ketika seseorang benar-benar menegakkan salat, ia menjadi cermin asma’ Ilahi. Maka doa ini berarti: “Jadikan aku cermin-Mu di bumi melalui salat yang Engkau kehendaki.”

10. Doa ini adalah dzikir orang-orang maksum; Para imam maksum (as) menjadikan ayat ini sebagai bagian dari dzikir dan doa mereka.
📖 Imam Zainal Abidin (as) dalam Ṣaḥīfah Sajjādiyyah banyak berdoa agar diterima dalam salat dan tidak terputus dari maqam kedekatan. Doa Ibrahim ini menjadi warisan jalan makrifat dan hakikat, bukan sekadar doa biasa. 

🌺 Kesimpulan dari para ahli hakikat Syiah:
“Muqīm aṣ-ṣalāh” adalah hamba yang hidup dalam wilayah cahaya Allah (wilāyah an-nūr), bersujud dalam hatinya, dan salatnya adalah penyaksian, bukan gerakan.”


Kisah-kisah dan cerita maknawi yang menggambarkan makna ayat

🌙 1. Kisah Ibrahim dan Keheningan Ka‘bah; Dikisahkan dalam tafsir ruhani, setelah membangun Ka‘bah bersama Isma‘il (as), Nabi Ibrahim (as) duduk sendirian di malam sunyi, lalu menangis. Isma‘il bertanya, Wahai ayahku, bukankah kau telah menunaikan perintah Allah?” Ibrahim menjawab,Aku membangun rumah-Nya, tapi belum tahu apakah hatiku telah dibangun oleh-Nya.” Lalu ia berdoa:”Rabbi, ij‘alnī muqīm aṣ-ṣalāh”Ya Allah, tegakkanlah aku dalam salat, bukan hanya tubuhku, tapi hatiku. Jadikan aku tiang dzikir di dalam rumah-Mu, bukan hanya batu.
🌿 Makna: Salat bukan gerak fisik, tapi penegakan hati di hadapan Tuhan.

🔥 2. Kisah ‘Arif Basrah yang Tak Pernah Ketinggalan Salat
Seorang ‘arif Syiah di Basrah selalu hadir tepat waktu ke masjid. Tapi ia tak pernah terlihat menangis atau bergerak banyak dalam salatnya. Orang-orang mengira ia sombong atau kering ruhani.Ketika ditanya, ia menjawab:”Setiap aku mengucap Allāhu Akbar, aku hilang dalam Cahaya-Nya. Lalu aku tidak tahu lagi dunia, imam, waktu, atau tubuhku. Aku hanya terdiam dalam hadirat.”Dan ia membaca ayat ini setiap pagi:”Rabbi, ij‘alnī muqīm aṣ-ṣalāh…”
🌿 Makna: Orang yang “didirikan dalam salat” oleh Allah tidak lagi berdiri dengan dirinya sendiri, melainkan oleh Cahaya yang menegakkannya.

🕯️ 3. Kisah Seorang Murid Suluk dan Doa Nabi Ibrahim; Seorang murid tarekat Ahlul Bait (as) pernah mengadu pada gurunya:”Aku telah bertahun-tahun mendirikan salat, tapi aku tak merasakan hadirat Tuhan.”Sang mursyid menjawab: Karena kau masih menegakkan salat dengan dirimu. Mulailah salat dengan doa ini:Rabbi ij‘alnī muqīm aṣ-ṣalāh…Lalu biarkan Allah yang menegakkanmu.”Beberapa hari kemudian, sang murid bermimpi melihat Nabi Ibrahim (as) berkata: Salat yang tidak dimulai dengan pengakuan kelemahan bukanlah salat makrifat.”
🌿 Makna: Salat sejati dimulai dari rasa butuh, bukan rasa mampu.

🕊️ 4. Imam Sajjad (as) dan Tangis Salat; Dalam sebuah riwayat, Imam Ali Zainal Abidin (as) menangis keras saat bertakbir untuk salat. Ketika ditanya mengapa, beliau menjawab: “Apakah engkau tidak tahu kepada siapa aku akan berbicara? Sungguh, aku takut ditolak saat berkata ‘Allāhu Akbar’, lalu seluruh diriku ditolak oleh-Nya.”Beliau sering membaca ayat ini:”Rabbī ij‘alnī muqīm aṣ-ṣalāh…”
🌿 Makna: Bahkan para Imam memohon agar salat mereka diterima. Karena yang penting bukan amal, tapi maqbul-nya amal.

🕌 5. Kisah Tukang Roti dan Salat
Seorang fakir di Kufah tiap malam menangis di sudut masjid. Ia hanya membaca ayat ini:”Rabbi ij‘alnī muqīm aṣ-ṣalāh…” Orang-orang menertawakan dan berkata:”Kau tak bisa membaca surah-surah panjang, apa gunanya salatmu?”Tapi pada malam wafatnya, ia tersenyum dan berkata:”Hari ini Allah menegakkanku dalam salat yang hakiki.”Salah seorang murid arif bermimpi melihatnya bersama para arwah syuhada. Lalu dikatakan padanya:Orang itu tidak pernah luput dari hadirat, karena hatinya selalu bersujud.”
🌿 Makna: Salat yang diterima adalah salat hati, bukan panjang bacaan.

🧠 6. Kisah Cermin Salat; Seorang arif berkata:”Jika kau ingin tahu apakah engkau benar-benar muqīm aṣ-ṣalāh, lihatlah setelah salat: apakah kau lebih jujur? Lebih bersih? Lebih takut kepada Allah?”Jika tidak, maka bacalah kembali doa Ibrahim: “Rabbi ij‘alnī muqīm aṣ-ṣalāh…”Karena kau belum ditegakkan, baru menegakkan.
🌿 Makna: Salat adalah cermin ruhani — jika ia tidak mengubah dirimu, berarti cahayanya belum masuk ke hati.

📿 7. Kisah Anak yang Menangis di Salat Ayahnya; Seorang ayah sering salat panjang, tapi jarang memeluk anaknya. Suatu malam si anak mendengar ayah membaca:”Rabbi ij‘alnī muqīm aṣ-ṣalāh wa min dhurriyyatī…”Lalu anak itu menangis: “Ayah, mengapa kau minta aku jadi penegak salat, tapi tidak ajarkan cinta kepada Allah?”Keesokan harinya, sang ayah mengubah salatnya menjadi pelajaran cinta dan kelembutan, bukan sekadar gerakan.
🌿 Makna: Keturunan yang menegakkan salat bukan hanya melalui genetik, tapi pendidikan ruhani dan kasih.

🔮 8. Kisah Salat Para Ahlul Bait (as) Imam Ali (as) jika bertakbir, tubuhnya gemetar, wajahnya pucat. Ia berkata:”Salat adalah amanat Ilahi, siapa yang mengkhianatinya, ia tidak akan melihat Tuhan.”Dan beliau sering membaca:”Rabbi ij‘alnī muqīm aṣ-ṣalāh…”
🌿 Makna: Para imam maksum pun berdoa agar salat mereka diterima, apalagi kita yang penuh hijab.

🧬 9. Kisah Darah dan Doa
Seorang keturunan Nabi ditanya:”Apa warisan terbesar dari Ibrahim kepada Rasulullah saw?” Ia menjawab:”Bukan hanya Ka‘bah, tapi doa ini — ij‘alnī muqīm aṣ-ṣalāh. Nabi Muhammad (saw) adalah puncak penegakan salat dalam makna dan batin.”
🌿 Makna: Salat adalah warisan spiritual Ibrahim kepada Muhammad dan keluarganya, bukan hanya ajaran syariat.

🌌 10. Kisah Imam Mahdi (aj) dan Salat Makrifat; Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa Imam Mahdi (aj) saat muncul, akan mengajarkan salat para arifin, yang penuh dzikir batin dan penyaksian.
📖 “Beliau akan menegakkan umat dalam salat,” sebagaimana Ibrahim berdoa agar keturunannya ditegakkan dalam salat. 
🌿 Makna: Salat yang ditegakkan Imam Mahdi (aj) bukan hanya syariat, tapi puncak hakikat: penyaksian Allah melalui Wilayah.

Manfaat-manfaatnya;

1.  Menjadi hamba sejati Menjadikan salat sebagai pusat kehidupan ruhani dan ubudiyah.

2.  Penjernihan hati (tazkiyat al-qalb). Salat yang ditegakkan Allah akan membersihkan hati dari kotoran dunia.

3.  Khusyuk dan hadir dalam salat. Doa ini memohon kemampuan hadir total di hadirat-Nya.

4.  Salat diterima dan maqbul Disebutkan dalam ayat: “wa taqabbal du‘ā’” (terimalah doaku).

5.  Mewariskan makrifat kepada keturunan. Doa ini juga untuk anak cucu — warisan batin dan ubudiyah.

6.  Menjadi tiang agama bagi keluarga dan umat. Orang yang ditegakkan dalam salat menjadi teladan ruhani.

7.  Menjadi cahaya dalam kegelapan zaman. Orang yang salatnya hakiki akan memancarkan cahaya batin.

8.  Selalu terhubung dengan Allah. Salat bukan rutinitas, tapi jalan penghubung (ṣilāh).

9.  Terjaga dari maksiat “Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS al-‘Ankabūt: 45)

10.  Mendapat ketenangan hakiki. Salat sebagai pelipur jiwa: “Aqim al-ṣalāt li-dzikrī.” (QS Ṭāhā: 14)

11.  Pembersih dosa. Dalam hadis: “Salat seperti air yang mengalir membersihkan dosa.”

12.  Diterima dalam majelis Allah. Orang yang ditegakkan dalam salat seperti tamu di hadapan-Nya. 

13.  Mendapat syafaat salat di akhirat. Salat akan berkata: “Aku pelindungmu di kubur dan hari kebangkitan.”

14.  Melatih disiplin waktu dan jiwa. Salat tepat waktu melatih pengendalian nafsu dan keteraturan.

15.  Menjadi wali di bumi. Orang yang mendirikan salat dengan ruh akan jadi kekasih-Nya.

16.  Masuk dalam doa para nabi. Doa ini adalah doa Ibrahim — menjadi bagian dari barisan beliau.

17.  Mendapat ketenangan keluarga dan generasi saleh Keturunan yang menegakkan salat akan membawa ketentraman rumah.

18.  Dekat dengan Imam Mahdi (aj). Imam Zaman mencintai mereka yang menjaga salat dan menegakkannya.

19.  Menghidupkan hati yang mati Salat hakiki membangkitkan ruh dari kelalaian.

20.  Membuka pintu makrifat Salat yang diterima membuka pengenalan terhadap Allah yang lebih dalam.


Doa Setelah Azan;

اللّٰهُمَّ رَبَّ هٰذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ بَلِّغْ مُحَمَّدًا صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ
الدَّرَجَةَ وَالْوَسِيلَةَ وَالْفَضْلَ وَالْفَضِيلَةَ
بِاللّٰهِ أَسْتَفْتِحُ وَبِاللّٰهِ أَسْتَنْجِحُ وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ أَتَوَجَّهُ اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَاجْعَلْنِي بِهِمْ عِنْدَكَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

Ya Allah, Tuhan seruan yang sempurna inidan salat yang akan ditegakkan, sampaikanlah kepada Muhammad (saw) derajat yang tinggi dan wasilah (kedekatan),
keutamaan dan kedudukan yang mulia. Dengan Allah aku memulai,
dan dengan Allah aku memohon keberhasilan, dan dengan Muhammad (saw) aku bertawassul.

Ya Allah, limpahkanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, dan jadikanlah aku bersama mereka sebagai orang yang memiliki kedudukan mulia di sisi-Mu di dunia dan akhirat, dan termasuk dari orang-orang yang didekatkan (kepada-Mu).


ETIKA SEBELUM SALAT

Ketika engkau berniat untuk melaksanakan salat, engkau boleh mengucapkan doa berikut:

اللّٰهُمَّ اِنّى اُقَدِّمُ اِلَيْكَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ بَيْنَ يَدَىْ حَاجَتِىْ، وَاَتَوَجَّهُ بِهٖ اِلَيْكَ، فَاجْعَلْنِىْ بِهِ وَجِيْهًا عِنْدَكَ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ، وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَاجْعَلْ صَلَاتِىْ بِهِ مَقْبُوْلَةً، وَذَنْبِىْ بِهِ مَغْفُوْرًا، وَدُعَاۤئِىْ بِهِ مُسْتَجَابًا، اِنَّكَ اَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Ya Allah, sesungguhnya aku menghadapkan kepada-Mu Muhammad (saw) sebagai perantara antara aku dan hajatku, dan aku bertawassul dengannya kepada-Mu. Maka jadikanlah aku karenanya memiliki kedudukan mulia di sisi-Mu, di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang dekat (kepada-Mu). Jadikanlah salatku karenanya diterima, dosaku karenanya diampuni, dan doaku karenanya dikabulkan. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

lalu membaca doa berikut:
اللّٰهُمَّ اجْعَلْ قَلْبِى بَارًّا، وَعَيْشِىْ قَارًّا، وَرِزْقِىْ دَارًّا، وَاجْعَلْ لِىْ عِنْدَ قَبْرِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ مُسْتَقَرًّا وَقَرَارًا

Ya Allah, jadikanlah hatiku berbakti (taat), kehidupanku tenang, rezekiku menetap, dan berikanlah untukku tempat tinggal dan ketetapan di sisi makam Rasul-Mu (saw).
Setelah itu, engkau boleh memanjatkan doa dan permohonan apa pun kepada Allah Ta‘ala, karena doa yang dipanjatkan antara azan dan iqamah tidak akan ditolak.


SETELAH IQAMAH

Setelah melantunkan iqamah, engkau bisa mengucapkan doa berikut:

اللّٰهُمَّ اِلَيْكَ تَوَجَّهْتُ، وَمَرَضَاتَكَ طَلَبْتُ، وَثَوَابَكَ ابْتَغَيْتُ، وَبِكَ اٰمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَاٰلِ مُحَمَّدٍ، وَافْتَحْ مَسَامِعَ قَلْبِىْ لِذِكْرِكَ، وَثَبِّتْنِىْ عَلٰى دِيْنِكَ وَدِيْنِ نَبِيِّكَ، وَلَا تُزِغْ قَلْبِىْ بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنِىْ، وَهَبْ لِىْ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

Ya Allah, hanya kepada-Mu aku menghadap, ridha-Mu yang aku cari, ganjaran-Mu yang aku dambakan, kepada-Mu aku beriman, dan kepada-Mu aku bertawakal. Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, bukalah telinga hatiku untuk mengingat-Mu, teguhkanlah aku di atas agama-Mu dan agama Nabi-Mu, dan jangan palingkan hatiku setelah Engkau memberiku petunjuk, dan anugerahkanlah kepadaku rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi (al-Wahhāb).


Doa Selesai Sholat;

إِلهِي، هذِهِ صَلاتِي صَلَّيْتُها، لا لِحَاجَةٍ مِنْكَ إِلَيْها، وَلا رَغْبةٍ مِنْكَ فِيهَا، إِلاَّ تَعْظِيماً وَطاعَةً وَإِجابَةً لَكَ إِلَىٰ ما أَمَرْتَنِي بِهِ، إِلهِي، إِنْ كانَ فِيها خَلَلٌ أَوْ نَقْصٌ مِنْ رُكُوعِها أَوْ سُجُودِها فَلا تُؤاخِذْنِي، وَتَفَضَّلْ عَلَيَّ بِالقَبُولِ وَالغُفْرانِ

Ya Tuhanku, inilah salatku yang telah aku dirikan; bukan karena Engkau membutuhkannya, dan bukan karena Engkau menginginkannya,
tetapi semata-mata sebagai bentuk pengagungan, ketaatan, dan jawaban atas apa yang Engkau perintahkan kepadaku.
Ya Tuhanku, jika dalam salat ini terdapat kekurangan atau cacat, baik dalam rukuknya maupun sujudnya, maka janganlah Engkau menghukumku karenanya.
Berkenanlah atas diriku dengan penerimaan dan ampunan-Mu.


Semoga bermanfaat!!!
Mohon Doa!!!!

Comments

Popular posts from this blog

Amalan Akhir & Awal Tahun ; Amalan Bulan Muharram ; Ziarah Imam Husein as dan Syuhada Karbala

Doa-doa Cepat Terkabul (Sari’ Al-Ijaabah) Dari; Imam Ali as dan Imam Musa as

Doa Pendek untuk Semua Penyakit