Makna ; Al-Mujtaba; Salam untuk Imam Hasan Al-Mujtaba atas Syahadahnya
Berduka atas Syahadahnya; Imam Hasan bin Ali bin Abi Tholib as (Imam Al-Mujtaba) 7 Shofar 50 H
Bio data Imam Al-Mujtaba a.s.
Panggilan : Abu Muhammad
Ayah : Ali bin Abi Thalibb Ibu : Fatimah
Kelahiran : Madinah, 15 Ramadhan 3 H. Usia : 47 tahun
Syahid : 7/28 Shafar 50 H
Makam : Pemakaman Baqi,Madinah
Jumlah Anak : 15 orang.
8 laki-laki. 7 perempuan
Biografi Singkat Imam Hasan AL-Mujtaba a.s.
Imam Hasan a.s. adalah putra pertama pasangan Imam Ali a.s. dan Fathimah Az-Zahra` a.s. Ia dilahirkan di Madinah pada tanggal 15 Ramadhan 2 atau 3 H. Setelah sang ayah syahid, ia memegang tampuk pemerintahan Islam selama enam bulan.
Ia syahid pada tahun 50 H. setelah diracun oleh istrinya sendiri, Ja'dah di usianya yang ke-48 tahun.
Ia dilarang penguasa untuk dikuburkan di samping kakeknya Rasulullah saw akhirnya di kuburkan Perkuburan Baqi' di samping tiga imam ma'shum lainnya dan menjadi tempat ziarah para pencinta Ahlul Bayt a.s. Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab Tarikhul Khulafa` bercerita: "Imam Hasan a.s. dilahirkan pada tahun 3 H. Ia adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah SAW. Pada hari ketujuh dari kelahirannya, Rasulullah SAW. menyembelih kambing untuk akikahnya dan ia mencukur rambutnya.
Rambut itu kemudian ditimbang dan sesuai dengan kadar timbangannya Rasulullah SAW.bersedekah perak.
Ia adalah salah satu ahli kisa`. Rasulullah SAW. bersabda: "Ya Allah, aku sangat mencintainya, oleh karena itu, cintailah dia". Pada kesempatan yang lain ia bersabda: "Hasan dan Husein adalah dua penghulu penghuni surga". Ibnu Abbas berkata: "Suatu hari Hasan naik di atas pundak Rasulullah SAW.. Salah seorang sahabat berkata: "Wahai anak muda, engkau memiliki tunggangan yang sangat bagus!".Tidak begitu, ia adalah penunggang yang terbaik", jawab Rasulullah SAW. menimpali. Ia memiliki jiwa yang tenang, berwibawa, tegar, pemaaf dan sangat disukai masyarakat. Ia sangat peduli terhadap orang-orang miskin. Ia sering membantu mereka melebihi kebutuhan mereka sehingga kehidupan mereka sedikit lebih makmur. Hal ini karena ia tidak ingin seorang peminta datang beberapa kali kepadanya untuk meminta sesuatu yang akhirnya ia merasa malu. Di sepanjang umurnya, ia telah menginfakkan seluruh kekayaannya sebanyak dua kali dan mewakafkan hartanya sebanyak tiga kali. Ia adalah seorang pejuang pemberani. Selama menjadi anggota pasukan ayahnya, dalam setiap peperangan ia menjadi anggota pasukan terdepan. Pada peristiwa perang Jamal dan Shiffin, ia termasuk salah seorang pejuang berani mati.
40 Hadis dari Imam Hasan Al-Mujtaba a.s.
2. Zuhud, kesabaran dan kebenaran
3. Takwa : "Takwa adalah pintu setiap taubat, puncak segala hikmah dan kemuliaan setiap amalan. Dengan takwa yang dimilikinya orang-orang yang bertakwa bisa jaya".
4. Khalifah yang benar : "Khalifah yang benar adalah yang berjalan di atas sunnah Rasulullah SAW., beramal sesuai dengan ketaatan kepada Allah. Demi Allah, kami (Ahlul Bayt) adalah bendera hidayah dan penunjuk kepada jalan ketakwaan".
5. Hakikat kedermawanan dan kehinaan : “Ia pernah ditanya tentang kedermawanan. Ia menjawab:"Memberi terlebih dahulu sebelum diminta dan memberikan makanan ketika musim paceklik".
Dan ia pernah ditanya tentang kehinaan. "Memiliki pandangan yang sempit dan enggan memberi walaupun sedikit", jawabnya tegas.
6. Pentingnya musyawah: "Sebuah kaum tidak melaksanakan musyawarah kecuali mereka akan mendapat petunjuk menuju kesempurnaan mereka".
7. Kehinaan : "Engkau hina ketika engkau tidak menyukuri nikmat".
8. Lebih buruk dari sebuah kehinaan Kehinaan lebih ringan daripada siksa api neraka".
9. Mengenal sahabat : Imam Hasan a.s. berpesan kepada sebagian putra-putrinya: "Wahai anak-anakku, jangan kau bersahabat dengan seseorang kecuali engkau telah mengetahui di mana ia berada dan ke mana ia pergi. Jika engkau telah mengetahui keahliannya dan rela untuk bersahabat dengannya, maka bersahabatlah dengannya atas dasar memaafkan segala kesalahannya dan selalu bersamanya dalam setiap kesulitan".
10. Bekerja sambil bertawakal
11. Kerabat dekat dan orang asing
12. Percaya kepada ketentuan Allah
13. Pengaruh pergi ke masjid:
14. Mata, hati dan telinga terbaik
15. Tazkiah tersirat dalam ibadah Barang siapa yang melaksanakan ibadah, maka ia telah membersihkan diri. Jika shalat sunnah menghalangi (terlaksananya) shalat wajib, maka tinggalkanlah shalat sunnah tersebut".
16. Orang yang berakal : "Orang yang berakal tidak akan menipu orang yang meminta nasihat darinya".
17. Menghargai ibadah : "Jika seseorang dari kalian bertemu saudaranya (seiman), maka ciumlah keningnya, (karena tempat itu) adalah tempat memancarnya cahaya ibadah".
18. Harapan : "Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok, dan jika engkau menginginkan kemuliaan tanpa dukungan kerabat dan kewibawaan tanpa kerajaan, maka keluarlah dari lingkaran maksiat menuju ke puncak ketaatan kepada Allah azza wa jalla".
19. Tanda-tanda akhlak mulia:
20. Memuji dan mengghibah :
21. Faktor-faktor pembinasa manusia;
22. Takwa dan tafakur : "Aku wasiatkan takwa kepada kalian dan selalu bertafakur. Karena tafakur adalah ayah dan ibu segala kebaikan".
23. Mencuci tangan sebelum dan setelah makan : "Mencuci tangan sebelum makan dapat memusnahkan kefakiran dan mencuci tangan setelah makan dapat menghilangkan kesusahan".
24. Dunia adalah tempat beramal
25. Sejalan dengan masyarakat : "Bergaullah dengan masyarakat sekitarmu dengan cara yang engkau sukai diperlakukan oleh mereka ".
26. Peran akal, kemauan dan agama : "Orang yang tidak berakal tidak akan memiliki etika, orang yang tidak memiliki kemauan tidak akan memiliki kejantanan, dan orang yang tidak beragama tidak akan memiliki rasa malu".
27. Mengajar dan belajar : "Ajarkanlah kepada orang lain ilmu yang kau miliki dan belajarlah ilmu yang dimiliki oleh orang lain".
28. Kepada siapakah kita harus pergi : "Jangan kau mendatangi seseorang kecuali engkau mengharapkan kebaikannya, takut akan kelalimannya, mengambil manfaat dari ilmunya, mengharapkan berkah atau doanya, atau menyambung silaturahmi antara dia dan dirimu".
29. Akal dan kebodohan : "Tiada kekayaan yang lebih besar dari akal, tiada kefakiran seperti kebodohan, tiada yang lebih ditakuti dari sifat berbangga diri, dan tiada kehidupan yang lebih indah dari pada akhlak yang mulia".
30. Imam Ali a.s. adalah lambang keimanan : "Sesungguhnya Imam Ali a.s. adalah bak sebuah pintu. Barang siapa yang memasukinya, maka ia adalah beriman, dan barang siapa keluar darinya, maka ia adalah kafir".
31. Awal salam, kemudian kalam : "Barang siapa yang memulai pembicaraan sebelum mengucapkan salam, maka janganlah kalian hiraukan".
32. Memberi sebelum diminta "Mendahului berbuat kebajikan dan memberi sebelum diminta adalah kemuliaan teragung".
33. Belajar dan menulis ilmu "Pelajarilah ilmu. Jika kalian tidak dapat untuk menghafalkannya, tulislah dan simpanlah di rumah kalian".
34. Doa yang dikabulkan : "Orang yang tidak terbersit di hatinya kecuali (mengharap) ridha (Allah) kemudian ia berdoa kepada-Nya, aku jamin doanya akan dikabulkan".
35. Pengaruh ibadah : "Barang siapa yang beribadah kepada Allah, maka Ia akan menundukkan segala sesuatu di hadapannya".
36. Pengecut : “Beliau ditanya tentang arti pengecut. Lalu beliau menjawab : “Yaitu berani kepada temannya tapi takut dari musuh-musuhnya”
37. Orang yang rugi : “Orang yang rugi adalah yang membiarkan bagianmu berlalu padahal telah ditawarkan kesempatan kepadamu”.
38. Fungsi pikiran : “Gunakan pikiran kalian karena ia adalah kehidupan yang dengannya hati kalian benar-benar hidup”.
39. Tinggalkan Sunnah yang menggangu kewajiban : “Jika pekerjaan sunnah yang mengganggu kewajiban maka tinggalkanlah”.
40. Memikirkan perut tidak memikirkan akalnya : “Aku heran kepada orang yang hanya memikirkan perutnya (makanannya) namun tidak memikirkan akalnya. Lalu menjauhkan apa yang mengganggu perutnya namun ia membiarkan sesuatu yang dapat menjerumuskannya”.
Ziarah Imam Hasan Almujtaba a.s.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاابْنَ رَسُوْلِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاابْنَ أَََمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاابْنَ فَاطِمَةَ الزَّهْرَاءِ،
اَلسَّلاُم عَلَيْكَ يَاحَبِيْبَ اللهِ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاصِفْوَةَ اللهِ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أَََمِيْنَ اللهِ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا حُجَّةَ اللهِ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا نُوْرَ اللهِ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاصِرَاطَ اللهِ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَابَيَانَ حُكْمِ اللهِ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَانَاصِرَ دِيْنِ اللهِ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أََيُّهَا السَّيِّدُ الزَّكِىّ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا الْبَرُّ الْوَفِىّ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أََيُّهَا الْقَائِمُ اْلأَمِيْنُ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا الْعَالِمُ بِالتَّأْوِيْلِ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا الْهَادِى الْمَهْدِى،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا الطَّاهِرُ الزَّكِىّ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا التَّقِىُّ النَّقِىُّ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أََيُّهَا الْحَقُّ الْحَقِيْقُ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا الشَّهِيْدُ الصِّدِّيْقُ،
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاأََبَا مُحَمَّدٍ
الْحَسَنَ بْنَ عَلِىِّ وَرَحْمَةُ اللهُ وَبَرَكاَتهُ.
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad. Salam atas mu para utusan Tuhan semesta alam. Salam atas mu, duhai putra Amirul Mukminin. Salam atasmu, duhai putra Fathimah Az-Zahra. Salam atasmu, duhai kekasih Allah. Salam atasmu, duhai pilihan Allah. Salam atasmu, duhai kepercayaan Allah. Salam atasmu, duhai bukti Allah. Salam atasmu, duhai cahaya Allah. Salam atasmu, duhai jalan Allah. Salam atasmu, duhai penjelas hukum Allah. Salam atasmu, duhai penolong Agama Allah. Salam atasmu, duhai junjungan suci.
Salam atasmu, duhai sang bajik dan benar. Salam atasmu, duhai pembangkit yang terpercaya. Salam atasmu, duhai sang ahli takwil. Salam atasmu, duhai sang petunjuk yang diberi petunjuk. Salam atasmu, duhai yang tersucikan dari dosa. Salam atasmu, duhai petaqwa nan suci. Salam atasmu, duhai kebenaran yang nyata. Salam atasmu, duhai syahid nan pembenar. Salam atasmu, duhai Abu Muhammad Al-Hasan putra Ali, rahmat Allah serta berkah-Nya atasmu.
“Al-Mujtabā” (المجتبى) adalah salah satu gelar mulia yang disematkan kepada Imam Hasan bin Ali (as), cucu pertama Nabi Muhammad (saw). Kata ini berasal dari akar kata Arab “j-b-y” (ج ب ي) yang bermakna memilih, menyaring, atau memilih yang terbaik. Gelar ini menunjukkan kedudukan spiritual dan kesempurnaan Imam Hasan (as) dalam pandangan Allah.
Makna dari gelar “al-Mujtabā” menurut para ulama, arifin;
Allah memilih Imam Hasan (as) bukan karena garis keturunannya saja, tapi karena kesucian batin dan kesiapan jiwanya untuk membawa cahaya Ilahi. “Al-Mujtaba” berarti dia yang telah disaring oleh Allah sendiri dari semua manusia.
2. Inti dari Cahaya Kenabian
Sebagai cucu Rasulullah (saw) dan anak dari Ali dan Fatimah (as), Imam Hasan adalah warisan ruhani kenabian dan wilayah. “Al-Mujtaba” bermakna permata terpilih dari intisari cahaya Nabi dan Imam.
3. Titik Keseimbangan antara Hikmah dan Kesabaran
Gelar ini mencerminkan keputusan strategis dan penuh hikmah Imam Hasan (as) dalam berdamai dengan Muawiyah demi menjaga nyawa umat. Hanya orang yang dipilih Allah-lah yang bisa memahami hikmah di balik kesabaran.
4. Cermin Rahmat Ilahi
Sebagai “al-Mujtaba”, Imam Hasan adalah manifestasi rahmat Allah bagi umat. Ia menjadi wasilah antara langit dan bumi, membawa cinta kasih dan kelembutan ilahiah.
5. Wujud Kesempurnaan Batin
Menurut arifin, “al-Mujtaba” menunjukkan bahwa batin Imam Hasan telah mencapai puncak tajalli (manifestasi Allah). Ia adalah insan kamil (manusia sempurna) yang telah dipilih oleh Allah untuk mewakili-Nya di bumi.
6. Penjaga Amanah Ilahi
Makna “al-Mujtaba” juga mengandung arti bahwa Imam Hasan adalah penjaga rahasia-rahasia Tuhan, termasuk ilmu-ilmu makrifat yang tidak diajarkan kecuali kepada ahlinya.
7. Pendamai Umat dan Penyelamat Darah Kaum Muslimin
Dalam konteks sejarah, gelar ini mengandung makna “yang dipilih untuk menjaga darah umat” — karena beliau memilih berdamai demi menghindari fitnah besar yang bisa menghancurkan Islam dari dalam.
8. Simbol Kesucian dan Zuhud
“Al-Mujtaba” juga berarti yang dipilih karena kezuhudan dan kesuciannya. Imam Hasan (as) dikenal sangat zuhud, dermawan, dan tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan.
9. Warisan Cinta Ilahi
Dalam pandangan tasawuf Syiah, “al-Mujtaba” bermakna yang telah dipilih oleh Cinta Ilahi untuk menjadi pintu bagi hamba-hamba yang mencari hakikat dan makrifat.
10. Penghubung antara Syahadah dan Wilayah
Ia berada di titik antara iman yang dibuktikan dengan pengorbanan (syahadah) dan iman yang dibuktikan dengan penguasaan spiritual (wilayah). Gelarnya “al-Mujtaba” menunjukkan bahwa Allah memilihnya untuk menampung keduanya dalam kepribadiannya.
Dalam Al-Qur’an, istilah “al-Mujtabā” (ٱلْمُجْتَبَى) berasal dari akar kata جَبَى – yajtabī (يَجْتَبِي) yang bermakna “memilih, menyaring, atau memilih yang terbaik”, makna dan konsep pemilihan ilahi (ijtibā’) sangat kuat dan hadir di berbagai ayat. “al-Mujtabā” menurut Al-Qur’an, berdasarkan kata kerja dan konsep “اجتبى” (ijtibā) yang digunakan Allah terhadap para nabi dan orang-orang suci — yang maknanya juga berlaku atas Imam Hasan (as) sebagai ahli bait dan pewaris cahaya kenabian:
إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
🔸 Ini menunjukkan bahwa pemilihan (ijtibā’) adalah pemurnian ilahi, sebagaimana Imam Hasan (as) berasal dari keluarga yang Allah pilih secara turun-temurun.
2. Yang Disucikan dan Dipilih
إِنَّ اللَّهَ ٱصْطَفَىٰٓ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَٰهِيمَ وَآلَ عِمْرَٰنَ عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ
3. Yang Dipilih karena Ilmu dan Hikmah
4. Dipilih untuk Menjadi Pemimpin Umat
لَمَّا صَبَرُوا۟ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar…”
5. Yang Dipilih karena Kesabaran di Jalan Allah
”…dan sesungguhnya mereka di sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan dan terbaik.”
6. Yang Dipilih untuk Membawa Kebenaran
خَرُّوا۟ سُجَّدًۭا وَبُكِيًّۭا
“Ketika dibacakan ayat-ayat Tuhan Yang Maha Pengasih kepada mereka, mereka tersungkur sujud dan menangis.”
7. Yang Dipilih sebagai Warisan Cahaya
“Dan Dia menjadikan kalimat itu (tauhid dan wilayah) kekal dalam keturunannya.”
8. Yang Mendapatkan Bimbingan Khusus
9. Yang Dipilih karena Kemurnian dan Kesempurnaan
10. Yang Dipilih Menjadi Wasilah
ٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ
“Carilah jalan (wasilah) untuk mendekatkan diri kepada-Nya.”
🔸 Imam Hasan adalah wasilah kepada Allah—dan hanya yang dipilih (al-mujtabā) yang bisa menjadi penghubung sejati antara langit dan bumi.
Rasulullah (saw) bersabda:
الحسنُ والحسينُ سيّدا شبابِ أهلِ الجنّة
“Hasan dan Husain adalah pemimpin para pemuda surga.”
—(Sunan Tirmidzi, dan dalam banyak riwayat Syiah seperti Amāli as-Sadūq)
✅ 2. Al-Mujtabā: Yang Dipilih untuk Menjadi Sayyid (Pemimpin) Umat
إن ابني هذا سيد، ولعل الله أن يصلح به بين فئتين عظيمتين من المسلمين
“Sesungguhnya anakku ini adalah Sayyid (pemimpin), dan semoga Allah akan memperbaiki dengan dia antara dua kelompok besar dari kaum Muslimin.”(Riwayat Sunni dan Syiah, termasuk al-Kāfī, Juz 1)
🔸 Nabi secara langsung menyebut Hasan sebagai Sayyid, tanda ia telah diijtibā (dipilih) oleh Allah sebagai penjaga perdamaian umat.
✅ 3. Al-Mujtabā: Yang Dipilih karena Ilmu dan Hikmah
📖 Hadis dari Imam Ali (as): الحسنُ بن عليٍّ علمُه علمي، وحُكمُه حكمي
“Hasan bin Ali, ilmunya adalah ilmuku, dan hukumnya adalah hukumnya aku.”(Bihar al-Anwar, 43:333)
✅ 4. Al-Mujtabā: Yang Dipilih karena Kesucian Ahlul Bait
📖 Hadis Tsaqalain: إني تاركٌ فيكم الثقلين: كتاب الله وعترتي أهل بيتي
“Aku tinggalkan dua pusaka: Kitab Allah dan ‘itrati (Ahlul Bait)…”
(Riwayat mutawatir, termasuk Sahih Muslim, Tirmidzi, dan semua sumber Syiah)
✅ 5. Al-Mujtabā: Yang Dipilih dalam Peristiwa Mubahalah
📖 Ayat al-Mubahalah (QS 3:61) dan hadis-hadis menyebut bahwa: Rasulullah membawa Hasan dan Husain sebagai “abnā’anā” (anak-anak kami) (Tafsir al-Tha’labi, Tafsir al-Qummī, al-Kāfī)
✅ 6. Al-Mujtabā: Yang Dipilih karena Kedermawanannya
كان الحسن بن عليٍّ أعبدَ الناسِ في زمانه، وأزهدَهم، وأفضلَهم، وكان إذا حجّ حجّ ماشياً، وربما مشى حافياً
“Imam Hasan adalah manusia paling taat, paling zuhud, dan paling mulia di zamannya.”(Bihar al-Anwar, 44:138)
✅ 7. Al-Mujtabā: Yang Dipilih untuk Mewarisi Imamah
يا بني إنك قد عرفتَ ما كان بيني وبين القوم، وأنت تعرف أني لم أرد الدنيا
Nahj al-Balāghah, surat 31)
✅ 8. Al-Mujtabā: Yang Dipilih untuk Menjaga Darah Umat
📖 Imam Zainal Abidin (as) berkata:
إن الحسن بن علي سلّم الأمر لمعاوية حقناً لدماء المسلمين، وعلماً بما سيقع من الظلم
“Imam Hasan menyerahkan urusan kepada Muawiyah demi menjaga darah umat Islam dan karena tahu akan datangnya fitnah.”(al-Ihtijāj al-Ṭabarsī)
✅ 9. Al-Mujtabā: Yang Dipilih oleh Allah Sejak dalam Kandungan
📖 Riwayat dari Rasulullah (saw):
الحسن والحسين إمامان، قاما أو قعدا
“Hasan dan Husain adalah dua imam, baik berdiri (memimpin) atau duduk (tidak berkuasa).”(Bihar al-Anwar, 43:284)
✅ 10. Al-Mujtabā: Yang Dipilih Sebagai Wasilah Doa
يا ابنَ رسول الله، ورحمة الله وبركاته
(Mafātīḥ al-Jinān)
📌 Makna 1: Al-Mujtabā adalah Imam yang Dipilih Allah dan Rasul-Nya
إنّ الحسنَ بنَ عليٍّ (عليهما السلام)
هو الإمام المفترض الطاعة بعد أمير المؤمنين، اجتباه اللهُ كما اجتبى أنبياءه.
“Sesungguhnya Hasan bin Ali (as) adalah imam yang wajib ditaati setelah Amirul Mukminin. Allah memilihnya (ijtibā) sebagaimana Dia memilih para nabi-Nya.”(Bihar al-Anwar, Juz 43, hal. 330)
“Hasan, putraku, telah dicurahi ilmu sepenuhnya. Ia adalah yang mendapat petunjuk dan yang memberi petunjuk.”(Bihar al-Anwar, Juz 43, hal. 287)
“Sesungguhnya saudaraku Hasan telah menerima wasiat, ilmu, dan senjata dari Rasulullah (saw). Maka ia adalah imam sepeninggalnya.”
— (al-Kāfī, Juz 1, Bab “al-Wasiyyah”)
🔸 Gelar ini bermakna bahwa Imam Hasan dipilih sebagai penerus langsung Rasulullah dalam makna batin dan lahir.
ما نزلَ بالناسِ فتنةٌ أعظمَ من الفتنة التي صبرَ عليها الحسنُ بن عليّ، فسلّمَ الأمرَ لمعاوية حقناً لدماءِ المؤمنين.
“Tak ada fitnah yang lebih besar bagi umat daripada yang ditanggung Hasan bin Ali, lalu ia bersabar dan menyerahkan urusan kepada Muawiyah demi menjaga darah orang-orang beriman.”
— (al-Ihtijāj, Syaikh al-Ṭabarsī)
🔸 Imam Hasan dipilih Allah untuk memainkan peran pengorbanan batin demi menjaga ruh Islam.
📌 Makna 5: Al-Mujtabā adalah Teladan Akhlak dan Zuhud
📖 Imam Ja‘far as-Shadiq (as): إنّ الحسنَ بن عليٍّ كان أعبدَ الناسِ وأزهدَهم وأكرمَهم نفساً، وكان إذا توضّأ ارتعدت مفاصله، وإذا وقفَ في الصلاةِ ارتعشَ قلبهُ من هيبةِ الله(Bihar al-Anwar, Juz 44, hal. 138)
📌 Makna 6: Al-Mujtabā adalah Penjaga Wasiat Rahasia Rasulullah
📖 Imam Muhammad al-Baqir (as):
ورثَ الحسنُ العلمَ والوصيّةَ من أبيه وأجداده، وكان حافظاً لسرّ رسول الله.
“Hasan mewarisi ilmu dan wasiat dari ayah dan kakek-kakeknya, dan ia penjaga rahasia Rasulullah.”Tafsīr al-‘Ayyāshī, QS al-Baqarah:2:124)
📌 Makna 7: Al-Mujtabā adalah Termasuk dalam Ayat Tathir
📖 Imam Ali ar-Ridha (as): نَحنُ أهلُ البيت الذين أذهَبَ اللهُ عنّا الرِّجسَ
وطهّرَنا تطهيراً(Tafsīr al-Qummī, QS al-Ahzab:33)
(al-Kāfī, Juz 1)
يا حسنُ بنَ عليٍّ، أيها المجتبى
يا ابنَ رسول الله، ورحمة الله وبركاته
(Mafātīḥ al-Jinān)
Makna gelar “al-Mujtabā” (ٱلْمُجْتَبَى) menurut para mufassir (ahli tafsir);
Allah memilih para nabi dan keturunan mereka. Para mufassir Syiah menyebut bahwa ijtibā’ ini juga berlaku pada Ahlul Bait, termasuk Imam Hasan (as), karena mereka adalah dzurriyah dan ahlul ilmi.
✅ 2. Al-Mujtabā = Simbol Kesucian dalam Ayat Tathir
📖 QS al-Ahzab (33:33):
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ…Mufassir seperti Allamah Thabathaba’i dalam al-Mīzān menyebut bahwa:”Ayat ini menunjukkan bahwa Ahlul Bait telah disucikan secara mutlak, dan ini adalah bentuk tertinggi dari ijtibā’.”
✅ 3. Al-Mujtabā = Abnā’ dalam Peristiwa Mubahalah
✅ 4. Al-Mujtabā = Bagian dari Keluarga Ibrahim
✅ 5. Al-Mujtabā = Penerima Ilmu Laduni
وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا
Para mufassir menyebut bahwa imam-imam Ahlul Bait menerima ilmu laduni langsung dari Allah, termasuk Imam Hasan.
✅ 6. Al-Mujtabā = Wasilah (Jalan untuk Mendekat kepada Allah)
📖 QS al-Mā’idah (5:35):
وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
Dalam Tafsir al-Mīzān, dijelaskan bahwa Ahlul Bait adalah wasilah tertinggi, karena mereka dipilih oleh Allah untuk menjadi penghubung antara langit dan bumi.
✅ 7. Al-Mujtabā = Pemimpin Umat secara Ilahi
✅ 8. Al-Mujtabā = Termasuk dalam Kalimat Baqiyyah (Kalimat Kekal dalam Keturunan Ibrahim)
📖 QS Az-Zukhruf (43:28):
وَجَعَلَهَا كَلِمَةًۭ بَاقِيَةًۭ فِى عَقِبِهِۦ
Tafsir menyebut bahwa kalimat tauhid dan wilayah dijadikan kekal dalam keturunan Ibrahim, dan Ahlul Bait adalah puncak dari keturunan itu.
✅ 9. Al-Mujtabā = Simbol Hikmah dan Perdamaian
✅ 10. Al-Mujtabā = Manifestasi Rahmat Allah
Tafsir Syiah menjelaskan bahwa rahmat Nabi (saw) juga terwariskan kepada Ahlul Bait, termasuk Imam Hasan, sebagai penyambung rahmat itu.
Makna gelar “al-Mujtabā” menurut mufassir Syiah, khususnya para ahli tafsir seperti Allāmah Thabāṭabā’ī (Tafsir al-Mīzān), Syaikh Thabarsī (Majma‘ al-Bayān), Al-‘Ayyāsyī, dan al-Qummī, yang semuanya berpegang pada prinsip tafsīr bi-l-ma’tsūr (tafsir berdasar riwayat Ahlul Bait) serta makna batiniah (ta’wīl).
📖 QS Al-An‘ām (6):87; وَمِنْ آبَائِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ… وَاجْتَبَيْنَاهُمْ
Allāmah Thabāṭabā’ī (al-Mīzān): Ijtibā’ adalah pemilihan istimewa yang bersumber dari ilmu Allah tentang kelayakan makhluk. Ahlul Bait, khususnya Imam Hasan, berada dalam kedudukan ini.”
✅ 2. Al-Mujtabā = Yang Termasuk dalam Ayat Tathīr
Tafsir al-Qummī & al-Burhān: Ahlul Bait dalam ayat ini termasuk Hasan dan Husain (as). Penyucian total ini adalah bentuk tertinggi dari ijtibā’, karena Allah hanya menyucikan yang telah dipilih-Nya.
✅ 3. Al-Mujtabā = Abnā’anā dalam Peristiwa Mubahalah
✅ 4. Al-Mujtabā = Imam yang Dipilih Berdasarkan Ilmu Allah
📖 QS al-Baqarah (2):124
إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا…
Tafsir al-Mīzān: Allah tidak menunjuk seorang imam kecuali setelah dia lulus ujian batin dan layak secara maknawi. Imamah adalah cabang dari ijtibā’.
✅ 5. Al-Mujtabā = Pewaris Ilmu Ladunī
وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا
Dalam Tafsir al-Qummī: Para Imam Ahlul Bait memiliki ‘ilm ladunī sebagaimana Khidr, dan ilmu ini tidak diperoleh dari manusia, tapi dari Allah langsung.
✅ 6. Al-Mujtabā = Pemilik Wasilah kepada Allah
Tafsir al-Mīzān: Wasilah adalah orang-orang yang mendekatkan manusia kepada Allah. Dalam banyak riwayat, wasilah adalah Ahlul Bait.
✅ 7. Al-Mujtabā = Yang Memiliki Kalimat Baqiyyah (Kekal dalam Wilayah)
وَجَعَلَهَا كَلِمَةًۭ بَاقِيَةًۭ فِى عَقِبِهِۦ
Tafsir al-Burhān: “Kalimat baqiyyah” adalah wilayah dan tauhid yang diwariskan secara ruhani. Hasan termasuk dalam keturunan Ibrahim yang mewarisi “kalimat Allah”.
✅ 8. Al-Mujtabā = Yang Dipilih karena Kesabaran Melindungi Umat
لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Tafsir al-Mīzān: Allah memilih imam dari kalangan mereka yang sabar dalam musibah dan yakin kepada ayat-ayat Allah.
✅ 9. Al-Mujtabā = Pembawa Rahmat Allah
Tafsir para mufassir Syiah menyatakan:”Rahmat ini tidak berhenti pada Nabi, tapi mengalir pada Ahlul Bait melalui imamah dan wilayah.”
✅ 10. Al-Mujtabā = Hamba Mukhlash (Murni karena Allah)
📖 QS Shād (38):83
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ
Tafsir al-Mīzān: Al-mukhlashīn adalah mereka yang telah disaring dan dipilih oleh Allah sehingga tidak bisa disentuh oleh setan.
Menurut mufassir Syiah, gelar “al-Mujtabā” bagi Imam Hasan (as) bukan hanya panggilan kehormatan, tapi memiliki landasan Qur’ani yang dalam dan dihubungkan langsung dengan ayat-ayat ijtibā’, tathīr, mubahalah, imamah, dan wilayah.
Gelar ini mengandung makna bahwa Imam Hasan (as):
• Dipilih langsung oleh Allah (bukan melalui suara umat)
• Disucikan secara batin dan lahir
• Mewakili Rasulullah dalam posisi ruhani dan wilayah
• Menjadi penjaga umat dan jembatan makrifat
Makna gelar “al-Mujtabā” menurut ahli makrifat dan hakikat;
🕊 2. Al-Mujtabā = Yang Disucikan dari Segala Keterikatan
Dalam hakikat, “al-Mujtabā” adalah yang dipilih karena telah lepas dari segala bentuk hubb al-dunyā (kecintaan pada dunia).
🌙 3. Al-Mujtabā = Wajah Cermin Rahmah Tuhan Ahli makrifat melihat Imam Hasan (as) sebagai tajalli Rahmān dan Rahīm, yakni manifestasi kasih sayang Tuhan dalam bentuk manusia.
🔐 4. Al-Mujtabā = Pewaris Sirr Muhammad (saw); Setiap Imam memiliki sirr (rahasia ilahi) yang diwarisi dari Nabi.
🪶 5. Al-Mujtabā = Yang Dipilih untuk Menampung Sabda Tuhan
Dalam hakikat, para Imam adalah tempat turunnya kalām Ilahi (bukan wahyu syariat, tapi limpahan nur maknawi).
🪔 6. Al-Mujtabā = Cermin Pengetahuan Tauhid; Ia disebut “mujtabā” karena hatinya telah tajalli dengan makna tauhid, hingga tidak tersisa selain Allah dalam pandangan batinnya.
🔥 7. Al-Mujtabā = Yang Dipilih untuk Menyembunyikan Kemuliaan
Salah satu maqam tertinggi dalam hakikat adalah asrār al-khumūl (rahasia tersembunyi).
🕋 8. Al-Mujtabā = Hujjah Rahasia atas Ahlul Bāṭin Ahli hakikat mengatakan: “Batin dunia dikendalikan oleh hujjah Allah yang tersembunyi.”
⚖ 9. Al-Mujtabā = Penyeimbang antara Jālī dan Khafī (Yang Terlihat dan Tersembunyi)
Ahli makrifat memandang Imam Hasan (as) sebagai maqām al-wasṭ, yaitu titik tengah antara kekuatan batin dan kekuatan zahir.
➡️ Ia adalah “al-Mujtabā” karena mampu menampung kekuatan syahādah (martabat dunia) dan ghaib (martabat langit) sekaligus.
🧬 10. Al-Mujtabā = Titik Pertemuan Nur Nubuwwah dan Wilāyah; Dalam arifiyyat, Imam Hasan (as) adalah “maqām al-jam‘” — tempat bertemunya dua samudra:
• Nur Nubuwwah (dari Rasul)
• Nur Wilāyah (dari Ali)
🧭 Penutup Makrifat: Gelar “al-Mujtabā” bagi Imam Hasan (as) dalam pandangan ahli hakikat adalah puncak pemilihan batiniah Allah terhadap hamba yang telah melebur dalam cahaya-Nya.
Ia bukan sekadar tokoh sejarah atau imam politik, tapi qiblat ruhani bagi para pencari Allah.
🌟 1. Al-Mujtabā = Wajah Pilihan Allah dalam Alam Arwāḥ
➡️ Maka, Imam Hasan bukan hanya dipilih di dunia, tetapi telah dikhususkan sejak azal.
🕊 2. Al-Mujtabā = Tajallī Rahmat al-Rabb
🪶 3. Al-Mujtabā = Simpul Kesucian antara Nubuwwah dan Imāmah Ahli hakikat menjelaskan bahwa Imam Hasan (as) adalah sumbu pertemuan dua nur:
• Nubuwwah (kenabian) dari Nabi Muhammad (saw)
• Wilāyah (kekuasaan spiritual) dari Imam Ali (as)
🕯 4. Al-Mujtabā = Pemilik Rahasia “Diam Ilahi” Dalam jalan ma‘rifat, Imam Hasan (as) adalah tanda dari diamnya Wali Allah dalam menghadapi fitnah, namun bukan karena kelemahan.
🔐 5. Al-Mujtabā = Pewaris Sirr al-Maḥbūbiyyah Gelar ini juga bermakna: “yang dipilih karena dicintai oleh Tuhan” (المحبوب المختار).
💎 6. Al-Mujtabā = Yang Menyembunyikan Keagungan di Balik Kesederhanaan Ahli hakikat memandang Imam Hasan (as) sebagai tanda wujud al-Khumūl (tersembunyi), yakni wali agung yang menyembunyikan maqam spiritualnya demi hikmah ilahiah.
➡️ Ia adalah “mujtabā” karena tidak menampakkan semua hakikatnya, kecuali kepada yang layak.
⚖ 7. Al-Mujtabā = Penjaga Mīzān Ilahi dalam Sejarah Menurut para arifin Syiah, beliau adalah yang menjaga keseimbangan antara zahir dan batin, antara kesabaran dan perjuangan.
🔥 8. Al-Mujtabā = Lilin yang Meleleh untuk Umat Ia disebut “mujtabā” karena dirinya melebur dan hancur demi menyelamatkan umat dari kehancuran.
🌙 9. Al-Mujtabā = Penampung Cahaya yang Tidak Menyilaukan
Berbeda dengan cahaya al-Husain (as) yang membakar, cahaya al-Hasan (as) lembut dan mendidik batin tanpa membakar zahir.
🧬 10. Al-Mujtabā = Titik Peralihan antara Samā’ (langit) dan Arḍ (bumi) Dalam ma‘rifat Syiah, para Imam adalah penghubung langit dan bumi, dan Imam Hasan adalah titik peralihan setelah Nabi.
➡️ Maka ia disebut “al-Mujtabā” karena dipilih menjadi jembatan antara akhir kenabian dan awal penjagaan batin syariat.
📿 Penutup: Dalam ma‘rifat Syiah, gelar al-Mujtabā bukan sekadar nama, tapi maqam (kedudukan ruhani). Ia hanya disandang oleh hamba Allah yang telah melepaskan dirinya dari semua selain Allah (fanā’) dan dipilih menjadi tempat bertajallinya sifat-sifat Ilahi.
Kisah dan cerita maknawi yang menggambarkan makna “al-Mujtabā” menurut ahli hakikat Syiah, khususnya dalam kehidupan dan sikap-sikap ruhani Imam Ḥasan al-Mujtabā (as). Kisah-kisah ini tidak hanya menyentuh aspek sejarah lahiriah, tapi juga membuka pintu makna batin dan hakikat maqam beliau sebagai “yang terpilih” oleh Allah.
🪔 5. Kisah Lelaki Badui dan Cara Ilahi Seorang Arab Badui berperilaku kasar kepada Imam Hasan. Orang-orang marah. Tapi Imam menuntunnya ke rumah dan memberinya hadiah dan makanan. Lelaki itu menangis dan berkata: “Engkau menyerupai Nabi dalam wajah dan akhlak!”
🕋 6. Kisah Saat Imam Berbagi Karpet di Masjid Imam Hasan melihat seorang lelaki miskin sedang duduk di pojok masjid dengan tatapan kosong. Imam melepaskan karpet tempatnya duduk dan menggelarnya untuk lelaki itu. Ketika lelaki itu berkata: “Wahai cucu Nabi, engkau layak duduk di tempat itu!”Imam menjawab: “Yang dipilih oleh Tuhan adalah yang meletakkan dirinya di bawah makhluk-Nya demi menampakkan keagungan-Nya.”
⚖ 7. Kisah Rakyat yang Mengkhianati, dan Imam yang Mendoakan Dalam perang melawan Muawiyah, banyak pasukan Imam Hasan membelot. Bahkan ia ditikam oleh salah satu “pengikutnya sendiri.” Imam tetap mendoakan mereka agar Allah memberikan mereka hidayah.
🌊 8. Kisah Darah yang Tumpah dalam Sunyi Saat diracun oleh istrinya atas perintah Muawiyah, darah segar keluar dari hati Imam. Ia tidak mengadu atau melawan. Ia hanya berdoa agar umat tidak binasa karena dendam.
🕯 9. Kisah Imam dan Si Pencuri di Madinah Suatu malam, Imam mendapati seseorang mencuri dari kebun keluarganya. Ia tidak memarahi, tapi membiarkan lelaki itu pergi. Keesokan harinya, ia mengutus seseorang mengantar makanan ke rumah si pencuri.
Dalam jalan hakikat, “terpilih” berarti: “Hamba yang menghapus kehendaknya sendiri, agar yang tampak hanya kehendak Allah.”
Manfaat dan doa-doa yang terkait dengan gelar suci “al-Mujtabā” (المُجْتَبى), khususnya dalam pandangan ahli hakikat Syiah.
🌟 Manfaat Memahami dan Menyebut “al-Mujtabā”
1. Mendekatkan Diri pada Jalan Lembut Ahlul Bait Memahami makna “al-Mujtabā” menanamkan kelembutan, kesabaran, dan kasih dalam hati—jalan ruhani yang diwarisi Imam Hasan (as).
2. Mengaktifkan Cermin Ma‘rifat dalam Diri Imam al-Mujtabā adalah cermin hakikat Nabi Muhammad (saw). Menyebut namanya dengan cinta mempercepat tajalli (manifestasi Ilahi) dalam jiwa.
3. Melatih Hati Menang Tanpa Membalas Meneladani al-Mujtabā melatih kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kemarahan, tapi dengan hikmah.
4. Menghilangkan Hasad dan Ego Dzikir kepada Imam Hasan dengan gelar “al-Mujtabā” membantu menyaring kotoran batin seperti iri, benci, dan dendam.
5. Membuka Pintu Rezeki Ruhani Menyebut namanya dengan cinta dalam doa dapat menjadi sebab dibukanya rezeki maknawi, yaitu cahaya hati dan ketenangan jiwa.
6. Menjadi Wasilah Keturunan yang Saleh Imam Hasan (as) adalah Aba al-Aimmah (ayah para imam). Memohon melalui beliau dapat menjadi sebab dikaruniakan anak-anak yang bercahaya.
7. Melembutkan Hati Keras Nama “al-Mujtabā” memiliki sir (rahasia Ilahi) yang melembutkan hati seperti embun pada tanah keras.
🌿 Doa-Doa dalam Nama dan Maqam “al-Mujtabā”
📜 1. Doa Singkat Memohon Kedekatan Ruhani
اَللّٰهُمَّ بِحَقِّ الْمُجْتَبَى، قَرِّبْ قَلْبِي إِلَيْكَ كَمَا اصْطَفَيْتَهُ لِنَفْسِكَ
Allāhumma bi-ḥaqqi al-Mujtabā, qarrib qalbī ilayka kamā iṣṭafaytahu linafsik.
“Ya Allah, demi al-Mujtabā, dekatkan hatiku kepada-Mu sebagaimana Engkau memilihnya untuk diri-Mu.”
📜 2. Doa Penentram Jiwa Saat Dikhianati
يَا مُجْتَبَى اللهِ، عَلِّمْنِي كَيْفَ أَصْمُتُ بِصَبْرِكَ وَأُعْفُوَ بِرَحْمَتِكَ
Yā Mujtabā Allāh, ‘allimnī kaifa aṣmutu bi-ṣabrika wa a‘fuwā bi-raḥmatika
“Wahai yang dipilih oleh Allah, ajarkan aku diam dengan sabarmu dan memaafkan dengan rahmatmu.”
📜 3. Doa Dzikir Pagi (Maqam Mahabbah)
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ حَبِيْبَ قَلْبِي مِثْلَ الْمُجْتَبَى فِي صَبْرِهِ، وَزُهْدِهِ، وَوُدِّهِ
Allāhumma aj‘al ḥabība qalbī mitla al-Mujtabā fī ṣabrihī, wa zuhdi-hī, wa wuddi-hī.
“Ya Allah, jadikan kekasih hatiku seperti al-Mujtabā dalam sabarnya, zuhudnya, dan kasihnya.”
📜 4. Doa Permohonan Wasilah dan Syafa‘at
بِجَاهِ الْمُجْتَبَى، يَا رَبِّ، اجْعَلْنِي فِي زُمْرَتِهِ، وَارْزُقْنِي نَظْرَةً مِنْ نُورِهِ
Bi-jāhi al-Mujtabā, yā Rabb, aj‘alnī fī zumratihī, warzuqnī naẓratan min nūrih.
“Demi kemuliaan al-Mujtabā, ya Rabb, kumpulkan aku dalam barisannya dan anugerahkan aku cahaya dari pandangannya.”
📜 5. Dzikir Cinta untuk Hati yang Penat
يَا حَسَنُ، يَا مُجْتَبَى، أَنْتَ الرَّاحَةُ فِي التَّعَبِ، وَالسَّكِينَةُ فِي الْفِتْنَةِ
Yā Ḥasan, yā Mujtabā, anta al-rāḥah fī al-ta‘ab, wa al-sakīnah fī al-fitnah.
🌺 Penutup Hikmah: “Al-Mujtabā bukan hanya gelar, ia adalah jalan ruhani: sebuah maqam jiwa yang memilih diam ketika bisa bicara, memaafkan ketika bisa membalas, dan mencintai ketika bisa menjauhi.”
Semoga bermanfaat!!!
Mohon Doa!!!!
Comments
Post a Comment