Makna ; Salamun Qowlan min Robbir Rohiim; QS. Yasin: 58
Ayat “سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ” (QS. Yasin: 58) merupakan kalimat yang sangat dalam maknanya. Secara zahir, ayat ini bermakna:
“Salam, sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang.”
Makna dan tafsir dari kalimat ini menurut pendekatan tafsir, tasawuf, dan hakikat;
Allah sendiri yang mengucapkan salam kepada para penghuni surga, tanpa perantara malaikat. Ini menunjukkan kemuliaan yang sangat tinggi.
2. Salam Kehormatan Abadi
Ini adalah bentuk penghormatan langsung dari Allah sebagai balasan atas keimanan dan kesabaran hamba-Nya di dunia.
3. Kedekatan Khusus dengan Allah
Ucapan “Salam” menandakan bahwa ahli surga telah mencapai maqam kedekatan (qurb) dengan Allah yang tidak dimiliki oleh selain mereka.
4. Keselamatan Total (Zahir dan Batin) Salam di sini berarti keamanan sempurna dari segala jenis penderitaan, baik fisik, mental, maupun spiritual.
5. Tanda Cinta Rahmani
“مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ” menunjukkan bahwa salam ini bukan sekadar formalitas, tetapi keluar dari cinta kasih Allah yang Rahim.
6. Keabadian dalam Ridha Ilahi
Salam ini menunjukkan bahwa para penghuni surga telah masuk dalam ridha Allah yang kekal.
7. Pengakuan atas Kesucian Jiwa
Ucapan salam ini sebagai pengakuan dari Allah atas keberhasilan jiwa dalam melewati ujian dunia dan tetap suci.
8. Makna Ma’nawi dari Surga
Surga tidak hanya kenikmatan fisik, tapi juga maknawi: seperti kedekatan, salam, dan dialog langsung dengan Allah.
9. Simbol dari Ketersingkapan Hijab; Mereka yang mendapat salam ini adalah yang telah tersingkap hijab-hijab antara makhluk dan Khaliq.
10. Jaminan Kekekalan Nikmat
Salam ini bermakna bahwa nikmat yang mereka dapatkan tidak akan hilang atau berkurang.
11. Puncak Penghormatan bagi Wali Allah; Menurut para arif, ini adalah bentuk penghormatan tertinggi bagi para wali dan kekasih Allah.
12. Salam sebagai Manifestasi Kalāmullah; Ucapan Allah bukan seperti suara manusia, tapi pancaran kalam-Nya menentramkan ruh para mukhlisin.
13. Bukti Qabul atas Amal
Salam ini menandakan bahwa seluruh amal mereka telah diterima sepenuhnya oleh Allah.
14. Penutup Segala Rasa Takut
Setelah menerima salam ini, tidak ada lagi rasa takut, duka, dan kesedihan selama-lamanya.
15. Simbol Tajalli Sifat Rahimiyah
Salam ini merupakan bentuk tajalli (manifestasi) dari sifat “Ar-Rahim”, yang khusus diberikan kepada orang beriman.
16. Hadiah Atas Kesabaran
Makna terdalamnya adalah: Ini ganjaran dari kesabaran di dunia atas ujian, musibah, dan taqwa.
17. Suara Peneguhan Jiwa
Menurut ahli hakikat, salam ini adalah bentuk peneguhan (tatmainnul qalb) yang diberikan kepada ruh yang telah mengenal Tuhannya.
18. Makna Kemenangan Spiritual
Salam ini merupakan deklarasi kemenangan ruh atas hawa nafsu, syahwat, dan dunia.
19. Salam sebagai Cahaya Ruhani
Bagi para arif, salam ini adalah cahaya ruhani yang menenangkan dan memenuhi keberadaan batin mereka.
20. Titik Temu antara Khalq dan Haqq: Salam ini adalah “kalimat penghubung” antara makhluk dan Penciptanya—bukti bahwa hamba telah mencapai maqam liqa’ (perjumpaan dengan Allah).
“سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ”
(QS. Yā-Sīn: 58); berdasarkan konteks Al-Qur’an, baik secara langsung maupun melalui ayat-ayat lain yang menjelaskan makna “Salam”, “Qaulan”, dan sifat Allah sebagai “Rabbun Rahīm”:
⇒ Menunjukkan salam sebagai bentuk sambutan dan penghormatan Allah kepada orang beriman.
2. Salam sebagai jaminan keselamatan;
3. Salam sebagai balasan amal saleh
⇒ Salam merupakan hadiah atas kesabaran di dunia.
4. Ucapan salam dari Allah langsung;
5. Surga sebagai tempat salam abadi
6. Tuhan yang menyapa penuh kasih (Rahīm)
7. Salam sebagai tanda ridha Allah
📖 QS. Al-Fajr: 28-30:”Irji’ī ilā Rabbiki rāḍiyatan marḍiyyah…”
⇒ Kembalinya ruh dalam keadaan disapa dan diterima oleh Tuhan.
8. “Qaulan” sebagai bentuk kehormatan tinggi QS. An-Nisa: 69: Fāūlā’ika ma’a alladhīna an‘ama Allāhu ’alayhim…”⇒ “Qaulan” dari Allah berarti telah sampai ke derajat para nabi dan siddiqin.
9. Salam sebagai kabar gembira (basyīrah)
“Wa udkhila alladhīna āmanū wa ’amilū al-ṣāliḥāti jannātin tajrī…”
⇒ Disambut dengan damai oleh Allah dan malaikat.
10. Tanda dari kehidupan akhirat yang penuh damai QS. Al-Waqi’ah: 25-26:Lā yasma‘ūna fīhā laghwan wa lā ta’tsīmā * Illā qīlan salāman salāmā.”
11. Salam sebagai bentuk kenikmatan batin
“Wa waqqāhum Rabbuhum ’adhāba al-jahīm.” Setelah diselamatkan dari neraka, mereka diberi salam kenikmatan batin oleh Tuhan.
12. Jaminan tidak ada rasa takut atau sedih
“Allā inna awliyā’ Allāhi lā khawfun ’alayhim wa lā hum yaḥzanūn.”
⇒ Salam adalah penegasan bahwa mereka dalam keamanan total.
13. Kehidupan surgawi dipenuhi salam
“Wa qīla lahum salāmun ’alaykum…”
14. Salam sebagai karunia istimewa
“Alladhīna tatawaffāhum al-malāikatu ṭayyibīn yaqūlūna salāmun ’alaykum…”
15. Penegasan Rahmat Allah
📖 QS. Al-A’raf: 56: Inna Raḥmat Allāhi qarībun mina al-muḥsinīn.”
⇒ Salam dari Tuhan Rahīm adalah pancaran rahmat-Nya.
16. Salam sebagai penutup penderitaan
“Lā yaḥzunuhumu al-faza’u al-akbaru wa tatalaqqāhum al-malāikah…” ⇒ Di akhirat, penderitaan dunia ditutup dengan salam penyambutan.
17. Makna “Salam” sebagai nama dari Allah
“As-Salām” adalah salah satu nama Allah, maka salam-Nya adalah pancaran dari Dzat-Nya.
18. Kata “Salam” sebagai bentuk keridhaan
Salam adalah tanda bahwa seseorang telah diizinkan kembali ke tempat asalnya (fitrah), yaitu ridha Allah.
19. Salam sebagai bentuk rahmat dan barakah
“Raḥmatullāhi wa barakātuhu ’alaykum ahla al-bayt.”⇒ Salam menunjukkan turunnya rahmat dan berkah yang menyertainya.
20. Salam sebagai ciri penghuni surga
“Wa ākhiru da’wāhum an al-ḥamdu lillāhi Rabb al-’ālamīn.”⇒ Sebelum itu, doa dan sapaan mereka adalah “Salam”, menandakan hidup damai kekal.
QS. Yā-Sīn: 58) berdasarkan hadis-hadis Nabi (saw), Ahlul Bait (as), dan para ulama,
🌿 1. Ucapan Allah secara langsung kepada hamba-Nya
📖 Imam Ja‘far al-Shadiq (as):
“Orang mukmin di surga akan mendengar ucapan ‘Salām’ dari Tuhan mereka tanpa perantara.”
⇒ Hadis ini menunjukkan bahwa Allah langsung menyapa, bukan lewat malaikat. (📚 Tafsir al-Qummi)
🌿 2. Puncak kemuliaan para kekasih Allah
🌿 3. Salam sebagai bentuk ma‘rifat yang hakiki
“Salam Tuhan adalah penyempurna segala kenikmatan yang paling dalam: ma’rifat dan kedekatan.”
(📚 Al-Sāfī, tafsir Yasin:58)
🌿 4. Tanda keterbebasan dari segala rasa takut
🌿 5. Bentuk sambutan dan penerimaan Allah
🌿 6. Tajalli sifat Rahim-Nya secara sempurna
“Ucapan ‘Salām’ itu datang dari sifat Rahim Allah yang paling tinggi, dan itu hanya bagi penghuni surga.”
(📚 Uyun Akhbar al-Ridha)
🌿 7. Bukti bahwa mereka benar-benar dicintai Allah
“Salam dari Tuhan adalah bukti bahwa engkau telah menjadi mahbub (yang dicintai), bukan hanya muhib (yang mencintai).”
(📚 Ghurar al-Hikam)
🌿 8. Maqam para mukhlisin
📖 Imam Sadiq (as):Salam ini tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang mengikhlaskan amal hanya untuk Allah.”
(📚 Tafsir Nur al-Thaqalayn)
🌿 9. Nikmat ruhani di atas segala nikmat jasmani
“Penduduk surga menikmati buah, minuman, dan pasangan. Tapi ketika mereka mendengar ‘Salām’ dari Rabb mereka, mereka melupakan semua itu.”(📚 Bihar al-Anwar, jld. 8)
🌿 10. Tanda telah diterima di sisi Allah
“Itulah kalimat penerimaan Ilahi: salam dari Rabb yang Rahim.”
(📚 Tafsir al-Burhan)
🌿 11. Cerminan maqam liqā’ Allah
📖 Imam Ja‘far al-Shadiq (as):
“Liqa’ Allah (perjumpaan dengan Tuhan) itu puncaknya adalah ketika Allah mengucapkan ‘Salām’ kepada hamba-Nya.”(📚 Tafsir al-Mīzān)
🌿 12. Ucapan ini tidak mengandung huruf dan suara seperti ucapan makhluk
🌿 13. “Qaulan” di sini menunjukkan maqam kalām ilāhī
📖 Rasulullah (saw):”Kalimat Tuhan bukan seperti kalimat manusia, tapi ia menciptakan ketenteraman di hati.”(📚 Al-Kafi, kitab Tauhid)
🌿 14. Puncak dari semua amal ibadah di dunia
“Orang-orang yang beribadah dengan cinta akan mencapai maqam ‘Salāmun qawlan min Rabbin Rahīm’.”(📚 Misbah al-Shari’ah)
🌿 15. Ucapan salam ini kekal, bukan sesaat
“Tidak seperti ucapan salam manusia, salam Allah bersifat kekal dan menenangkan selamanya.”
(📚 Nahj al-Balaghah)
🌿 16. Tanda kenikmatan ruhani yang lebih tinggi dari surga fisik
📖 Imam Baqir (as):”Kebahagiaan terbesar bukan dari kenikmatan fisik, tetapi dari salam Tuhan yang terus-menerus.”(📚 Tafsir Safi)
🌿 17. Bagian dari janji Allah kepada orang beriman
📖 Rasulullah (saw):
“Allah telah menjanjikan tiga hal: ampunan, surga, dan salam-Nya.”
(📚 Al-Mahasin, al-Barqi)
🌿 18. Di akhirat, Allah menyapa seperti Dia menyapa para nabi di dunia
“Sebagaimana Allah berkata kepada Musa ‘Inni Ana Rabbuka’, maka Dia berkata kepada ahli surga: ‘Salāmun qawlan min Rabbin Rahīm’.”(📚 Tafsir al-Mīzān)
🌿 19. Bukti puncak rahmat-Nya yang menyelimuti segala sesuatu
📖 Imam Sadiq (as):”Sifat Rahmat Allah yang meliputi segala sesuatu mencapai puncaknya dengan salam kepada orang beriman.”
(📚 Tawhid al-Saduq)
🌿 20. Makna hakikat dari syurga adalah salam dari-Nya📖 Imam Ali (as):”Surga bukan hanya taman dan sungai. Surga adalah ketika engkau disapa langsung oleh Tuhanmu.”
(📚 Nahj al-Balaghah)
Makna Menurut Hadis-Hadis Ahlul Bayt (as), dengan penjelasan batin dan ruhani dari para Imam Maksum.
📚 Tafsir al-Qummi, Yasin:58
🌟 2. Salam Sebagai Tanda Kemenangan Ruhani
🌟 3. Salam sebagai Tajalli Rahmat Khusus
🌟 4. Salam Allah Menghapus Segala Derita
📚 Tafsir al-Safi
🌟 5. Salam sebagai Penegasan Penerimaan Ilahi
📚 Al-Tawhid, Syaikh al-Shaduq
🌟 6. Salam yang Menggetarkan Jiwa dengan Cinta
🌟 7. Salam Sebagai Penghapus Hijab
🌟 8. Salam Itu Menjadi Kunci Kesenangan Abadi
📚 Bihar al-Anwar, jld. 8
🌟 9. Salam Ini Tidak dengan Huruf dan Suara
🌟 10. Salam sebagai Puncak Makrifat
🌟 11. Salam Ini Hadiah bagi yang Menjaga Diri di Dunia
📚 Al-Kafi, bab al-Zuhd
🌟 12. Salam Itu Abadi, Tidak Terputus
🌟 13. Salam Itu Maqam Orang yang Benar (Shiddiqin)
🌟 14. Salam yang Mengalirkan Ketenangan
📚 Risalat al-Huquq
🌟 15. Salam Itu Mengandung Cinta Ilahi
📚 Uyun Akhbar al-Ridha
🌟 16. Salam Itu Cahaya yang Mengisi Ruh
🌟 17. Salam sebagai Penutup Segala Ujian Dunia
🌟 18. Salam Itu Maqam Liqa’ullah
📌 Imam al-Sadiq (as):”Salām dari Allah adalah tanda bahwa ia telah bertemu dengan-Nya, tanpa hijab.”📚 Tafsir al-Mīzān, naql dari riwayat
🌟 19. Salam Itu Cerminan Ridha-Nya
📚 Tafsir al-‘Ayyashi
🌟 20. Salam Itu Anugerah Tertinggi Setelah Surga
📚 Bihar al-Anwar, jld. 8
✅ 2. Salam Sebagai Kehormatan
📚 Tafsir al-Kasyani:”Salam” adalah bentuk penghormatan ilahiah kepada hamba-hamba-Nya yang telah melewati ujian dunia dan pantas menerima derajat tinggi.
✅ 3. Salam Sebagai Jaminan Kedamaian Abadi📚 Tafsir al-Burhān:Allah memberikan salam untuk menandakan bahwa mereka aman dari siksa, takut, dan kesedihan, selamanya.
✅ 4. Kalimat Kehormatan yang Kekal📚 Tafsir Fakhr al-Razi: Salam ini bukan hanya sekadar ucapan, tapi tanda diterimanya amal, rahmat, dan karamah abadi.
✅ 5. Bukti Hubungan Langsung antara Tuhan dan Hamba
📚 Tafsir al-Shafi – Mulla Muhsin al-Fayd:”Salam” ini menunjukkan maqam kedekatan (qurb) antara Tuhan dan makhluk, tanpa hijab.
✅ 6. Bukan Sekadar Kata, tapi Keberadaan📚 Tafsir al-Mahalli: “Qawlan” menunjukkan bahwa salam ini adalah ciptaan Allah secara langsung, tidak melalui suara biasa, melainkan berupa tajalli.
✅ 7. Salam Sebagai Maqam Makrifat📚 Tafsir al-Ayyashi: Ayat ini adalah isyarat bahwa orang-orang surga telah mencapai pengetahuan makrifat tertinggi, hingga layak mendapat salam dari-Nya.
✅ 8. Salam Menghapus Segala Kepedihan Masa Lalu
📚 Tafsir Ruh al-Ma’ani – Al-Alusi: Dengan ucapan ini, segala kenangan penderitaan dan ujian dunia dihapus dari jiwa mereka secara total.
✅ 9. Salam sebagai Awal Nikmat Surga📚 Tafsir al-Nasafi: Salam ini menjadi pembuka kenikmatan surga, sebelum berbagai nikmat lain diberikan.
✅ 10. Bukti Cinta dan Ridha Allah
📚 Tafsir al-Tustari (tasawuf): Ini adalah “qawl” (ucapan) yang lahir dari cinta dan rahmat, bukan semata-mata keadilan.
✅ 11. Tajalli Asma’ ar-Rahman dan ar-Rahim 📚 Tafsir al-Mīzān:Ucapan “salam” ini muncul dari Nama Allah: ar-Rahim, bukan dari Asma’ al-Jalal, melainkan dari Rahmat dan Cinta.
✅ 12. Makna Salam adalah Perlindungan dan Keamanan
📚 Tafsir al-Baydawi: Kata “Salām” berarti perlindungan mutlak dari segala bentuk ketakutan dan kesedihan.
✅ 13. Salam adalah Maqam Līqā’ (Pertemuan Ilahi) 📚 Tafsir al-Mahbubi (Syiah): Ucapan salam ini adalah pengantar menuju liqā’-Allāh, pertemuan tanpa hijab.
✅ 14. Salam adalah Simbol Kedekatan Khusus 📚 Tafsir al-Kabir – Fakhr Razi: “Tidak semua penghuni surga mendapat salam ini. Ini adalah puncak kedekatan spiritual, maqam orang-orang pilihan.
✅ 15. Salam yang Tidak Mengandung Bunyi 📚 Tafsir ‘Arafat al-Akhlaqiyah: Ini adalah “qawl” tanpa huruf dan suara. Salam ruhani yang langsung dirasakan oleh roh.
✅ 16. Salam sebagai Kesempurnaan Balasan
📚 Tafsir al-Maturidi: Ini bukan sekadar hadiah, tapi puncak kesempurnaan balasan bagi orang-orang yang sabar dan bertakwa.
✅ 17. Salam adalah Cermin Kasih Ilahi 📚 Tafsir al-Samarqandi: Dalam salam ini, Allah memperlihatkan diri-Nya sebagai Tuhan yang penuh kasih, bukan sebagai Hakim.
✅ 18. Salam adalah Kedekatan Sejati 📚 Tafsir Nur al-Tsaqalayn: Orang yang mendapat salam ini telah sampai ke maqam tajalli dzati, menyaksikan Allah dengan cahaya hati.
✅ 19. Maqam yang Tidak Dicapai dengan Amal Semata 📚 Tafsir al-Fayd al-Kasyani: Mereka yang mendapat salam ini bukan karena amal semata, tapi karena cinta dan rahmat Allah.
✅ 20. Salam Itu Hakikat Surga
📚 Tafsir al-‘Irfani – Sayyid Haidar Amuli: Surga adalah tempat nikmat. Tapi hakikat surga adalah salam ini, karena itulah tanda ridha dan kedekatan Tuhan.
Makna ayat “سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ” (QS Yā-Sīn: 58) menurut para mufassir Syiah;
🔷 2. Salam sebagai Tajalli Nama “ar-Rahīm”
🔷 3. Tanda Ridha Ilahi dan Kedekatan
🔷 4. Tingkatan Khusus di Surga
📚 Tafsir al-Kāsyānī: Salam ini tidak diberikan kepada semua, hanya kepada Ahlul Yaqīn dan para arifīn — mereka yang mengenal Allah dengan hati, bukan sekadar amal.
🔷 5. Salam sebagai Pakaian Ruhani
🔷 6. Maqam Līqā’ (Pertemuan dengan Tuhan)
🔷 7. Kalimat Tanpa Suara
📚 Allamah Thabathaba’i: Qawlan” di sini bukan huruf atau suara, tapi wujud ruhani, diterima jiwa tanpa perantara indera.
🔷 8. Salam sebagai Hakikat Surga
📚 Sayyid Haidar Amuli:”Surga bukan hanya tempat nikmat, tetapi hakikatnya adalah perjumpaan dan salam dari Tuhan, itulah surga maknawi.
🔷 9. Karunia bagi Ahlul Ikhlas
📚 Tafsir al-Shāfī – Fayḍ al-Kāsyānī: Hanya mereka yang ikhlas dan tidak menginginkan surga karena hawa nafsu, melainkan karena Allah, yang mendapat salam ini.
🔷 10. Pembuka Nikmat Spiritual Abadi
🔷 11. Salam sebagai Anugerah atas Makrifat
🔷 12. Menunjukkan Rahmat Spesifik (Rahmah Khāṣṣah)
📚 Allamah Thabathaba’i: Sifat “Rahīm” menunjukkan rahmat khusus untuk orang beriman, berbeda dengan “Rahmān” yang bersifat umum.
🔷 13. Salam sebagai Puncak Jāmi‘ al-Jamāl
🔷 14. Menghapus Segala Rasa Takut dan Sedih
🔷 15. Petunjuk Bahwa Mereka Telah Sempurna
🔷 16. Rahmat yang Diucapkan Bukan Dikirim
🔷 17. Sumber Ketenangan Ruhani
📚 Irfan Syiah: Ketika ruh mendengar salam ini, jiwa masuk dalam sakinah abadi, sebab ia telah sampai kepada aslinya.
🔷 18. Simbol Puncak Wilayah
📚 Tafsir batin Ahlul Bayt: Ini adalah bukti bahwa hamba tersebut telah berada dalam wilayah Rabbaniyah, bukan sekadar wilayah syariat.
🔷 19. Maqam Tertinggi di Surga
📚 Riwayat dalam tafsir Syiah: Ahlul Bayt menyebutkan bahwa ini adalah maqam surga tertinggi (Jannat al-Qarār), di mana penghuni disapa langsung oleh Allah.
🔷 20. Penghargaan Ilahiah atas Kecintaan
🌌 Makna “سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ” menurut Ahli Makrifat & Hakikat
2. Surga Tertinggi Bukan Tempat, Tapi Perjumpaan; Surga sejati bukan taman dan sungai, tapi ucapan salam dari Allah, tanda bahwa hamba telah sampai ke maqam fana dan baqā.
3. Simbol Kesempurnaan Ma’rifah Salam ini hanya diterima oleh orang yang mengenal Tuhan dengan mata hati, bukan dengan lidah atau akal.
4. Dzikir Rabbani Abadi; Salam ini adalah dzikir ilahi abadi yang membungkus ruh dengan kehadiran-Nya selamanya.
5. Perjumpaan tanpa Hijab; Ucapan ini datang tanpa hijab makhluk, artinya arif telah melepaskan hijab bentuk, suara, dan diri.
6. Keluarnya Jiwa dari Dualitas Dalam maqam ini, jiwa tidak lagi merasa dirinya sebagai selain Allah. Salam ini datang dalam wahdat al-wujūd.
7. Wujud Rahmat dalam Bentuk Kalam; Kata “مِن رَبٍّ رَّحِيمٍ” menunjukkan bahwa rahmat menjadi “kalam”, bukan hanya rasa atau kondisi. Inilah hakikat jamal-Nya.
8. Kehormatan yang Tak Bisa Diungkap dengan Bahasa; Ini bukan salam biasa. Ia adalah bentuk tanda ridha mutlak dari Sang Haqq, tak dapat dijelaskan oleh akal biasa.
9. Pengganti Segala Nikmat Dunia dan Surga; Seorang arif sejati tidak tertarik pada surga kecuali jika ia berisi perjumpaan dengan Allah. Salam ini adalah surga hakiki.
10. Tanda Jiwa Telah Menjadi Cermin Ilahi; Hanya jiwa yang telah bersih dari ego dan menjadi cermin tajalli Dzat yang akan mendengar salam ini.
11. Kehadiran Allah, Bukan Sekadar Suara:”Qawlan” bukan berarti suara, tapi tajalli makna dalam ruh yang membuat jiwa luluh dalam kehadiran Allah.
12. Rahmat Khusus untuk Ahlul Qurb; Ayat ini bukan umum untuk semua mukmin. Ia khusus untuk mereka yang mencapai maqam qurb (kedekatan), yang telah mengenal Allah sebagai “Ana”.
13. Surga yang Dimulai Sejak Dunia Arif hakiki sudah merasakan salam ini di dunia, dalam keadaan dzikir, tangis, dan munajat. Alam akhirat hanyalah kelanjutannya.
14. Anugerah untuk Hamba Cinta Salam ini hanya diberikan pada hamba yang mencintai Allah karena Allah, bukan karena surga atau takut neraka.
15. Tanda Masuk Maqam Wushul Arif yang mendapat salam ini telah sampai pada maqam wusul, yakni perjumpaan, kesatuan, dan puncak perjalanan ruhani.
16. Diam-Nya Lebih Nyata daripada Bicara Makhluk; Meski tanpa huruf dan suara, salam ini lebih jelas dari semua suara, karena langsung dari Dzat yang Maha Dekat.
17. Cahaya yang Menyelimuti Ruh Kata “salam” menjadi cahaya sakinah, menenangkan dan menyinari ruh, bukan sekadar sapaan.
18. Penghapus segala Jarak dan Keterpisahan; Dengan salam ini, tak ada lagi keterpisahan antara makhluk dan Khaliq, karena semua hijab telah terbakar oleh cinta dan ma’rifah.
19. Maqam Tertinggi dari Wilayah Rabbaniyah; Ini adalah maqam para wali yang telah menjadi bagian dari rahmat Allah, hidup dan mati dalam limpahan kasih-Nya.
20. Sempurnanya Tujuan Perjalanan Ruh: Semua salik berjalan menuju salam ini. Ini adalah puncak semua ibadah, semua cinta, dan semua tangis.
🪔 Allamah Thabathaba’i: “Salam ini adalah tujuan semua salik dan muwahhid sejati.”
💠 Kesimpulan; Ayat ini bukan hanya tentang surga. Bagi ahli makrifat, ia adalah pernyataan puncak kedekatan dan cinta ilahi. Ucapan “سَلَامٌ” dari Allah adalah puncak dari semua dzikir, fana’, wushul, dan tajalli yang dicari oleh ruh manusia.
Menurut Ahli Hakikat Syiah
1. Tajalli Nama “As-Salām” dari Dzat Ilahi; Salam” bukan sekadar ucapan, melainkan tajalli dari Nama Allah: السَّلَام—cahaya aman, tenang, dan suci dari-Nya kepada ruh yang telah fana dalam-Nya.
2. Wushul Ilallāh; Ayat ini mengisyaratkan bahwa hamba telah sampai ke maqam wusul, perjumpaan sejati dengan Allah, bukan sekadar balasan surgawi.
3. Puncak Wilayah Rabbaniyyah Hanya wali sejati yang sampai pada maqam ini, karena salam ini hanya datang dari Allah langsung kepada para kekasih-Nya.
4. Lafadz Tanpa Huruf dan Suara Menurut para arif, “qawlan” (perkataan) ini bukan suara, tetapi kalam dzati, yaitu tajalli makna langsung ke dalam ruh tanpa medium.
5. Surga Tertinggi adalah Perjumpaan Ilahi;Dalam pandangan hakikat, tidak ada surga yang lebih tinggi daripada kalam Allah kepada hamba-Nya.
6. Cahaya Rahmat مِن رَبٍّ رَّحِيمٍ” menunjukkan bahwa salam ini adalah bentuk rahmat spesifik, bukan rahmat umum. Rahmat ini adalah jamāl (keindahan) yang memabukkan ruh.
7. Simbol Ketiadaan Hijab; Saat salam ini sampai, seluruh hijab wujud telah sirna, termasuk hijab akal, nafsu, dan bahkan eksistensi hamba itu sendiri.
8. Petunjuk Maqam Fanā’;Hamba yang menerima salam ini telah lenyap dalam tauhid dzati, tak lagi melihat dirinya sebagai makhluk terpisah.
9. Dzikir Dzat; Salam” ini adalah bentuk dzikir Dzat kepada hamba, bukan dzikir hamba kepada Dzat. Sebuah maqam tajalliyatul haq fi ruhil ’abid.
10. Maqam Al-Mahbūbiyyah; Ayat ini ditujukan pada hamba-hamba yang dicintai Allah (المحبوبون)—bukan hanya yang mencintai Allah.
11. Penghargaan Tertinggi dari Rabb; Kalimat ini adalah bentuk penghargaan Rabbani yang jauh lebih tinggi daripada segala balasan dunia atau surga.
12. Peristiwa Qalbiyyah di Alam Barzakh atau Akhirat; Para ahli hakikat menyatakan bahwa ini adalah realitas ruhani, bisa terjadi di akhirat atau bahkan dalam fana maknawi di dunia.
13. Manisnya Kalam Dzat; Tidak ada suara seindah salam Dzat kepada ruh, karena ia adalah kalām rabbānī yang menenangkan seluruh keberadaan.
14. Tanda Maqam Aman Hakiki (Dar as-Salam); Orang yang mendapatkan salam ini telah masuk ke Dar as-Salam, bukan sekadar tempat surga tapi kondisi ruh yang aman total dari selain Allah.
15. Kebahagiaan yang Tidak Bisa Diungkap; Hati para arif meleleh dalam salam ini, karena ia adalah bahasa cinta ilahiah yang hanya bisa dirasakan, bukan diucap.
16. Simbol Kepulangan Sejati; Ini adalah tanda diterimanya ruh kembali kepada sumbernya, sesuai ayat: إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ.
17. Surga Cinta, Bukan Surga Materi; Para ahli hakikat menyebut ayat ini sebagai surga mahabbah, bukan surga penuh makanan dan kenikmatan fisik.
18. Wasilah Kehidupan Abadi; Salam ini adalah awal dari kehidupan abadi dalam hadirat Dzat, tanpa batas, tanpa keterputusan.
19. Puncak Balasan Bagi ’Ārifīn Semua maqam ’arifin bermuara pada kalimat ini. Ia adalah balasan dari semua dzikir, tangis, sujud, dan cinta sepanjang hidup.
20. Tanda Rahasia Tauhid Mutlak Salam qawlan min Rabbin Rahīm” adalah manifestasi tauhid dzatī, karena salam itu datang langsung tanpa perantara, dari Rabb yang Maha Pengasih.
🕊️ Penutup: Para ahli hakikat Syiah tidak memaknai ayat ini secara lahiriah semata. Ayat ini adalah puncak spiritualitas, pertemuan hamba dengan Rabb, di luar batas surga fisik dan imajinasi manusia. Ia adalah tujuan akhir dari perjalanan ruh, rahasia cinta ilahiah, dan tanda keselamatan sejati.
🌙 10 Kisah & Cerita tentang Makna Hakikat “Salam dari Rabb yang Maha Penyayang”
1. Salam di Antara Air Mata Diriwayatkan: Seorang arif dari Kufah menangis dalam sujudnya selama 40 tahun, tak meminta apa pun kecuali:”Ya Rabb, jangan beri aku surga atau dunia. Tapi ucapkan padaku satu kata dari-Mu.”Suatu malam, dalam antara tidur dan jaga, ia mendengar suara yang tak berupa huruf:”Salāmun qawlan min Rabbin Raḥīm.”Sejak malam itu, ia tidak pernah menangis lagi. Mereka bertanya, “Apakah engkau telah puas?”Ia menjawab, “Cukup. Aku telah mendengar-Nya.”
2. Salam di Saat Kematian Diceritakan: Seorang murid Imam Ja‘far aṣ-Ṣādiq (as) bernama Safwan al-Jammāl wafat dalam keadaan tersenyum. Ketika ditanya, Imam berkata: “Ia telah mendengar salam Tuhannya sebelum ruhnya dicabut.”Lalu Imam membaca:
“سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ”
3. Salam yang Dihilangkan dari Pendosa; Dalam mimpi, seorang sufi melihat dua kuburan: satu bercahaya, satu gelap. Ia bertanya: “Apa perbedaan keduanya? Dijawab: “Yang bercahaya, saat mati, Allah berkata padanya:”Salāmun qawlan min Rabbin Raḥīm.’Yang gelap, Allah diam. Dan diam-Nya adalah ketiadaan rahmat.”
4. Imam Ali (as) dan Suara dari Langit; Dikisahkan bahwa Imam Ali (as) dalam khalwat malamnya sering menangis sambil berkata:
“Tuhanku… bila seluruh surga Kau beri, namun Kau tak berkata padaku ‘Salām’, aku tetap hamba yang tersia.”Suatu malam, suara datang dari langit dalam bentuk cahaya batin:”Ali, salam-Ku telah ada di dadamu sejak engkau berkata ‘Ya Allah’ dengan jujur.”
5. Mimpi Seorang Fakir;Seorang faqir saleh di Masyhad bermimpi dibawa ke surga, tetapi ia menangis dan menolak masuk. Malaikat bertanya:”Mengapa engkau tidak gembira?”Ia menjawab:”Aku belum mendengar kalimat yang menjadi tujuan hidupku.”Lalu terdengar suara:”Salāmun qawlan min Rabbin Raḥīm.”Ia terbangun dengan wajah bersinar dan wafat tak lama setelahnya dalam keadaan senyum.
6. Salam Sebagai Puncak dari Semua Amal; Dalam riwayat sufi Syiah, seorang ‘ārif besar bermimpi hari kiamat. Ia menanti catatan amal. Tetapi tak satu pun amal ditampakkan. Hanya terdengar satu kalimat:”Salāmun qawlan min Rabbin Raḥīm.”Ia berkata, “Bukankah aku ingin melihat amalku?”Dijawab: “Semua amalmu telah lenyap dalam rahmat, dan balasannya hanyalah: Salam dari Tuhanmu.”
7. Imam Sajjad (as) dan Doa Makrifat; Imam Ali Zainal Abidin (as) dalam doa malam berkata:”Ya Allah, jangan jadikan balasan-Mu hanya berupa surga. Balasan tertinggi adalah:Salāmun qawlan min Rabbin Raḥīm.”Lalu beliau menangis sampai subuh dan berkata:”Betapa kecil dunia bagi orang yang menantikan ucapan itu dari-Nya.”
8. Salam kepada Hati yang Tenang Seorang ’arif wanita berkata dalam khalwatnya:”Setelah 30 tahun berdzikir ‘Allāh’, akhirnya aku berhenti.” Mereka bertanya: “Mengapa?” Ia menjawab:”Karena Aku mendengar-Nya berkata, bukan dalam telinga, tapi di kedalaman hatiku:”Salāmun qawlan min Rabbin Raḥīm.”
9. Murid Sayyid Haidar Amuli; Salah satu murid Sayyid Haidar Amuli menangis karena tidak mampu memahami hakikat tauhid dzati. Gurunya berkata:”Apabila hijabmu tersingkap, dan ruhmu mendengar kalimat dari Rabb yang Maha Penyayang, semua ilmu akan larut dalam satu kalimat itu saja.”
10. Salam untuk yang Tidak Minta Surga; Imam Khomeini (qs) pernah berkata kepada seorang murid: “Jangan minta surga. Minta Dia.”Ketika murid itu berkata: “Apa tandanya aku telah dekat dengan-Nya?”Beliau menjawab:”Jika Dia berkata padamu ‘Salām’, maka itulah puncaknya.”
“سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ”
bukan hanya sekadar kabar tentang akhirat, tetapi puncak dari perjalanan makrifat. Bagi para arif dan ahli hakikat, “salam” dari Allah adalah tujuan hidup, bahkan lebih tinggi daripada surga itu sendiri.
Berikut adalah manfaat dari ayat suci: سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ
(QS Yā-Sīn: 58)…beserta doa-doanya menurut para ulama, ahli tafsir, dan arifin dari kalangan Syiah.
🌿 20 Manfaat Ayat
“سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ”
1. Ketenangan hati dalam musibah.→ Menyebut ayat ini mendatangkan ketenteraman hati karena menyadari adanya salam langsung dari Allah.
2. Perlindungan dari azab kubur. → Dalam riwayat, ayat ini dibaca agar mendapatkan keselamatan ruhani di alam barzakh.
3. Pertemuan ruhani dengan Allah dalam mimpi.
4. Peningkatan maqam makrifat.→ Ayat ini dipandang sebagai “kalimat rahasia” yang diberikan kepada para wali.
5. Menenangkan jiwa yang gelisah.
6. Menarik rahmat dan salam dari Allah ke dalam hati.
7. Penghapus kesedihan batin.
8. Cahaya dalam kubur bagi yang wafat.
9. Pengingat tujuan hidup: ridha dan salam Allah, bukan dunia.
10. Doa ketika menjenguk orang sakit.
11. Membuka pintu ilham.
12. Membentengi rumah dari gangguan jin dan waswas.
13. Doa keselamatan bagi orang yang sedang sekarat.
14. Zikir bagi ruh agar tidak takut ketika wafat.
15. Menarik salam dari para malaikat penjaga surga.
16. Dibaca sebagai pengingat bahwa surga bukan tujuan, melainkan salam dari-Nya.
17. Penawar rasa takut menghadapi masa depan.
18. Peningkat khusyuk dalam munajat.
19. Simbol cinta dan kelembutan Allah untuk hamba-Nya.
20. Pembuka hijab antara hamba dan Rabb dalam tafakur.
🕊️ Doa-Doa Berdasarkan Ayat Ini
1. Doa agar Mendapat Salam-Nya
اللَّهُمَّ اجعلني ممن تُسَلِّمُ عليهم
سلامًا من عندك، يا أرحم الراحمين.
“Ya Allah, jadikan aku termasuk orang-orang yang Engkau ucapkan salam kepada mereka, dengan salam dari sisi-Mu, wahai Tuhan yang Maha Penyayang.”
2. Doa di Samping Orang Sakit atau Sekarat
اللَّهُمَّ اختم له بخير، وقل له:
سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ.
“Ya Allah, tutup hidupnya dengankebaikan, dan ucapkan padanya: ‘Salam sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang’.”
3. Doa Zikir Malam
يَا مَنْ سَلامُهُ أَفْضَلُ مِنَ الجَنَّة،
سَلِّمْ عَلَى قَلْبِي فَيَسْكُنُ.
“Wahai Dzat yang salam-Nya lebih mulia dari surga, ucapkan salam pada hatiku agar ia menjadi tenang.”
4. Doa Makrifat Arifin
رَبِّ، لا أُريدُ جَنَّتَكَ إِنْ لَمْ تَقُلْ لِي:
سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ.
“Tuhanku, aku tak ingin surga-Mu jika Engkau tidak mengatakan padaku: ‘Salam sebagai ucapan dari Tuhan yang Maha Penyayang’.”
5. Doa Saat Tak Tenang
اللَّهُمَّ طمئن قلبي بسلامك،
وارفع خوفي بكلامك، وقربني من رحمتك.
“Ya Allah, tenangkan hatiku dengan salam-Mu, hilangkan ketakutanku dengan kalam-Mu, dan dekatkan aku dengan rahmat-Mu.”
📿 Zikir Khusus; Zikir pendek yang diulang-ulang dalam tafakur:
سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ
Diulang 70 kali setelah salat malam untuk meraih ketenangan ruhani dan mendengar salam dalam hati.
📝 Penutup; Dalam mazhab Ahlul Bait, ayat ini memiliki kedalaman makna makrifatullah. Para arif Syiah seperti Imam Sajjad (as), Imam Ja‘far Ṣādiq (as), Sayyid Ibn Thawus, dan Sayyid Haidar Amuli memandang ayat ini sebagai puncak harapan ruh, melebihi keinginan surga itu sendiri.
Mohon Doa!!!!
Comments
Post a Comment