Makna;..Permusuhan di antara mereka sangatlah keras…. QS. 59: 14
لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِن وَرَاءِ جُدُرٍ ۚ بَأْسُهُم بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ ۚ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ
(QS. Al-Hasyr: 14);Mereka tidak akan memerangi kalian secara bersatu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau dari balik tembok. Permusuhan di antara mereka sangatlah keras. Kamu mengira mereka bersatu, padahal hati mereka bercerai-berai. Itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti (tidak menggunakan akal).”
🌟 Makna dan Pelajaran:
1. Penakut dan Lemah dalam Kebenaran; Musuh-musuh Allah tidak berani menghadapi kebenaran secara terbuka. Mereka hanya berani dari balik perlindungan atau pertahanan, bukan karena keyakinan, melainkan karena ketakutan.
2. Ketergantungan pada Benteng Duniawi; Mereka lebih mengandalkan tembok dan benteng fisik ketimbang keimanan atau keberanian spiritual.
3. Perpecahan Internal Mereka Meskipun tampak bersatu di permukaan, hakikatnya mereka terpecah secara batin, emosional, dan ideologis.
4. Permusuhan Sesama Mereka Lebih Kuat; Allah menyatakan bahwa mereka lebih kuat dalam saling bermusuhan antar sesama mereka sendiri ketimbang menghadapi orang-orang beriman.
5. Penampakan Menipu; Pandangan zahir (luar) bisa menipu. Kita mengira mereka bersatu, padahal dalam batin mereka penuh konflik dan kebencian terhadap satu sama lain.
6. Ketiadaan Akal yang Sejati;Allah menyebut mereka sebagai “kaum yang tidak mengerti” — ini menunjukkan bahwa akal yang sejati bukan hanya logika, tapi cahaya hidayah dan kebijaksanaan.
7. Hati yang Tidak Terkoneksi dengan Allah; Hati mereka tercerai-berai karena tidak terikat pada tauhid dan kecintaan kepada kebenaran. Kesatuan lahir hanya bisa bertahan jika ada kesatuan batin.
8. Strategi Munafik dan Penakut ; Mereka hanya berani menyerang dari balik benteng — ini juga simbol sikap munafik: menyembunyikan kebencian dan menyerang secara licik, bukan berani secara terbuka.
9. Pesan untuk Kaum Mukmin: Jangan Takut!; Ayat ini memberi motivasi kepada orang-orang beriman agar tidak takut terhadap musuh yang sebenarnya lemah dan tercerai-berai, meskipun tampak kuat.
10. Kekalahan Spiritual Sebelum Perang Fisik; Karena hati mereka tidak bersatu, mereka sesungguhnya sudah kalah secara spiritual. Perpecahan batin adalah tanda kelemahan yang akan menghancurkan mereka dari dalam.
Makna berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an lainnya:
2. Berlindung pada kekuatan duniawi (tembok & benteng)
➡️ QS. Al-Kahfi: 94-95; kisah Dzulqarnain);…mereka berkata: ‘Dapatkah kami memberimu upah agar engkau buatkan tembok antara kami dan mereka?’”
3. Permusuhan di antara mereka lebih besar
4. Persatuan lahir, perpecahan batin
5. Hati mereka tidak bersatu karena tidak mengenal Allah
➡️ QS. Al-Anfal: 63;”Dan Dia yang mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu menginfakkan seluruh (kekayaan) yang ada di bumi, kamu tidak akan dapat mempersatukan hati mereka.”
🔹 Makna: Kesatuan hati hanya lahir dari iman dan petunjuk Ilahi.
6. Penampilan mereka menipu (tampak bersatu, padahal tidak)
➡️ QS. Al-Munafiqun: 4; Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh mereka mengagumkan kamu; dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seperti kayu yang tersandar.”
7. Kaum yang tidak menggunakan akal adalah ciri orang kafir
➡️ QS. Yunus: 100; Dan Allah menimpakan kehinaan kepada orang-orang yang tidak mengerti (tidak menggunakan akalnya).”
🔹 Makna: Tidak memakai akal berarti menolak kebenaran.
8. Mereka tidak mampu melawan secara terbuka
9. Kekuatan mereka hanya dalam konflik sesama
“Permusuhan mereka di antara sesama sangatlah keras.”
10. Petunjuk hanya untuk orang yang mau berpikir
Makna QS. Al-Hasyr: 14 berdasarkan hadis-hadis Nabi Muhammad (saw) dan Ahlul Bait (as)
🕯️ Penjelasan Menurut Hadis:
1. Makna “bā’suhum baynahum shadīd” dijelaskan dalam hadis Nabi saw: قال رسول الله (ص) أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةُ الْمُضِلُّونَ، وَإِذَا وُضِعَ السَّيْفُ فِي أُمَّتِي لَمْ يُرْفَعْ عَنْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.”(Kanz al-‘Ummāl, 1/140)
🔹 Makna: Rasulullah saw takutkan perpecahan internal yang timbul dari para pemimpin yang menyesatkan. Ini selaras dengan ayat bahwa permusuhan mereka paling keras justru antar sesama mereka.
2. Diriwayatkan dari Imam Ali (as):
(Nahj al-Balāghah, khutbah 126)
🔹 Makna: Orang beriman bersatu meskipun berjauhan, tapi orang munafik tampak bersama secara lahir, padahal hati mereka terpecah. Inilah penafsiran batin dari “
تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ”.
4. Rasulullah saw bersabda tentang orang-orang yang tidak memakai akal: مَنْ لَمْ يَعْقِلْ لَمْ يَدِينْ، وَمَنْ لَمْ يَدِينْ لَا دِينَ لَهُ
(“Barang siapa tidak menggunakan akalnya, maka ia tidak akan beragama. Dan siapa yang tidak beragama, maka tidak ada agama baginya.”(Usul al-Kāfī, j.1)
🔹 Makna: Ayat menutup dengan “قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ” — artinya mereka tidak punya akar agama karena tidak mengaktifkan akal untuk memahami kebenaran.
5. Imam Ja‘far al-Shadiq (as) berkata: الْعَقْلُ مَا عُبِدَ بِهِ الرَّحْمَٰنُ وَاكْتُسِبَ بِهِ الْجِنَانُ
(“Akal adalah yang digunakan untuk menyembah Allah dan memperoleh surga.”)(Al-Kāfī, j.1, bab al-‘Aql)
🔹 Makna: Kaum yang tidak berakal tidak bisa meraih kebenaran atau kekuatan ruhani. Karena itu, mereka pecah dan takut.
6. Makna “قُرًى مُّحَصَّنَةٍ” (kampung-kampung yang dibentengi):
➡️ Dijelaskan dalam Tafsir al-‘Ayyashi bahwa mereka hanya berani membuat makar di kota-kota besar yang mereka kuasai, tapi tidak punya keberanian menghadapi Rasul secara langsung.
7. Tafsir Al-Burhān mencatat: Imam al-Baqir (as) mengatakan bahwa mereka adalah kaum yang lemah karena takut kepada kebenaran dan hanya mampu menebar permusuhan di antara sesamanya.
8. Imam Ali (as) berkata dalam Nahj al-Balaghah:
“الْفُرْقَةُ دَاءٌ وَالِاعْتِصَامُ بِالْوَحْدَةِ دَوَاءٌ.”
(“Perpecahan adalah penyakit, dan berpegang teguh pada kesatuan adalah obatnya.”)
9. Rasulullah saw bersabda:
الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ، وَالْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ، لَا يَخُونُهُ، وَلَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يُسْلِمُهُ.”
(“Orang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya…”)(Al-Kāfī, j.2)
🔹 Makna: Kebersatuan sejati hanya ada dalam ruh iman — sesuatu yang tidak dimiliki oleh kaum musuh yang disebut dalam QS Al-Hasyr:14.
10. Penutup Hadis dari Rasulullah saw: لَا تَنْظُرُوا إِلَى كَثْرَةِ صَلَاتِهِمْ وَصِيَامِهِمْ
وَلَكِنِ انْظُرُوا إِلَى صِدْقِ الْحَدِيثِ وَأَدَاءِ الْأَمَانَةِ.”
(“Jangan lihat banyaknya shalat dan puasa mereka, tapi lihat kejujuran dan amanah mereka.”) Bihar al-Anwār, j. 75)
🔸 Kesimpulan Menurut Hadis:
Ayat ini menjelaskan karakter kaum batil yang hanya bersandar pada kekuatan lahir (tembok, benteng, koalisi), namun batin mereka kosong, tercerai, dan tidak memakai akal. Hadis-hadis Nabi dan Ahlul Bait memperkuat bahwa keberanian, akal, dan kesatuan hanya lahir dari iman yang sejati.
Makna Ayat Ini Menurut Hadis Riwayat Ahlul Bayt;
📘 Imam Ali (as) bersabda:قَلْبُ الْجَبَانِ فِي فَمِهِ، وَفَمُ الشُّجَاعِ فِي قَلْبِهِ
(Nahj al-Balāghah, hikmah 281)
“Hati orang pengecut berada di mulutnya, sedangkan mulut orang pemberani berada di hatinya.”
🔸 Makna: Mereka hanya berani bicara dan berkoalisi dari balik tembok, karena hati mereka kosong dari keberanian sejati yang lahir dari iman.
2. Mereka Tidak Memiliki Akal yang Tertuntun oleh Wahyu
“Akal adalah yang digunakan untuk menyembah Tuhan dan memperoleh surga.”
3. Tampak Bersatu, Namun Hati Mereka Berpecah
الْمُنَافِقُونَ تَظَاهَرَ أَجْسَادُهُمْ
وَاخْتَلَفَتْ قُلُوبُهُمْ.”
(Nahj al-Balāghah, khutbah 126)
“Kaum munafik tampak bersatu secara lahiriah, namun hati mereka saling berselisih.”
4. Sifat Munafik: Tidak Berani Kecuali di Balik Benteng
5. Sifat Mereka Adalah Ghaḍab (kekerasan) Sesama Mereka Sendiri
بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ” يعني أن عداءهم مع بعضهم أشد من عدائهم معكم.
🔸 Makna: Permusuhan dan konflik internal mereka lebih hebat daripada terhadap orang-orang beriman. Karena hati mereka tidak memiliki pusat cinta Ilahi.
6. Perselisihan adalah Tanda Tidak Ada Imam Ilahi di Tengah Mereka
📘 Imam Ali (as):مَنْ لَمْ يَعْرِفْ إِمَامَ زَمَانِهِ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً(Al-Kāfī, j.1)
🔸 Makna: Mereka tidak memiliki pemimpin spiritual sejati yang mempersatukan batin mereka. Maka hati mereka tercerai-berai dan saling curiga.
7. Sumber Kekalahan: Ketakutan dan Cinta Dunia
“مَا خَرَجَ أَحَدٌ مِنَ الْحَقِّ إِلَّا لِحُبِّ الدُّنْيَا.”
🔸 Makna: Mereka hanya bertahan karena benteng dan bukan karena iman. Cinta dunia dan ketakutan akan kehilangan kedudukan menjadikan mereka pengecut.
8. Mereka Tidak Sungguh-Sungguh Menjalankan Agama
“لا دينَ لِمَن لا وَفاءَ لَهُ.”
“Tidak ada agama bagi orang yang tidak memiliki kesetiaan (kepada Allah dan wali-Nya).”
9. Kebersatuan Kaum Beriman Berasal dari Cahaya Makrifat
📘 Imam Ali (as):إن أولياء الله صفتهم
أن قلوبهم متحدة وإن تباعدت أوطانهم
🔸 Makna: Kaum batil tidak akan pernah bersatu seperti orang beriman. Karena mereka tidak bersandar kepada cahaya ruhani, hanya kepada materi dan siasat.
10. Mereka Kaum yang Tidak Menggunakan Akal – Bukan Sekadar Bodoh, Tapi Menolak Kebenaran📘 Imam al-Sadiq (as) menjelaskan:العقل ما عبد به الرحمن واكتسب به الجنان، فمن لم يكن له عقل فليس من أهل الدين (Al-Kāfī)
🔸 Makna: “لَا يَعْقِلُونَ” artinya mereka menolak hakikat akal (ʿaql) yang terhubung kepada Allah dan wali-Nya. Maka mereka seperti binatang atau bahkan lebih sesat.
🔚 Kesimpulan dari Hadis Ahlul Bayt (as): QS Al-Hasyr:14 adalah gambaran abadi kaum batil — baik Yahudi Bani Nadhir di masa Nabi maupun kaum yang menyerupai mereka di setiap zaman:
•Mereka hanya berani di balik sistem atau struktur duniawi,
•Tampak bersatu tapi saling mencurigai dan berpecah,
•Tidak memiliki ruh akal, makrifat, atau pemimpin Ilahi,
•Dan lebih sibuk bermusuhan sesama mereka sendiri daripada menghadapi kebenaran.
🧠 Makna Menurut Para Mufasir
2. Tafsir al-ʿAyyāshī (Syiah, abad ke-4 H); Dalam riwayat dari Imam al-Ṣādiq (as), ayat ini juga dikaitkan dengan sifat-sifat orang munafik dan ahli batil:لا يقاتلون إلا من وراء حُجُبٍ، يظهرون الإسلام ويخفون العداوة
🔹 Makna: Orang-orang batil hanya berani dari balik tabir — mereka menyembunyikan permusuhan dan kepengecutan di balik simbol-simbol lahiriah.
3. Tafsīr al-Mīzān – Allāmah Ṭabāṭabā’ī (Syiah, abad ke-14 H)
Allāmah menafsirkan ayat ini secara sosiologis dan ruhani: Ayat ini menjelaskan bahwa kekuatan musuh-musuh Allah lahiriah saja. Mereka bersatu secara tampak, tapi hati mereka tercerai karena tidak memiliki fondasi akal dan iman.”
• “بَأْسُهُم بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ”: Mereka saling keras satu sama lain karena ego dan cinta dunia.
• “قُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ”: Tidak adanya kepemimpinan ilahi menjadikan batin mereka tercerai-berai.
• “لَا يَعْقِلُونَ”: Mereka tidak memahami jalan Allah karena mengandalkan taktik duniawi.
4. Tafsīr Majmaʿ al-Bayān – al-Ṭabarsī (Syiah, abad ke-6 H)
Al-Ṭabarsī menyebutkan bahwa ayat ini menggambarkan tiga ciri utama musuh Islam saat itu:
1. Penakut – tidak berani menghadapi kaum Muslimin secara langsung.
2. Pecah-belah – walaupun tampak bersatu, mereka dalam konflik internal.
3. Bodoh secara hakiki – karena menolak ajaran yang benar.
🔹 Makna mendalam: Ayat ini relevan sepanjang zaman bagi setiap kelompok yang menolak kebenaran dan bersembunyi di balik sistem politik, propaganda, dan kekuatan fisik.
5. Tafsīr al-Kabīr – Fakhr al-Dīn al-Rāzī (Sunni, abad ke-6 H) Meskipun bukan Syiah, Rāzī menafsirkan secara mendalam: وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ
artinya tidak ada kesatuan tujuan, karena masing-masing hanya menginginkan keuntungan pribadi. Ini menjadi sebab kehancuran mereka.
Kelemahan mereka bukan dari luar, tapi karena batin mereka terputus dari kebenaran.
6. Tafsīr al-Kashānī (Syiah, abad ke-11 H);Dalam tafsirnya, al-Kashānī (pengikut Ahlul Bait) mengatakan: Ayat ini mencerminkan bagaimana kebodohan spiritual dan tidak adanya pemimpin Ilahi membuat sebuah umat terlihat kuat dari luar, tapi lemah dari dalam.
🔚 Kesimpulan dari Para Mufasir:
🌟 Pesan utama ayat menurut tafsir Ahlul Bait:
•Kepengecutan lahir dari ketiadaan iman dan ketakutan duniawi.
•Persatuan batil hanyalah ilusi jika tidak disatukan oleh cahaya ruhani dan akal ilahi.
•Sistem pertahanan (tembok, politik, ekonomi) tidak menyelamatkan jika batin tercerai.
•Ayat ini bukan hanya sejarah Bani Nadhir, tetapi cermin sepanjang zaman bagi semua kaum yang menolak kebenaran, mengandalkan kekuatan lahir, dan hidup dalam ilusi persatuan.
Makna QS al-Hasyr ayat 14 menurut para mufasir Syiah,
🟥 2. Persatuan palsu karena kepentingan duniawi; Ayat menyebut: “تحسبهم جميعا وقلوبهم شتى” — mereka tampak bersatu, padahal hati mereka tercerai-berai.
➡️ Tafsir Ahlul Bait menyatakan bahwa ini adalah sifat musuh-musuh kebenaran di setiap zaman: kelihatan kompak, padahal rapuh secara batin.
🟥 3. Saling bermusuhan karena ego بَأْسُهُم بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ” — pertikaian dan konflik di antara mereka sangat keras.
🟥 4. Berlindung di balik sistem dunia (tembok & kota benteng)
“إِلَّا فِي قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِن وَرَاءِ جُدُرٍ” — menggambarkan mentalitas yang mengandalkan struktur fisik dan politik, bukan iman dan keyakinan.
➡️ Tafsir Qummi: merujuk pada Yahudi Bani Nadhir dan semua pengkhianat yang hanya kuat karena benteng dunia.
🟥 5. Hati tercerai karena tidak terhubung ke Wilayah (kepemimpinan Ilahi) قلوبهم شتى”artinya hati mereka tidak terikat oleh Wilayah Ilahiyyah.
🟥 6. Mereka tidak menggunakan akal ruhani ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ”
➡️ Menurut para Imam, akal yang dimaksud adalah ‘aql nurani — yaitu yang mengenali hujjah Allah. Mereka tidak menggunakannya, maka terjerumus ke dalam kebodohan spiritual.
🟥 7. Ayat ini berlaku sepanjang zaman; Menurut Al-Thabarsi dalam Majmaʿ al-Bayān, ini bukan hanya kisah sejarah, tapi ciri musuh hakikat di setiap zaman:
➡️ Penakut, bercerai hati, keras terhadap sesama, dan tanpa akal ilahi.
🟥 8. Perang mereka hanya simbolik, bukan hakiki;
🟥 9. Simbol jiwa manusia yang dikuasai hawa nafsu; Dalam tafsir batin, menurut sebagian ‘urafa Syiah:
➡️ Ayat ini adalah gambaran jiwa manusia yang lemah melawan kebenaran. Ia bersembunyi di balik dalih, benteng, dan tembok argumentasi, padahal hatinya penuh ketakutan.
🟥 10. Bukti pentingnya wilayah dan nur Ahlul Bait dalam menyatukan hati; Imam Ali (as) berkata:
لو أن الناس أطاعونا لما اختلف اثنان”Seandainya manusia menaati kami, tidak akan ada dua orang pun yang berselisih.)
📌 Kesimpulan: Ayat ini tidak hanya berbicara tentang musuh eksternal di masa Nabi, tapi menyimpan pelajaran hakikat tentang jiwa, umat, dan pentingnya wilayah Ahlul Bait sebagai pusat penyatuan hati dan keberanian ruhani.
🌌 Makna menurut ahli hakikat & makrifat Syiah:
“في قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أو من وراء جدر
🔸 Dalam tafsir hakikat, tembok dan benteng adalah hijab-hijab nafsani yang membatasi ruh dari menghadapi kebenaran. Orang-orang yang takut melawan cahaya tidak berani menampakkan hakikat karena terpenjara dalam benteng ego, rasa takut, dan hawa nafsu.
2. Ketakutan mereka adalah hasil dari tidak hadirnya cahaya wilayah dalam hati;
🔸 Ahli makrifat menafsirkan “لا يقاتلونكم جميعاً” sebagai kelemahan ruhani. Hati yang tidak mengenal Waliyyullah akan selalu takut menghadapi cahaya kebenaran. Ketakutan itu bukan karena kelemahan fisik, tapi karena jiwa mereka gelap.
“بَأْسُهُم بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ”
🔸 Dalam dunia batin, orang-orang yang tidak mengenal Tuhan keras terhadap sesamanya, karena masing-masing hatinya dipenuhi dengan ghurur (tipuan diri), ego, dan hasad. Mereka bercerai bukan karena kelemahan, tapi karena keakuan yang menumpuk.
“وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ”
🔸 Hati hanya bisa bersatu bila terkoneksi ke Qalb al-Muḥammadī (hati Nabi) dan Wilayah Ilahiyyah. Bila tidak, walau tampak bersatu, sebenarnya mereka dalam ketercerai-beraian batin.
5. Mereka tidak menggunakan ‘aql ruhani ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ”
🔸 Menurut Imam Ali (as), ‘aql sejati bukan logika biasa, tapi cahaya yang membimbing manusia menuju Allah. Mereka tidak memakai cahaya ini, maka terjerumus dalam sistem materialistis dan ketakutan palsu.
6. Ayat ini gambaran jiwa yang hidup dalam ilusi kekuatan
🔸 “قُرًى مُحصنة” adalah simbol keselamatan palsu. Jiwa-jiwa ini merasa aman dalam struktur dunia (politik, ekonomi, identitas kelompok), padahal sebenarnya rapuh dan tidak berani menghadapi kebenaran batin.
7. Ilusi kebersamaan adalah cermin dari umat yang tanpa imam
🔸 “تحسبهم جميعا وقلوبهم شتى” artinya umat tampak bersatu secara zhahir tapi tidak memiliki satu pusat ruhani (Imam Haqq). Mereka tidak memiliki kutub cahaya yang menyatukan, sehingga yang tersisa hanya persatuan ilusi.
🔸 Tembok (جُدُر) dalam makna batin adalah dinding ego yang menghalangi perjumpaan dengan Allah. Mereka tidak maju ke hadapan kebenaran karena takut kehilangan kepalsuan yang mereka jaga.
Musuh ruhani sejati adalah kegelapan hati.
🔸 Siapa saja yang menolak Nur Wilayah akan hidup dalam ketakutan, kepalsuan, dan keterpisahan batin.
🌺 Kesimpulan Makrifat: Ayat ini tidak hanya mengisahkan musuh Nabi (saw) secara historis, tapi merupakan cermin ruhani bagi setiap jiwa yang belum membebaskan diri dari tembok nafsu, perselisihan ego, dan ketakutan terhadap kebenaran.
Jalan keselamatan hanya ada dalam Nur Wilayah dan cahaya Imam Zaman (aj).
Makna Menurut Ahli Hakikat Syiah:
2. “Judur” adalah hijab batin antara mereka dan cahaya wilayah
Menurut al-Fayḍ al-Kāsyānī:”Setiap dinding dalam jiwa yang menghalangi cahaya wilayah adalah ‘jidar’.”
3. Mereka tampak bersatu karena jasad, tapi ruh mereka bercerai-berai تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ”
➡️ Imam Ali (as) berkata: “Mereka disatukan oleh tujuan dunia, bukan kebenaran. Sebab itu hati mereka saling menjauh di hadapan cahaya Allah.”
4. “Ba’suhum baynahum shadīd” adalah benturan ego dan kehendak tanpa nur; Menurut ʿĀrif Syiah, seperti Sayyid Ḥaydar al-Āmulī; Orang-orang yang tidak dibimbing oleh wilāyah akan saling bertabrakan karena mereka berjalan dalam kegelapan diri.
5. Ayat ini mencerminkan keadaan ruh orang yang takut menghadapi tajalli (penampakan) Allah; lā yuqātilūnakum jamīʿan” — mereka tidak akan mampu berperang dalam hakikat, sebab ruh mereka lemah di hadapan cahaya.
6. Mereka adalah simbol dari jiwa yang belum fana dalam Allah
Menurut para arifin Syiah: Ayat ini bukan hanya tentang orang Yahudi atau musuh luar, tapi jiwa manusia yang belum menempuh jalan sulūk.
7. Akal mereka adalah akal tercemar, bukan ‘aql al-nūrānī
“ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ”
Menurut arif Syiah, ‘aql yang dimaksud adalah akal wilayah, yaitu akal yang telah mengenali Imam sebagai pintu ilmu Allah. Tanpa itu, seseorang meski cerdas tetap jahil dalam hakikat.
8. Ayat ini menunjukkan makna ruhani “nafs al-ammārah” yang belum ditundukkan
Menurut Sayyid Ibn Ṭāwūs dan Qāḍī al-Ṭabāṭabā’ī: Orang yang belum mengenal dirinya, belum membersihkan jiwa dari nafsu, akan selalu membangun “tembok perlindungan”, tapi tidak mampu menghadapi cahaya Allah dan hujjah-Nya.
9. Kebenaran akan selalu ditakuti oleh jiwa yang tidak tunduk kepada wali Haqq; Menurut al-ʿAllāmah Ṭabāṭabā’ī dalam al-Mīzān, mereka tidak mampu memerangi kebenaran karena kebenaran bersifat ruhani, dan mereka hidup dalam dimensi zahir.
10. Ayat ini mencerminkan umat yang berpaling dari Imām Zamān (aj); Dalam makna hakikat, ayat ini adalah peringatan bahwa siapa yang meninggalkan wali zaman akan hidup dalam ketakutan, tembok nafsu, dan kehancuran batin.
➡️ Hanya yang mengenal Imam Mahdi (aj) yang berani menghadapi medan hakikat dan sirr al-tajalli.
🪔 Kesimpulan Ahli Hakikat:
Ayat ini adalah gambaran batin umat yang tidak mengenal Imam Haqq. Mereka hidup dalam ilusi kekuatan, membangun tembok (dalih dan sistem duniawi), tapi hatinya saling bertabrakan dan takut menghadapi kebenaran.
🔑 Wilayah Ahlul Bait (as) adalah satu-satunya pintu untuk menyatukan hati, menembus hijab jiwa, dan membuat ruh berani menghadapi cahaya tajalli Ilahi.
Kisah Maknawi yang Menggambarkan Makna Hakikat QS al-Ḥasyr:14
🪶 Seperti jiwa yang berlindung di balik syahwat dan gengsi, tak mampu memandang Nur Allah.
2. Tembok Batu yang Tak Pernah Patahkan Kebenaran
Di sebuah desa, ada sekelompok orang yang menganggap imam ghaib hanyalah dongeng. Mereka membangun “tembok akal” dan menolak cinta batin. Tapi ketika seorang anak kecil bermimpi melihat cahaya, seluruh tembok batin mereka runtuh.
3. Pasukan Bayangan yang Berperang Sendiri; Dalam medan perang jiwa, terlihat pasukan berkuda saling bertempur. Mereka tampak rapi, tapi saat dilihat dari langit ruhani, mereka justru saling bunuh satu sama lain.
➡️ Hati mereka tak pernah satu arah.
🪶 Makna: Orang-orang yang tidak mengenal Imam, akan bertikai dalam tujuan dan kehendak nafsu.
4. Orang-Orang Gua yang Takut Cahaya; Empat orang masuk ke dalam gua untuk melarikan diri dari cahaya Nabi. Mereka berkata, “Tembok batu lebih aman dari kebenaran yang menyilaukan.” Tapi mereka membusuk dalam kegelapan.
5. Ulama yang Menara Ilmunya Takut Pada Angin Wahyu
Seorang ulama membangun menara kitab dan dalil tinggi-tinggi, tapi menutupnya dari angin wilayah. Ia takut hatinya tunduk kepada cinta wali Allah.
6. Hati-Hati Yang Terlihat Bersatu Tapi Pecah; Di sebuah kota, orang-orang berkumpul dalam satu masjid, mengaku pecinta Tuhan, tapi masing-masing hatinya menuju arah lain: harta, pengaruh, dan pujian.
➡️ Langit mencatat: mereka tampak bersama, tapi hati mereka berserakan.
7. Taman Zahir Yang Takut Dilewati Imam Ghaib; Ada taman dengan pagar besi. Penjaganya berkata: “Kami tidak butuh Imam ghaib, kami sudah cukup.” Tapi ketika Imam lewat dalam bisikan malam, taman itu mengering.
8. Sang Arif Yang Dilempari Tembok Ego; Seorang arif datang kepada sekelompok pemuka agama dan menyeru cinta kepada Ahlul Bait. Tapi mereka marah dan membangun tembok untuk mengusirnya.
➡️ Malamnya, arif itu bermimpi Nabi berkata:”Mereka tak memerangimu, hanya takut pada cahayamu.”
🪶 Makna: Kebenaran akan ditolak oleh jiwa-jiwa yang terkurung nafsu dunia.
9. Bayangan Diri yang Memerangi Diri Sendiri; Seorang murid suluk menangis di mihrab, karena setiap kali ia naik maqām, muncul “musuh dalam dirinya” yang menghalangi. Gurunya berkata:”Itulah ba’suhum baynahum shadīd — perang antara bagian-bagian jiwamu yang belum tunduk pada Nur Imam.”
10. Benteng Raksasa yang Runtuh Oleh Satu Sujud; Dikisahkan seorang penyihir besar membangun benteng dari sihir dan kekuasaan. Ia menantang kebenaran, hingga seorang faqir datang dan bersujud di depannya. Cahaya dari sujud itu menghancurkan seluruh tembok.
🧭 Penutup: Ayat ini adalah gambaran ruhani bahwa siapa pun yang menolak cahaya wilayah, hidupnya akan dipenuhi tembok ketakutan, konflik batin, dan hati yang tercerai.
“لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى مُّحَصَّنَةٍ
أَوْ مِن وَرَاءِ جُدُرٍ…”
🟢 Ayat ini membuat kita sadar bahwa dalam diri ada tembok-tembok nafsu, ragu, dan logika duniawi yang mencegah cahaya Allah masuk ke dalam kalbu.
2. Membersihkan Penyakit Pecahnya Hati
3. Menghindari Kecerdasan Tanpa Cahaya
4. Melatih Keberanian Ruhani
5. Memurnikan Ikatan dalam Persaudaraan Sejati
6. Mengenal Musuh Batin
7. Menyucikan Wilayah Hati
🟢 Menuntun kita agar tidak membangun “kota-kota pertahanan batin” yang menolak tajalli Allah dan cinta Wali-Nya.
8. Melatih Ma’rifat Terhadap Kebenaran
9. Meningkatkan Tajalli Makrifat
🟢 Kita mulai mampu melihat di balik hijab-hijab sosial, politik, atau agama yang hanya kamuflase bagi hati yang kosong dari cinta ilahi.
10. Mendekatkan Diri pada Nur Imam Zaman (aj)
🕊️ Doa dan Dzikir Untuk Mengamalkan Makna Ayat Ini
Berikut doa dan dzikir singkat dalam bahasa Arab, transliterasi, dan terjemahan, sebagai amalan untuk melembutkan hati dari “tembok batin”, menghidupkan kesatuan hati, dan mengaktifkan cahaya wilayah:
🌟 Doa Pembuka Cahaya Ma’rifat
اَللّهُمَّ اكْسِرْ جُدُرَ قَلْبِي بِنُورِكَ، وَاجْمَعْ شَتَاتَ نَفْسِي بِوِلَايَتِكَ، وَارْزُقْنِي عَقْلًا يَهْدِي إِلَيْكَ
Allāhumma aksir judura qalbī binūrika, wajma‘ shatāta nafsī bi-wilāyatika, warzuqnī ‘aqlan yahdī ilayk.; Ya Allah, hancurkan tembok-tembok hatiku dengan cahaya-Mu, satukan jiwa yang tercerai-berai ini dengan wilayah-Mu, dan anugerahkan kepadaku akal yang menunjuk kepada-Mu.”
🌙 Dzikir untuk Menolak Tembok-Tembok Ego
لَا حِصْنَ إِلَّا نُورُكَ، وَلَا أَمَانَ إِلَّا وِدَادُكَ، وَلَا جَمْعَةَ إِلَّا فِي حُبِّ وَلِيِّكَ
Lā ḥiṣna illā nūruk, wa lā amāna illā widādak, wa lā jam‘ata illā fī ḥubbi walīyik. Tak ada benteng selain cahaya-Mu, tak ada keamanan selain kasih-Mu, dan tak ada kesatuan kecuali dalam cinta kepada Wali-Mu.”
🕊️ Doa Tajalli Imam Zaman (aj)
اَللّهُمَّ أَظْهِرْ لِي وَلِيَّكَ، لِتَسْقُطَ بِهِ جُدُرُ النِّفَاقِ، وَتَتَّحِدَ بِهِ قُلُوبُ الْعَارِفِينَ
Allāhumma aẓhir lī waliyyak, litasquṭa bihil judur al-nifāq, wa tattahida bihī qulūbul ‘ārifīn.
Ya Allah, tampakkanlah Wali-Mu kepadaku, agar runtuh dengannya tembok-tembok kemunafikan, dan bersatu karenanya hati para arif.”
Doa 10 Nur (Cahaya) buat Kesuksesan Dunia dan Akhirat (Puncaknya Berjumpa dengan Imam Zaman afs / Imam Mahdi as Serta para leluhurnya Hingga Rasulullah saw dan Az-Zahra as)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ
نَبِيِّ رَحْمَتِكَ، وَكَلِمَةِ نُورِكَ،
١، وَأَنْ تَمْلَأَ قَلْبِي نُورَ اليَقِينِ،
٢، وَصَدْرِي نُورَ الإِيمانِ،
٣، وَفِكْرِي نُورَ النِّيَّاتِ،
٤، وَعَزْمِي نُورَ العِلْمِ،
٥، وَقُوَّتِي نُورَ العَمَلِ،
٦، وَلِسانِي نُورَ الصِّدْقِ،
٧، وَدِينِي نُورَ البَّصائِرِ مِنْ عِنْدِكَ،
٨، وَبَصَرِي نُورَ الضِّياءِ،
٩، وَسَمْعِي نُورَ الحِكْمَةِ،
١٠، وَمَوَدَّتِي نُورَ المُوالاةِ
لِمُحَمَّدٍ وَآلِهِ عَلَيْهِمُ السَّلامُ،
حَتَّىٰ أَلْقاكَ وَقَدْ وَفَيْتُ بِعَهْدِكَ وَمِيثاقِكَ،
فَتُغَشِّيَنِي رَحْمَتُكَ، يا وَلِيُّ يا حَمِيدُ،
Ya Allah! Sesungguhnya daku memohon kepada-Mu limpahkanlah shalawat dan salam kapada baginda Muhammad, nabi rahmat-Mu dan kalimat cahaya-Mu.
2, dada kami dengan cahaya keimanan,
3, pikiran kami dengan cahaya niat,
4, tekad kami dengan cahaya ilmu,
5, kekuatan kami dengan cahaya amal,
6, lisan kami dengan cahaya kebenaran,
7, agama kami dengan cahaya penglihatan dari sisi-Mu,
8, pandangan kami dengan cahaya petunjuk,
9, pendengaran kami dengan cahaya hikmah,
10, kecintaan kami dengan cahaya wilayah (kecintaan) kepada Muhammad beserta keluarganya.
dalam keadaan kami telah memenuhi janji dan sumpah setia kami pada-Mu,
Engkau sirami kami dengan rahmat-Mu,
Duhai yang maha pengasih dan maha terpuji.
Mohon Doa!!!!
Comments
Post a Comment