Makna : Wajah Allah SWT; QS. Ar-Rahman: 27

 Makna dari ayat:
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu, Yang Maha Agung dan Maha Mulia.”
(QS. Ar-Rahman: 27)

 Makna-makna ini disusun dari sisi tafsir zahir, tafsir batin, dan hikmah para arifin (ahli makrifat), khususnya dari perspektif dan tasawuf hakikat:

1. Wajah Allah = Dzat Allah yang kekal; Semua makhluk akan fana (musnah), yang kekal hanya Dzat Allah. “Wajah” di sini bukan wajah fisik, tapi mewakili keberadaan-Nya yang mutlak.

2. Wajah Allah = Manifestasi Allah yang paling sempurna; Menurut para arif, “Wajah” adalah manifestasi paling sempurna dari Allah – yaitu Al-Ḥaqīqah al-Muḥammadiyyah (hakikat cahaya Muhammad saw).

3. Wajah Allah = Ahlul Bait (as) Dalam riwayat-riwayat Syiah, “wajhullāh” (wajah Allah) adalah para Imam dari Ahlul Bait (as), karena mereka adalah jalan mengenal dan menuju Allah.

4. Segala sesuatu akan musnah kecuali apa yang terhubung kepada Allah; Hanya amal, niat, dan makrifat yang terhubung dengan wajah Allah yang akan kekal; sisanya akan lenyap.

5. Dzikir dan makrifat yang lahir dari keikhlasan = kekal; Setiap amal yang lahir dari keikhlasan dan pengenalan terhadap “wajhullāh” akan mendapatkan sifat kekekalan.

6. Wajah Allah = Kiblat hati orang-orang makrifat: Orang-orang arif menjadikan “wajhullāh” sebagai arah hati mereka; bukan Ka’bah fisik, tapi arah batin menuju hakikat Allah.

7. Wajah Allah = Nama dan Sifat-Nya yang sempurna; Tafsir sufistik menyebut bahwa “wajah Allah” mencakup asma’ dan sifat-sifat Allah yang menjadi sarana pengenalan hakikat-Nya.

8. Wajah Allah = Tujuan akhir dari perjalanan ruhani; Dalam suluk (perjalanan spiritual), yang dicari para salik (penempuh jalan) adalah wajhullāh sebagai akhir dari semua maqam dan hijab.

9. Wajah Allah = Cahaya-Nya yang tak pernah sirna; Nur Allah adalah sumber dari segala kehidupan dan kebaikan. Wajah-Nya adalah cahaya itu sendiri yang tidak pernah padam.

10. Dzul Jalāl wal-Ikrām = Pemilik Keagungan & Kemuliaan; Kalimat penutup ini menegaskan bahwa wajah yang kekal itu milik Tuhan yang memiliki kemuliaan (ikram) bagi para pencari-Nya, dan keagungan (jalal) yang menghancurkan segalanya selain-Nya.


Makna ayat:
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu, Yang Maha Agung dan Maha Mulia.”
(QS Ar-Rahman: 27) berdasarkan konteks dan penafsiran dalam Al-Qur’an sendiri:

1. Segala sesuatu akan binasa kecuali Allah; Dalam konteks ayat sebelumnya (Ar-Rahman: 26):
‎“كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ” — “Semua yang ada di bumi akan binasa.”
Maka ayat 27 menegaskan: yang tidak binasa hanya Allah, simbolnya adalah “Wajah Tuhanmu.”

2. “Wajah Tuhan” = Dzat Allah yang kekal; “Wajah” dalam banyak ayat digunakan sebagai simbol kehadiran dan Dzat Allah (bukan wajah fisik). Contoh lain:
‎“كل شيء هالك إلا وجهه” – (QS Al-Qashash: 88);”Segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya.”

3. Wajah = arah yang dituju karena Allah; Dalam QS Al-Baqarah: 115:
“Fa ayna mā tuwallū fa-tsamma wajhullāh” –“Kemana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.”
→ Ini menunjukkan bahwa “wajah” adalah arah tujuan, yaitu Allah sebagai pusat orientasi amal dan niat.

4. Wajah Allah = Sumber rahmat dan keagungan; Dalam ayat ini, wajah Allah disebut sebagai 
ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ 
Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).
Artinya: hanya Allah-lah sumber keagungan dan kemuliaan sejati yang tidak akan musnah.

5. Allah tetap ada walau semua makhluk sirna; Dalam QS Ghafir: 16, digambarkan:”Hari (Kiamat) ketika mereka semua tampak… kekuasaan hanya milik Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.”
→ Maka ayat Ar-Rahman:27 menegaskan keberadaan mutlak Allah di saat semua sirna.

6. Penegasan Tauhid: Allah tidak bergantung pada makhluk ; Ayat ini memperkuat ajaran tauhid murni: hanya Allah yang berdiri sendiri, kekal, dan tak bergantung pada apapun.

7. Wajah = manifestasi dari sifat-sifat Allah yang terus tampak ; 
QS Al-Qashash: 88 juga menyebut bahwa yang kekal hanyalah wajah Allah – artinya segala yang berasal dari sifat keilahian seperti rahmat, keadilan, dan hikmah akan tetap berlaku.

8. Pengingat agar manusia tidak terikat pada dunia yang fana Karena semua akan binasa, maka jangan berpegang pada dunia, jabatan, harta. Peganglah apa yang tersambung pada wajah Tuhanmu.

9. Pusat pengabdian: hanya kepada Wajah Tuhan ; QS Al-Insan: 9: “Sesungguhnya kami memberi makan kepada kalian hanya karena mengharap wajah Allah.” → Ini menegaskan bahwa amal hanya diterima jika ditujukan kepada wajah Allah.

10. Jalan keselamatan adalah kembali kepada Wajah Allah : 
QS Al-Baqarah: 272:”Apa saja yang kalian nafkahkan adalah untuk diri kalian sendiri; dan kalian tidak berinfak kecuali mencari wajah Allah.”→ “Mencari wajah Allah” adalah tujuan akhir hidup dan amal manusia.


Makna dari ayat:
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu, Yang Maha Agung dan Maha Mulia.”
(QS Ar-Rahman: 27) berdasarkan hadis-hadis Rasulullah (saw) dan Ahlul Bait (as) — baik dari sisi tafsir, makna batin, maupun hikmah makrifat dalam riwayat:

1. Wajah Allah = Nabi Muhammad (saw) dan Ahlul Bait (as); Riwayat dari Imam Ali (as):
“نَحْنُ وَجْهُ اللهِ الَّذِي يُؤْتَىٰ مِنْهُ”
“Kami adalah wajah Allah yang darinya (manusia) mendatangi-Nya.”(Tafsir al-Ayyashi, jilid 2, hlm. 253)→ Ahlul Bait adalah perantara antara makhluk dan Allah – pancaran wajah-Nya di alam semesta.

2. Wajah Allah = Hujjah Allah di bumi Imam Shadiq (as): “Wajah Allah di bumi adalah para hujjah-Nya yang dengan mereka manusia mengenal-Nya.”(Bihar al-Anwar, jilid 24, hlm. 197) → Wajah-Nya adalah manifestasi ilmu, rahmat, dan petunjuk Allah dalam bentuk manusia suci.

3. Wajah Allah adalah jalan untuk mencari keridhaan-Nya; Dalam banyak hadis, amal dikatakan diterima jika dilakukan “li wajhillah” (karena wajah Allah). → Artinya: ikhlas total dalam amal, mencari rida dan kedekatan kepada-Nya.

4. Orang-orang saleh juga disebut wajah Allah; Riwayat:Sesungguhnya orang-orang mukmin yang ikhlas, mereka adalah wajah Allah di bumi.”→ Yakni, mereka menjadi cermin dari sifat-sifat Allah: rahmat, keadilan, hikmah.

5. Wajah Allah = Hakikat yang tidak binasa; Hadis Qudsi:Segala sesuatu akan hancur kecuali wajah-Ku, dan Aku tidak diciptakan oleh apapun.”
→ Wajah-Nya adalah hakikat ketuhanan yang mutlak, kekal tanpa permulaan.

6. Wajah Allah = Jalan hidayah yang terus berlangsung;Imam Baqir (as): “Kami adalah jalan Allah, wajah Allah, dan mata Allah di antara para hamba.”→ Mereka adalah jalur penyampaian cahaya dan ilmu Allah.

7. Amal yang ditujukan kepada wajah Allah = amal kekal;Rasulullah (saw) bersabda:”Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niat, dan tiap orang akan mendapat sesuai niatnya. Siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya…”
→ Amal hanya kekal bila ditujukan kepada wajah Allah (niat karena Allah semata).

8. Wajah Allah tidak bisa dicapai dengan mata, hanya dengan hati
Imam Ali Zainal Abidin (as):”Tidak ada mata yang dapat melihat-Nya, tapi hati yang penuh iman bisa menyaksikan-Nya melalui hakikat iman.”→ Wajah Allah adalah nur batin, bukan entitas fisik.

9. Wajah Allah adalah rahmat dan ampunan-Nya; Dalam doa-doa Ahlul Bait:”Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan wajah-Mu yang mulia, yang dengannya cahaya menjadi terang dan urusan menjadi lurus…”→ Wajah = rahmat, pengampunan, dan ketentraman dari sisi-Nya.

10. Wajah Allah adalah arah makrifat para salik (penempuh jalan Allah) Dalam Munajat al-‘Ārifīn Imam Ali Zainal Abidin (as):Cukuplah aku mulia bahwa aku adalah hamba-Mu, dan cukuplah aku bangga bahwa Engkau adalah Tuhanku… dan aku tidak berpaling dari wajah-Mu.”→ Makna: seluruh perjalanan makrifat bertujuan untuk bertemu dan dekat dengan wajah-Nya, yaitu ketersingkapan hakikat kehadiran Allah.


Makna ayat:
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu, Yang Maha Agung dan Maha Mulia.”
(QS Ar-Rahman: 27)berdasarkan hadis-hadis Ahlul Bait (as) menurut tafsir dan riwayat yang diriwayatkan dalam sumber-sumber Syiah:

1. “Wajah Allah” adalah Para Imam dari Ahlul Bait (as):”Diriwayatkan dari Imam Ja‘far al-Shadiq (as):
“نَحْنُ وَجْهُ اللهِ، نَتَقَلَّبُ فِي الْبِلَادِ، وَبِنَا يُعْرَفُ اللهُ، وَبِنَا يُعْبَدُ اللهُ”
“Kami adalah wajah Allah; kami berpindah di negeri-negeri; dengan kami Allah dikenal, dan dengan kami Allah disembah.”(Tafsir al-‘Ayyāsyī, jil. 2, hlm. 253)→ Wajah Allah adalah manifestasi-Nya yang hidup di bumi: para hujjah dan imam maksum dari keluarga Nabi.

2. “Wajah Allah” = Hujjah (bukti) Allah di setiap zaman;Imam al-Baqir (as):”Wajah Allah adalah para Imam yang menjadi pintu dan jalan menuju-Nya, yang tidak pernah kosong dari bumi.””Bihar al-Anwar, jil. 24, hlm. 197)→ Bumi tidak akan kosong dari wajhullāh, yaitu imam yang menjadi penghubung makhluk dengan Tuhan.

3. Ahlul Bait adalah arah menuju wajah Allah;Dalam riwayat, Imam Ridha (as) membaca ayat ini dan berkata:”Kamilah wajah Allah, dzat-Nya tidak terlihat, tapi kami menjadi cermin dari cahaya-Nya.” → Artinya: melalui cinta, ketaatan, dan makrifat kepada Ahlul Bait, seseorang dapat “melihat” wajah Tuhan.

4. Wajah Allah adalah tempat kembalinya semua amal; Imam Ali (as) berkata:”Tidak ada amal yang diterima kecuali dilakukan karena wajah Allah. Dan wajah Allah adalah para imam hidayah.”
(Tafsir al-Qummi)

5. Wajah Allah adalah hakikat kehadiran-Nya dalam ciptaan-Nya
Riwayat dari Imam Shadiq (as): “Wajah-Nya di antara makhluk adalah cahaya-Nya yang terpancar lewat para wali-Nya.”→ Cahaya yang kekal ini tidak pernah padam, bahkan ketika dunia binasa.

6. Wajah Allah adalah jalur ilmu dan makrifat ; Imam al-Baqir (as): “Dengan wajah-Nya, maksudnya: dengan kami, para hujjah-Nya, orang-orang dapat melihat kebenaran dan berjalan dalam cahaya.”

7. “Wajah Allah” adalah tujuan akhir amal mukhlisīn; Imam Ali Zainal Abidin (as) dalam Munajat: “Engkau adalah tujuan hatiku dan wajah-Mu adalah tempat aku bernaung, dan aku tidak ingin selain Engkau.”→ Ini menunjukkan bahwa wajhullāh adalah arah semua niat orang arif dan cinta yang suci.

8. Ahlul Bait adalah manifestasi Jalāl dan Ikrām; Ayat ini menyebut ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ – 
Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.
Para Imam adalah manifestasi jalāl (kemuliaan batin) dan ikrām (rahmat dan karunia).

9. “Wajah Allah” sebagai tempat bergantungnya semua makhluk
Imam Shadiq (as): “Wajah Allah adalah tempat manusia bergantung untuk keselamatan mereka di dunia dan akhirat.”

10. Tidak ada yang abadi kecuali mereka yang bersambung dengan wajah-Nya; Dalam riwayat disebutkan:”Yang kekal hanyalah wajah Tuhanmu — yakni mereka yang di dalamnya ada cahaya dari Allah: para Imam yang diberi cahaya dari cahaya-Nya.”(Tafsir Nur al-Thaqalayn)

Menurut para mufasir;

1. Wajah Allah = Zāt atau Eksistensi-Nya yang Kekal
➡️ Tafsir al-Mīzān (Allāmah Ṭabāṭabā’ī):”Wajah Allah adalah dzāt-Nya (esensi-Nya) yang tidak terkena perubahan dan kebinasaan.”
→ Segala sesuatu akan binasa, tetapi dzāt-Nya kekal mutlak.

2. Wajah Allah = Sifat atau Nama-Nama-Nya yang Aktif 
➡️ Tafsir Majmaʿ al-Bayān (Thabarsi):
“Wajah adalah majaz untuk sifat-sifat Allah, seperti ilmu, qudrah, dan rahmat, yang menjadi perantara dalam ciptaan.”→ Wajah Allah = manifestasi sifat-sifat-Nya dalam ciptaan.

3. Wajah Allah = Hujjah dan Imam di setiap zaman
➡️ Tafsir Nūr al-Tsaqalayn (Huwaizi): Mengutip banyak riwayat dari Ahlul Bait bahwa wajah Allah adalah para imam yang menjadi jalan menuju Allah.
→ Mereka adalah wajhullāh yang kekal karena selalu ada dalam setiap generasi.

4. Wajah Allah = Amal yang ditujukan kepada-Nya 
➡️ Tafsir al-Tibyān (Syaikh Thūsi): Amal yang lillāh (untuk wajah Allah) adalah amal yang kekal dan tidak sia-sia.
→ Yang ditujukan kepada wajah Allah = kekal di sisi-Nya.

5. Wajah Allah = Arah Tujuan dalam Kehidupan Ruhani 
➡️ Tafsir al-Mahjari (Sayyid Haidar Amuli):
Wajah Allah adalah kiblat ruhani para arifin; setiap makhluk akan kembali kepada asalnya — wajah Tuhan. → Konsep al-maʿād ilā wajhillāh (kepulangan kepada wajah Allah).

6. Wajah Allah = Nur atau Cahaya-Nya 
➡️ Tafsir Imam Hasan al-Askari (as):”Wajah Allah adalah cahaya-Nya yang dengan itu segala sesuatu mendapat kehidupan.” → Wajah = nur Allah yang menjadi sumber eksistensi.

7. Wajah Allah = Jalan hidayah dan keselamatan 
➡️ Tafsir Safi (Kāsyānī):”Menafsirkan wajah Allah sebagai jalan makrifat dan pintu keselamatan yang terbuka lewat para Imam Ahlul Bait.→ Jalan Allah = wajah-Nya yang dikenali lewat para maʿshūmīn.

8. Wajah Allah adalah Manifestasi Jalāl (keagungan) dan Ikrām (kemuliaan)
➡️ Dalam tafsir-tasawuf: Jalāl = keperkasaan/kekuatan Allah; Ikrām = rahmat dan keindahan-Nya→ Wajah Allah mencakup jamāl wa jalāl (keindahan dan keagungan-Nya).

9. Wajah Allah = Realitas Tertinggi yang Tidak Terbatas Ruang dan Waktu 
➡️ Tafsir ‘Irfani (gnosis):
Wajah = simbol ḥaḍrah ilāhiyyah — kehadiran ilahi yang absolut, tak terhingga, dan bisa dirasakan oleh qalb. → Hanya bisa didekati dengan hati yang suci, bukan akal semata.

10. Wajah Allah = Ketaatan Murni (Ikhlas) 
➡️ Tafsir al-Burhān:
Amal yang dilakukan semata-mata “li wajhillāh” akan baqā’ (kekal).
→ Ikhlas adalah jalan untuk mencapai wajah-Nya.
Bonus Kutipan Indah (Allamah Thabathaba’i): “Segala sesuatu akan binasa dalam perubahan waktu dan gerak eksistensial, kecuali Wajah-Nya — yakni sisi Ilahi dari segala sesuatu yang bersandar dan tersambung kepada-Nya.”
(Tafsīr al-Mīzān, Ar-Rahmān: 27)

Menurut para mufassir, seperti Allāmah Thabāṭabā’ī, Syaikh Ṭūsī, Syaikh Thabarsī, dan mufassir lainnya, berikut makna ayat tersebut secara tartīb tafsir (bertingkat):

1. “Wajah Tuhan” = Zāt Allah yang Kekal; Allāmah Ṭabāṭabā’ī (Tafsīr al-Mīzān):”Wajah di sini adalah majaz (kiasan) dari dzātullah (esensi Tuhan) yang tidak mengalami kebinasaan, berbeda dari makhluk.”→ Semua ciptaan akan binasa, tapi esensi Tuhan kekal dan tidak berubah.

2. Wajah Allah = Jalur, jalan, dan sarana menuju Allah; Syaikh Ṭūsī (Tafsīr al-Tibyān):”Wajah di sini maksudnya adalah jalan dan sarana untuk menuju-Nya, seperti ketaatan, amal saleh, dan hidayah.”→ Wajah-Nya = semua yang mengantar menuju-Nya, termasuk para hujjah (Imam).

3. Wajah Allah = Hujjah Allah (Para Imam Ahlul Bait); Sayyid Hāshim al-Baḥrānī (Tafsīr al-Burhān): Menyebut banyak riwayat dari Ahlul Bait yang menafsirkan wajhullāh sebagai para Imam Maksum.
→ Mereka adalah wajah ilahi yang kekal di setiap zaman.

4. Wajah Allah = Sifat-Sifat Aktif Allah yang tidak pernah sirna Syaikh Thabarsī (Tafsīr Majmaʿ al-Bayān):”Wajah-Nya adalah nama dan sifat Allah yang bersifat kekal, terutama sifat rahmat dan qudrah.”→ Sifat kasih dan keagungan-Nya terus memancar dalam realitas.

5. Wajah Allah = Cahaya Allah dalam ciptaan-Nya; Tafsīr Nūr al-Tsaqalayn (Huwaizī), dari Imam Shādiq (as):”Wajah Allah adalah nur-Nya yang melalui Imam-Imam Ahlul Bait, menjadi cahaya bagi makhluk.”→ Mereka menjadi jalan terang menuju Allah.

6. Wajah Allah = Amal yang diniatkan karena Allah; Sayyid ʿAbdullah Shubbar (Tafsīr Shubbar):”Setiap amal yang dilakukan li wajhillāh (karena wajah Allah), maka ia akan kekal nilainya.”→ Wajah = tujuan akhir dan niat yang benar.

7. Wajah Allah = Makna Batin ‘Wujud yang tak Musnah’Sayyid Ḥaidar Āmulī (Tafsīr ʿIrfānī):”Wajah adalah ḥaḍrah ilāhiyyah (kehadiran Allah) yang hanya dapat dirasa oleh qalb (hati ruhani).”→ Bagi para arif, wajah Allah adalah ruang kehadiran batin-Nya.

8. Wajah Allah = Tujuan akhir dari penciptaan; Tafsīr Kanz al-Daqā’iq (Mīrzā Nūrī):”Setiap makhluk berjalan menuju wajah Allah, yaitu akhir dari perjalanan eksistensial mereka.”→ Wajah Allah adalah arah dan makna dari segala ciptaan.
9. Wajah Allah = Simbol dari Yang Maha Hadir dan Maha Terlihat dalam segala sesuatu
ʿAllāmah Ṭabāṭabā’ī (al-Mīzān): “Wajah Allah adalah satu-satunya yang tersisa dan menyatu dalam segala hal yang bersifat abadi.”
→ Apa pun yang tersambung kepada-Nya — akan ikut kekal.

10. Wajah Allah = Manifestasi Jalāl dan Ikrām; Tafsir Syiah menyatukan antara jalāl (keagungan) dan ikrām (kemuliaan) dalam konteks “wajah” sebagai perpaduan tanzīh dan tajallī, yaitu Tuhan yang transenden tapi juga hadir lewat para wali-Nya.
→ Wajah Allah adalah titik antara yang ghaib dan yang nampak.

Kesimpulan dari Mufassir Syiah:
Wajah Allah bukan wajah fisik atau arah, melainkan:
Zat Allah yang kekal (dzātiyyah)
Para Imam dan Hujjah sebagai manifestasi-Nya
Amal yang ikhlas
Jalur ruhani (tawassul, ibadah, makrifat)
Sifat dan cahaya ilahi dalam dunia ini


Menurut para mufasir Syiah, seperti Allāmah Thabāṭabā’ī, Syaikh Ṭūsī, Thabarsī, Sayyid Hāshim al-Baḥrānī, dan lainnya, ayat ini memiliki makna-makna dalam dari berbagai pendekatan: zahir, batin, filosofis, dan irfan.

1. Wajah = Dzāt Allah yang Abadi
📘 Allāmah Ṭabāṭabā’ī dalam Tafsīr al-Mīzān menjelaskan:”Wajah Tuhan adalah dzāt (esensi) Allah sendiri. Karena segala sesuatu akan binasa, hanya dzāt Allah yang kekal.”
✅ Makna: Allah adalah satu-satunya eksistensi yang mutlak dan tidak tunduk pada waktu atau perubahan.

2. Wajah = Sifat-Sifat Allah yang Kekal
📘 Syaikh Ṭūsī dalam Tafsīr al-Tibyān:”Yang dimaksud wajah adalah sifat-sifat Allah seperti ilmu, qudrah, hikmah, yang dengannya makhluk diciptakan dan ditopang.”
✅ Makna: Sifat-sifat aktif Tuhan yang menjadi sumber wujud tetap kekal meskipun makhluk musnah.

3. Wajah = Para Imam Ahlul Bait sebagai Wajah Allah 
📘 Sayyid Hāshim al-Baḥrānī dalam Tafsīr al-Burhān menyebutkan riwayat dari Imam Shādiq (as):”Kami adalah wajah Allah yang dengannya manusia diarahkan kepada-Nya.”
✅ Makna: Para Imam adalah manifestasi wajah ilahi di bumi—jalan, hujjah, dan cahaya Allah untuk umat.

4. Wajah = Amal yang dilakukan ‘Li Wajhillāh’
📘 Sayyid ʿAbdullāh Shubbar dalam Tafsīr Shubbar:”Yang dimaksud wajah adalah amal saleh yang ikhlas, yang dilakukan demi keridaan Allah.”
✅ Makna: Amal yang murni karena Allah akan kekal, tidak akan sirna di akhirat.

5. Wajah = Nur (Cahaya) Allah
📘 Dalam Tafsīr Nūr al-Tsaqalayn, Imam Shādiq (as) berkata:”Wajah Allah adalah cahaya-Nya yang terpancar melalui para Imam.”
✅ Makna: Nur ilahi adalah perantara hidupnya segala sesuatu, dan ia kekal selamanya.

6. Wajah = Jalan atau Arah Kepada Allah
📘 Tafsīr Majmaʿ al-Bayān oleh Thabarsī:”Wajah di sini adalah arah dan tujuan, yakni jalan menuju Allah.”
✅ Makna: Setiap manusia yang mencari Allah, hakikatnya berjalan menuju wajah-Nya.

7. Wajah = Tujuan Eksistensial Segala Makhluk 
📘 Allāmah Ṭabāṭabā’ī juga menyebut:”Setiap keberadaan memiliki hubungan dengan wajah Allah. Yang tetap adalah apa yang bersandar kepada-Nya.”
✅ Makna: Semua wujud akan binasa, kecuali yang memiliki keterikatan ontologis kepada wajah Allah.

8. Wajah = Tajalliyāt Allah (Manifestasi Ilahi)
📘 Sayyid Ḥaidar Āmulī (mufasir-irfani Syiah):”Wajah adalah tajallī (penampakan) Allah yang hadir dalam bentuk kesempurnaan, seperti ilmu, keindahan, dan kasih.”
✅ Makna: Dalam pandangan irfan, wajah Allah adalah semua yang menampakkan kehadiran-Nya dalam ciptaan.

9. Wajah = Wilayah Ahlul Bait (as)
📘 Riwayat dalam Tafsīr al-Burhān menyebut:”Wilayah kami adalah wajah Allah yang dengannya amal diterima.”
✅ Makna: Siapa yang mengenal dan berwilayah kepada Ahlul Bait, ia telah berpegang pada wajah Allah yang abadi.

10. Wajah = Kesadaran Ruhani tentang Keabadian 
📘 Dalam pendekatan irfan, para arif seperti al-Kāsyānī menafsirkan wajah sebagai: “Kiblat batin dan kesadaran tertinggi yang menjadi arah ruhani manusia.”
✅ Makna: Wajah Allah adalah tujuan tertinggi dari semua perjalanan spiritual.

Kesimpulan Umum dari Mufassir Syiah:Wajah Allah Makna dalam Tafsir; Dzāt Allah Esensi Tuhan yang kekal; Sifat-Nya Ilmu, Qudrah, Hikmah yang abadi; Para Imam Wajah Allah di bumi; Amal Ikhlas Amal yang tidak musnah; Nur Allah Sumber cahaya kehidupan; Jalan Menuju-Nya; Arah ruhani menuju Tuhan; Tujuan Makhluk; Hakekat eksistensi menuju wajah-Nya
Tajalli; Manifestasi kesempurnaan-Nya; Wilayah Kunci penerimaan amal; Kesadaran Ruhani Keterhubungan batin dengan Allah

📿 Menurut ahli makrifat dan hakikat (ʿurafā’ dan ahlul sirr), ayat ini memiliki kedalaman spiritual yang menggambarkan dzāt, tajallī, dan wilayah ilāhiyyah;

1. Wajah Allah = Hadirat Ilahiyyah yang Selalu Hadir; Wajhullāh adalah ḥaḍrah al-dzātiyyah – kehadiran esensial Tuhan dalam setiap ciptaan. Segala makhluk dapat sirna, tapi kehadiran Allah tetap menyelimuti wujud. 
✅ Makna: Wajah = kesadaran ruhani akan Tuhan yang senantiasa hadir.

2. Wajah = Tajallī Zātī Ilahiyyah (Penampakan Esensi Allah)
Menurut para ʿārif seperti Sayyid Ḥaidar Āmulī dan Imam Khomeini: “Wajah Allah adalah tajallī dzātī yang muncul dalam segala wujud—bukan secara jasmani, tapi batin.”
✅ Makna: Segala sesuatu adalah cermin tajallī wajah Allah.

3. Wajah = Qiblat Ruhani (Arah Hati); Para ahli hakikat menafsirkan wajah sebagai sirr al-qiblah, yaitu arah batin dari semua pencari.
✅ Makna: Hati mukmin sejati selalu tertuju ke “wajah” Allah.

4. Wajah = Cahaya Wilāyah dan Imāmah; Dalam jalan makrifat, wajah Allah adalah wilayah al-kubrā, yaitu para hujjah dan Imam sebagai perantara tajallī Allah.
✅ Makna: Imam adalah wajah yang dengannya Allah dikenal dan dihadiri.

5. Wajah = Nur al-Muhammadī (Cahaya Muhammad saw) Dalam irfan tinggi, wajah Allah adalah nur Muhammad (saw) — sumber segala tajallī dan manifestasi rahmat.
✅ Makna: Siapa melihat Rasul sejati dengan mata batin, melihat Wajah Allah.

6. Wajah = Sumber Kekekalan Amal Maknawī; Amal yang dilakukan dengan ikhlas karena “wajah Allah” akan kekal di alam ruh. 
✅ Makna: Wajhullāh adalah tujuan batin dari amal ruhani.

7. Wajah = Sirr al-Baqā’ (Rahasia Kekekalan); Para arif berkata: “Segala yang fana akan lenyap, kecuali yang terikat pada wajah Allah.”
✅ Makna: Siapa yang bersambung kepada-Nya melalui mahabbah dan ma‘rifah, akan ikut kekal.

8. Wajah = Tauhid al-Syuhūd (Tauhid Penghayatan) Arif seperti Ibn ‘Arabī dan Sayyid Haidar Āmulī menjelaskan bahwa wajah Allah adalah realitas eksistensial tunggal yang dilihat oleh mata makrifat.
✅ Makna: Tak ada yang wujud kecuali wajah-Nya; segalanya adalah cermin-Nya.

9. Wajah = Makna Ruhani dari “Diri-Nya” Wajah bukan bentuk, melainkan dzāt-Nya yang tidak bisa dilihat mata jasmani, tapi disaksikan qalb yang suci. 
✅ Makna: Allah menampakkan diri-Nya kepada hati-hati yang dibersihkan dari dunia.

10. Wajah = Cermin Kesempurnaan dan Cinta Ilahi Bagi para pencinta hakikat, wajah Allah adalah maqām jamāl wa jalāl — perpaduan keindahan dan keagungan-Nya.
✅ Makna: Siapa yang mencapai makrifat akan fana dalam keindahan wajah-Nya.

🔑 Kesimpulan Ahli Makrifat:
Makna Wajah Allah
Dzāt Ilahi ; Hadirat yang tak musnah
Tajallī; Penampakan batin Tuhan
Qiblat Batin; Tujuan ruhani para pencari
Nur Muhammad; Wajah rahmat ilahi
Amal Ikhlas; Amal yang kekal
Wilayah & Imam Perantara tajallī wajah-Nya
Mahabbah; Cinta yang menyambung pada-Nya
Tauhid Syuhūd; Kesaksian hanya Allah yang ada


🔍 Menurut ahli hakikat Syiah — para arif Syiah seperti Sayyid Ḥaidar Āmulī, al-Kāsyānī, Imam Khomeini, dan para pengikut jalur irfan Ahlul Bait — ayat ini memuat kedalaman tauhid dzāti, tajallī rubūbiyyah, dan jalan ruhani kepada Allah (suluk ilā Allāh). Berikut penjelasannya:

1. Wajah = Dzātullah al-Bāqiyah (Esensi Tuhan yang Kekal);Menurut Imam Khomeini (qs), dalam karya-karyanya seperti Adabus Shalāh: Wajah Allah adalah dzāt-Nya sendiri yang tidak tersentuh oleh kefanaan.”
✅ Makna: Semua makhluk akan sirna, hanya Allah-lah yang kekal dengan dzāt-Nya.

2. Wajah = Tajallī Dzātī (Manifestasi Esensi); Menurut Sayyid Ḥaidar Āmulī dalam al-Muḥīṭ al-A‘ẓam: Segala sesuatu adalah tajallī dari wajah Allah, dan yang abadi hanyalah tajallī yang bersandar kepada dzāt.”
✅ Makna: Yang tersambung ke dzāt tetap, yang tak bersandar akan lenyap.

3. Wajah = Nur Muhammadī dan Nur ‘Alawī; Dalam irfan Syiah, wajah Allah adalah cahaya Nur Muhammad (saw) dan Nur Ali (as): “Awwal mā khalaqallāh nūrī – yang pertama diciptakan Allah adalah cahaya-Ku (Muhammad).”
✅ Makna: Wajah Allah adalah manifestasi pertama dalam bentuk nur Ahlul Bait.

4. Wajah = Wilāyah Ahlul Bait
Menurut ahli hakikat Syiah, seperti Sayyid Ibn Ṭāwūs dan al-Baḥrānī: “Wilayah adalah wajah Allah; siapa yang berpegang pada wilayah, maka ia tersambung kepada yang kekal.”
✅ Makna: Ahlul Bait adalah wajah-wajah Allah di dunia ini.

5. Wajah = Qiblat Ma‘nawiyyah
Para arif seperti al-Kāsyānī menafsirkan:”Wajah adalah arah ruhani yang menghubungkan salik dengan kehadiran Tuhan.”
✅ Makna: Dalam suluk, wajah Allah adalah kiblat batin para pencari-Nya.

6. Wajah = Amal yang Diniatkan “Li Wajhillāh” Menurut Imam Ja‘far as-Shādiq (as):”Tidak akan diterima amal kecuali yang dilakukan ‘li wajhillāh’.”
✅ Makna: Wajah Allah adalah niat dan keikhlasan murni.

7. Wajah = Fī Qurbillāh (Kedekatan Ilahi); Ahli hakikat Syiah menafsirkan bahwa wajah adalah maqām kedekatan dengan Allah:”Wajah Allah adalah derajat qurb yang tidak diliputi kefanaan.”
✅ Makna: Salik yang sampai ke maqām qurb memandang wajah Allah dengan mata batin.

8. Wajah = Sirr al-Tawḥīd (Rahasia Tauhid); Sayyid Ḥaidar Āmulī berkata:”Wajah adalah inti tauhid; menyaksikan bahwa tidak ada selain-Nya.”
✅ Makna: Yang melihat wajah-Nya tidak lagi melihat apa pun selain Dia.

9. Wajah = Haqqiyyah al-Wujūd (Realitas Wujud); Dalam irfan wujūdī (eksistensial), wajah Allah adalah realitas wujud sejati: Hanya wajah Allah yang hakiki; lainnya bayangan dan pantulan.” 
✅ Makna: Yang tetap hanyalah keberadaan sejati, bukan eksistensi yang nisbi.

10. Wajah = Tajallī Jalāl wa Jamāl
Ahli irfan Syiah memandang wajah Allah sebagai pertemuan antara keindahan (jamāl) dan keagungan (jalāl):”Wajah Allah adalah jalāl-Nya yang menggetarkan, dan jamāl-Nya yang mencintakan.”
✅ Makna: Salik mengalami keduanya dalam perjalanan makrifat.

📌 Kesimpulan Ahli Hakikat Syiah

Makna Wajah Allah; Penjelasan Ruhani; Dzātullah; Kekal, tak terjamah kefanaan; Tajallī Dzātī Manifestasi esensial ilahi
Nur Muhammad & ‘Alawī Sumber segala penciptaan
Wilayah Jalan yang menyambung ke Allah
Qiblat Ma‘nawī; Arah hati para salik
Amal Ikhlas; Hanya diterima jika untuk wajah-Nya
Qurb Ilahi; Kedekatan abadi tanpa batas
Tauhid Murni; Tidak melihat selain Allah
Wujud Haqqī; Realitas satu-satunya
Jamāl & Jalāl Daya tarik cinta dan kagum


Kisah dan cerita dari para ahli hakikat yang menggambarkan makna ayat:
﴿وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ﴾
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu, yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan.”(QS ar-Rahmān: 27)

🕯️ 1. Kisah Nabi Musa Melihat “Wajah” Allah di Gunung Thur
Ketika Nabi Musa (as) meminta untuk melihat Allah, ia diperintahkan untuk memandang gunung:”Tatkala Tuhannya menampakkan Diri-Nya (tajallā) kepada gunung, gunung itu hancur luluh dan Musa jatuh pingsan.”(QS al-A‘rāf: 143)
💬 Para arif Syiah berkata:”Tajallī itu adalah tajallī wajah Allah yang kekal. Tapi gunung tidak mampu menanggungnya. Hanya hati Nabi atau Imam yang mampu menyaksikan wajah-Nya tanpa hancur.”📚 Makna: Wajah Allah bukan sesuatu yang bisa dipandang mata, tapi disingkap hanya bagi hati yang suci sempurna.

🌌 2. Kisah Rasulullah (saw) di Mi‘raj Menyaksikan Wajah Allah
Dalam riwayat-riwayat Ahlul Bait (as), dikisahkan bahwa pada puncak Mi‘raj, Rasulullah tidak melihat “jasad” atau bentuk, tapi menyaksikan:    رأيتُ نوراً” 
– “Aku melihat Cahaya.”Imam Shadiq (as) ditanya, “Apakah Rasul melihat Tuhannya?”Beliau menjawab:”Ya, dengan hati dan nur – bukan dengan mata jasmani.”
💬 Para arif Syiah mengatakan:”Itulah pertemuan dengan wajah Allah, yaitu tajallī jamāl-Nya pada qalb Rasul yang suci.”

🌿 3. Kisah Imam Ali (as) dan Kebersambungan kepada Wajah Allah;Dalam Nahj al-Balāghah, Imam Ali (as) berkata:”Aku tidak pernah melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sebelum, bersama, dan setelahnya.” 
📚 Para arif menafsirkan: “Imam telah mencapai maqām “syuhūd al-wajh” – menyaksikan wajah Allah dalam segala ciptaan.

🔥 4. Kisah Seorang Sufi Syiah yang Menyaksikan Fanā’ dan Baqā’
Diriwayatkan dari seorang arif Syiah (seperti Sayyid Ibn Ṭāwūs), ia melihat dalam mimpi bahwa dunia ini seperti lautan api. Ia hampir tenggelam, hingga muncul cahaya dari langit yang berkata:”Semua ini akan lenyap kecuali yang engkau lakukan karena Wajah Tuhanmu.”
Ia tersadar, menangis semalaman, dan memutuskan hidup dalam zikir dan khidmat murni tanpa pamrih dunia.

🕊️ 5. Kisah Seorang Pemuda yang Beramal Bukan Karena Allah
Dalam salah satu kisah hikmah, seorang pemuda yang sering beribadah dipuji banyak orang. Ia bangga dan berharap amalnya kekal. Tapi dalam mimpinya, ia melihat semua amalnya menjadi debu, kecuali satu perbuatan: memberi air kepada seorang tua dalam sepi, tanpa ada orang tahu. Lalu terdengar suara:”Yang ini karena wajah-Ku. Sisanya karena wajah makhluk.”

🌙 6. Kisah Imam Sajjad (as) dalam Doa Makrifat; Dalam Munājāt al-‘Ārifīn, Imam Zain al-‘Ābidīn (as) bermunajat:”Ilāhī, cukup bagiku kehormatan bahwa aku adalah hamba-Mu… dan cukup bagiku kebanggaan bahwa Engkau adalah Tuhanku…”
💬 Para arif menafsirkan bahwa Imam telah sampai pada maqām wajhullāh — melihat dirinya tidak ada, hanya wajah Tuhan yang kekal.

⚔️ 7. Kisah Ashab Karbalā’ dan Fanā’ fi Wajhullāh;Imam Husain (as) bersabda kepada para sahabatnya di malam ‘Āsyūrā:”Sungguh aku melihat kematian itu kebahagiaan, dan hidup bersama orang zalim itu kehinaan.”Para sahabat Ahlul Bait rela mati demi wajah Allah. Dalam ziarah, kita bersaksi:
“فَفُزْتُمْ فَوْزًا عَظِيمًا” –
Kalian telah menang dengan kemenangan besar.”📚 Makna: Mereka telah fana dan baqā dalam wajah Allah.

🪞 8. Kisah Seorang Sufi yang Menolak Popularitas; Diceritakan seorang arif Syiah tinggal dalam ketersembunyian. Saat orang-orang mulai menyanjung dan mencarinya, ia pindah dan berkata:”Aku khawatir amal-amalku kehilangan wajah Allah dan menjadi wajah manusia.”

🌠 9. Kisah Syekh al-Kāsyānī dan Pencarian “Wajah” Dalam kitab Miṣbāḥ al-Hidāyah, ia menulis:”Aku mencari Allah di kitab, dalam salat, dalam zikir, namun tidak menemukan wajah-Nya… hingga aku temukan dalam hati yang ikhlas dan sunyi.”

🧎‍♂️ 10. Kisah Seorang Salik dan Doa Rahasia; Seorang salik menangis dalam doa:”Yā Rabb, aku tidak ingin surga, tidak takut neraka — aku hanya ingin wajah-Mu.” Ia bermimpi didatangi nur yang berkata:”Karena engkau tidak menginginkan selain Wajah-Ku, Aku abadikan engkau bersama Wajah-Ku.”

🌺 Penutup Hikmah: 📖 Imam Ja‘far ash-Shādiq (as) berkata:”Segala sesuatu akan binasa kecuali apa yang dilakukan li wajhillāh (karena wajah Allah).”
(Tafsīr al-‘Ayyāshī, Juz 2, hlm. 282)


🌟 Manfaat Menghayati dan Mengamalkan Makna Ayat Ini

No Manfaat Penjelasan
1️⃣ Membersihkan Niat Membimbing hati agar semua amal diniatkan karena wajah Allah, bukan riya atau pujian.
2️⃣ Menumbuhkan Ikhlas Menanamkan semangat amal semata-mata karena Allah, tanpa mengharap imbalan dunia.
3️⃣ Menstabilkan Jiwa di Tengah Fana Dunia Dunia akan binasa, hanya Wajah-Nya kekal — ini menenangkan jiwa dari kegelisahan duniawi.
4️⃣ Membangkitkan Cinta Ilahi Memfokuskan hati hanya kepada Allah sebagai yang kekal dan paling layak dicintai.
5️⃣ Menguatkan Amal Baqiyah Amal yang ditujukan karena Wajah Allah akan menjadi amal yang baqiyāt aṣ-ṣāliḥāt.
6️⃣ Menghidupkan Makna Ihsan Membuat kita beramal seolah-olah melihat Allah atau merasa dilihat-Nya (maqām ihsān).
7️⃣ Menghidupkan Zikir Qalbī Hati menjadi terus-menerus ingat kepada Allah sebagai pusat dari segala hal.
8️⃣ Menumbuhkan Tawakkal Menyandarkan diri hanya kepada yang kekal dan tidak binasa.
9️⃣ Menghapus Keinginan Duniawi yang Fanā Menyadarkan bahwa segala wajah dunia akan sirna, hanya Wajah Tuhan yang abadi.
🔟 Mendekat kepada Cahaya Imam (Wajhullāh) Dalam tafsir Syiah, Wajah Allah ditakwilkan sebagai Cahaya para Imam, yang kekal dalam pancaran rahmat-Nya.


🕊️ Doa-doa Terkait Wajhullāh

📿 1. Doa Ikhlas karena Wajah Allah
اللَّهُمَّ اجْعَلْ أَعْمَالِي كُلَّهَا لِوَجْهِكَ، خَالِصَةً مِنْ كُلِّ شَوْبٍ، مَبْرَأَةً مِنْ كُلِّ رِيَاءٍ وَسُمْعَةٍ، وَجَعَلْتُ رِضَاكَ غَايَةَ طَلَبِي.
Allāhumma aj‘al a‘mālī kullahā li wajhika, khāliṣatan min kulli syawb, mabrā’atan min kulli ri’yā’ wa sum‘ah, wa ja‘altu riḍāka ghāyata ṭalabī.
Ya Allah, jadikanlah semua amal perbuatanku semata-mata karena Wajah-Mu, murni dari segala campuran, bersih dari riya dan ingin didengar, dan jadikanlah ridha-Mu sebagai tujuan tertinggiku.

🌟 2. Doa Arofah Imam Husein (as) 
إِلَهِي، مَتَى غِبْتَ حَتَّى تَحْتَاجَ إِلَى دَلِيلٍ يَدُلُّ عَلَيْكَ؟ وَمَتَى بَعُدْتَ حَتَّى تَكُونَ الْآثَارُ هِيَ الَّتِي تُوصِلُ إِلَيْكَ؟!
Tuhanku, kapan Engkau tersembunyi hingga butuh tanda yang menunjukkan kepada-Mu? Dan kapan Engkau jauh hingga ciptaan-Mu yang menyampaikan kepada-Mu?📚 Doa ini mengungkap bahwa Wajah Allah selalu hadir bagi hati yang mengenal-Nya.

🕯️ 3. Doa Rasulullah saw (dalam Hadis Qudsi)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِنُورِ وَجْهِكَ الَّذِي لَا يَبْقَى شَيْءٌ إِلَّا فَنِيَ لَهُ، أَنْ تُثَبِّتَنِي عَلَى دِينِكَ.”
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan cahaya Wajah-Mu, yang segala sesuatu binasa di hadapannya, agar Engkau meneguhkanku di atas agama-Mu.

🧎‍♂️ 4. Doa Perlindungan pada Wajah Allah
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ 
الَّذِي لَا يَبْقَى دُونَهُ شَيْءٌ، 
مِنْ كُلِّ فِتْنَةٍ وَعَذَابٍ وَبَلَاءٍ.
Ya Allah, aku berlindung kepada Wajah-Mu yang mulia — yang tak ada sesuatu pun yang kekal selain-Nya — dari setiap fitnah, azab, dan bencana.

💫 5. Doa Ahlul Bait (as) Mengenang Wajhullāh
وَجْهُكَ الْبَاقِي بَعْدَ فَنَاءِ الْخَلْقِ، 
وَمَجْدُكَ السَّارِي فِي كُلِّ شَيْءٍ.
Wajah-Mu yang tetap kekal setelah segala makhluk binasa, dan kemuliaan-Mu yang meresap dalam segala sesuatu.

📘 Penutup Hikmah
📖 “كل شيء هالك إلا وجهه”
“Segala sesuatu akan binasa kecuali Wajah-Nya.”(QS al-Qashash: 88)
📿 Maka selamatkan amalmu, cintamu, dan hidupmu dengan menjadikannya karena Wajah Allah yang kekal.


Munajat Orang Yang Bertawassul

بِسمِ الله الرَّحمنِ الرَّحيمِ   

اللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ

اِلـهي لَيْسَ لي وَسيلَةٌ اِلَيْكَ اِلاّ عَواطِفُ رَأفَتِكَ، وَلا لي ذَريعَةٌ اِلَيْكَ اِلاّ عَوارِفُ رَحْمَتِكَ، وَشَفاعَةُ نَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَمُنْقِذِ الاُْمَّةِ مِنَ الْغُمَّةِ، فَاجْعَلْهُما لي سَبَباً اِلى نَيْلِ غُفْرانِكَ، وَصَيِّرْهُما لي وُصْلَةً اِليَ الْفَوْزِ بِرِضْوانِكَ، وَقَدْ حَلَّ رَجائي بِحَرَمِ كَرَمِكَ، وَحَطَّ طَمَعي بِفِناءِ جُودِكَ، فَحَقِّقْ فيكَ اَمَلي، وَاخْتِمْ بِالْخَيْرِ عَمَلي، وَاجْعَلْني مِنْ صَفْوَتِكَ الَّذينَ اَحْلَلْتَهُمْ بُحْبُوحَةَ جنَّتِكَ، وَبوَّأْتَهُمْ دارَ كَرامَتِكَ، وَاَقْرَرْتَ اَعْيُنَهُمْ بِالنَّظَرِ اِلَيْكَ يَوْمَ لِقائِكَ، وَاَوْرَثْتَهُمْ مَنازِلَ الصِّدْقِ في جِوارِكَ، يا مَنْ لا يَفِدُ الْوافِدُونَ عَلى اَكْرَمَ مِنْهُ، وَلا يَجِدُ الْقاصِدُونَ اَرْحَمَ مِنْهُ، يا خَيْرَ مَنْ خَلا بِهِ وَحيدٌ، وَيا اَعْطَفَ مَنْ اَوى اِلَيْهِ طَريدٌ، اِلى سَعَةِ عَفْوِكَ مَدَدْتُ يَدي، وَبِذَيْلِ كَرَمِكَ اَعْلَقْتُ كَفّي، فَلا تُولِنِي الْحِرْمانَ، وَلا تُبْلِني بِالْخَيْبَةِ وَالْخُسْرانِ، يا سَميعَ الدٌّعاءِ يا اَرْحَمَ الرّحِمينَ .

Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. 

Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad.  Ilahi, Tidak ada wasilah bagiku kepada-Mu selain limpahan kasih-Mu. Tidak ada jalan bagiku menuju-Mu selain curahan rahmat-Mu dan syafaat nabi-Mu. Nabi pembawa rahmat, penyelamat umat dari bencana. Jadikan rahmat-Mu dan nabi-Mu sebab untuk mencapai ampunan-Mu. 

Jadikan keduanya alat untuk memperoleh keberuntungan ridho-Mu. Sudah terurai harapku untuk kemuliaan karunia-Mu.

Sudah tercurah hasratku akan keluasan anugerah-Mu. 

Penuhi cita-citaku pada-Mu. 

Tutupi dengan kebaikan amal- amalku. Jadikan daku dari pilihan-Mu yang Kau berikan puncak surga-Mu. Yang Kau siapkan rumah kemuliaan-Mu. 

Yang Kau tenteramkan hatinya ketika melihat-Mu. Dalam perjumpaan dengan-Mu. Yang Kau berikan kepada-Nya kedudukan siddiq di samping-Mu. 

Wahai yang selain Dia tidak ada yang lebih mulia untuk di datangi. Wahai yang selain Dia tidak ada yang lebih pengasih untuk di cari. Wahai yang paling kasih untuk menjadi kawan dalam kesendirian. Wahai yang paling lembut untuk perlindungan orang usiran. 

Pada keluasan maaf-Mu, daku tadahkan tanganku. Pada kebesaran karunia-Mu, daku bukakan telapak tanganku. Jangan tolak permohonanku. 

Jangan campakkan daku dengan kekecewaan dan kerugian. Wahai Yang mendengar doa. Wahai yang paling Pengasih dari segala yang mengasihi. Ya Arhamar rôhimîn. 



Semoga bermanfaat!!!!
Mohon Doa!!!!

Comments

Popular posts from this blog

Amalan Akhir & Awal Tahun ; Amalan Bulan Muharram ; Ziarah Imam Husein as dan Syuhada Karbala

Doa Pendek untuk Semua Penyakit

Doa Penjagaan dan Perlindungan serta Keamanan dari Gangguan Jin dan Manusia (Doa 10 Bismillah)