Makna ; Al-Mujtaba; Salam untuk Imam Hasan Al-Mujtaba atas Syahadahnya

Berduka atas Syahadahnya; Imam Hasan bin Ali bin Abi Tholib as (Imam Al-Mujtaba) 7 Shofar 50 H 

Bio data Imam Al-Mujtaba a.s.

Nama :  Hasan  Gelar   : Al-Mujtaba
Panggilan  : Abu Muhammad
Ayah  : Ali bin Abi Thalibb Ibu : Fatimah 
Kelahiran    : Madinah, 15 Ramadhan 3 H. Usia : 47 tahun
Syahid : 7/28 Shafar 50 H
Makam : Pemakaman Baqi,Madinah
Jumlah Anak  : 15 orang. 
8 laki-laki. 7 perempuan

Biografi Singkat Imam Hasan AL-Mujtaba a.s. 

 Imam Hasan a.s. adalah putra pertama pasangan Imam Ali a.s. dan Fathimah Az-Zahra` a.s. Ia dilahirkan di Madinah pada tanggal 15 Ramadhan 2 atau 3 H. Setelah sang ayah syahid, ia memegang tampuk pemerintahan Islam selama enam bulan. 

Ia syahid pada tahun 50 H. setelah diracun oleh istrinya sendiri, Ja'dah di usianya yang ke-48 tahun. 

Ia dilarang penguasa untuk dikuburkan di samping kakeknya Rasulullah saw akhirnya di kuburkan Perkuburan Baqi'  di samping tiga imam ma'shum lainnya dan menjadi tempat ziarah para pencinta Ahlul Bayt a.s. Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab Tarikhul Khulafa` bercerita: "Imam Hasan a.s. dilahirkan pada tahun 3 H. Ia adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah SAW. Pada hari ketujuh dari kelahirannya, Rasulullah SAW. menyembelih kambing untuk akikahnya dan ia mencukur rambutnya. 

Rambut itu kemudian ditimbang dan sesuai dengan kadar timbangannya Rasulullah SAW.bersedekah perak. 

Ia adalah salah satu ahli kisa`. Rasulullah SAW. bersabda: "Ya Allah, aku sangat mencintainya, oleh karena itu, cintailah dia". Pada kesempatan yang lain ia bersabda: "Hasan dan Husein adalah dua penghulu penghuni surga".  Ibnu Abbas berkata: "Suatu hari Hasan naik di atas pundak Rasulullah SAW.. Salah seorang sahabat berkata: "Wahai anak muda, engkau memiliki tunggangan yang sangat bagus!".Tidak begitu, ia adalah penunggang yang terbaik", jawab Rasulullah SAW. menimpali. Ia memiliki jiwa yang tenang, berwibawa, tegar, pemaaf dan sangat disukai masyarakat. Ia sangat peduli terhadap orang-orang miskin. Ia sering membantu mereka melebihi kebutuhan mereka sehingga kehidupan mereka sedikit lebih makmur. Hal ini karena ia tidak ingin seorang peminta datang beberapa kali kepadanya untuk meminta sesuatu yang akhirnya ia merasa malu. Di sepanjang umurnya, ia telah menginfakkan seluruh kekayaannya sebanyak dua kali dan mewakafkan hartanya sebanyak tiga kali. Ia adalah seorang pejuang pemberani. Selama menjadi anggota pasukan ayahnya, dalam setiap peperangan ia menjadi anggota pasukan terdepan. Pada peristiwa perang Jamal dan Shiffin, ia termasuk salah seorang pejuang berani mati.

40 Hadis dari Imam Hasan Al-Mujtaba a.s.

1.     Nasihat dengan penuh ikhlas  
"Wahai manusia, barang siapa yang menasihati (orang lain) demi Allah dan menjadikan firman-Nya sebagai petunjuk bagi dirinya untuk menempuh jalan yang lurus, maka Ia akan menunjukkannya ke jalan yang lurus dan mempermudah baginya jalan kebaikan. Karena orang yang berlindung kepada Allah akan merasa aman terjaga dan musuh-Nya akan merasa takut dan terhina. Maka mintalah perlindungan kepada Allah dengan memperbanyak zikir".

2.   Zuhud, kesabaran dan kebenaran 
Ia pernah ditanya tentang zuhud. Ia menjawab: "(Zuhud) adalah membekali diri dengan takwa dan meninggalkan dunia".Ia pernah ditanya tentang kesabaran. Iab menjawab: "(Kesabaran) adalah menahan emosi dan dapat menguasai diri".Ia pernah ditanya tentang kebenaran. Menghancurkan kemungkaran dengan perbuatan ma'ruf", jawabnya singkat.

3.     Takwa : "Takwa adalah pintu setiap taubat, puncak segala hikmah dan kemuliaan setiap amalan. Dengan takwa yang dimilikinya orang-orang yang bertakwa bisa jaya".

4.     Khalifah yang benar : "Khalifah yang benar adalah yang berjalan di atas sunnah Rasulullah SAW., beramal sesuai dengan ketaatan kepada Allah. Demi Allah, kami (Ahlul Bayt) adalah bendera hidayah dan penunjuk kepada jalan ketakwaan".

5.     Hakikat kedermawanan dan kehinaan : “Ia pernah ditanya tentang kedermawanan. Ia menjawab:"Memberi terlebih dahulu sebelum diminta dan memberikan makanan ketika musim paceklik".
Dan ia pernah ditanya tentang kehinaan. "Memiliki pandangan yang sempit dan enggan memberi walaupun sedikit", jawabnya tegas.

6.     Pentingnya musyawah: "Sebuah kaum tidak melaksanakan musyawarah kecuali mereka akan mendapat petunjuk menuju kesempurnaan mereka".

7. Kehinaan : "Engkau hina ketika engkau tidak menyukuri nikmat".

8. Lebih buruk dari sebuah kehinaan Kehinaan lebih ringan daripada siksa api neraka".

9. Mengenal sahabat : Imam Hasan a.s. berpesan kepada sebagian putra-putrinya: "Wahai anak-anakku, jangan kau bersahabat dengan seseorang kecuali engkau telah mengetahui di mana ia berada dan ke mana ia pergi. Jika engkau telah mengetahui keahliannya dan rela untuk bersahabat dengannya, maka bersahabatlah dengannya atas dasar memaafkan segala kesalahannya dan selalu bersamanya dalam setiap kesulitan".

10. Bekerja sambil bertawakal 
Janganlah engkau mencari keinginanmu seperti orang yang sok menang dan janganlah bersandar kepada qadha dan qadar bak orang yang kalah, (bahkan berusahalah selalu sambil bertawakal kepada Allah)".

11. Kerabat dekat dan orang asing 
Kerabat dekat adalah orang yang didekatkan oleh rasa cinta meskipun nasabnya berjauhan dan orang asing adalah orang yang tidak dihubungkan oleh rasa cinta kasih meskipun nasabnya dekat".

12. Percaya kepada ketentuan Allah 
Barang siapa yang percaya atas kebaikan pilihan Allah untuknya, maka ia tidak akan berharap berada di dalam selain kondisi yang telah ditentukan untuk dirinya".

13. Pengaruh pergi ke masjid: 
Barang siapa yang pergi ke masjid secara kontinyu, maka ia akan mendapatkan salah satu dari delapan hal berikut: 
1). Memahami ayat-ayat Ilahi. 2). Sahabat yang dapat bermanfaat baginya. 3). Ilmu baru. 4). Rahmat yang sedang menunggunya. 5). Nasihat yang akan menunjukkannya ke jalan petunjuk. 6). Nasihat yang akan mencegahnya dari kehinaan. 7). Meninggalkan dosa karena malu (kepada Allah), dan 8). Meninggalkan dosa karena takut kepada Allah".

14. Mata, hati dan telinga terbaik 
Mata yang paling tajam adalah mata yang digunakan untuk melihat kebaikan, telinga yang paling pendengar adalah telinga yang menerima segala nasihat dan dapat mengambil faedah darinya, dan hati yang paling selamat adalah hati yang bersih dari segala syubhah".

15. Tazkiah tersirat dalam ibadah Barang siapa yang melaksanakan ibadah, maka ia telah membersihkan diri. Jika shalat sunnah menghalangi (terlaksananya) shalat wajib, maka tinggalkanlah shalat sunnah tersebut".

16. Orang yang berakal : "Orang yang berakal tidak akan menipu orang yang meminta nasihat darinya".

17. Menghargai ibadah : "Jika seseorang dari kalian bertemu saudaranya (seiman), maka ciumlah keningnya, (karena tempat itu) adalah tempat memancarnya cahaya ibadah".

18. Harapan : "Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok, dan jika engkau menginginkan kemuliaan tanpa dukungan kerabat dan kewibawaan tanpa kerajaan, maka keluarlah dari lingkaran maksiat menuju ke puncak ketaatan kepada Allah azza wa jalla".

19. Tanda-tanda akhlak mulia: 
"Tanda-tanda akhlak mulia adalah sepuluh hal: 1). Jujur, 2). Jujur ketika ditimpa musibah, 3). Memberikan bantuan kepada para peminta, 4). Berakhlak mulia, 5). Memberikan upah untuk setiap pekerjaan, 6). Silaturahmi, 7). Membela tetangga,  8). Memperhatikan hak-hak sahabat  9). Menjamu tamu dan 10). Yang lebih penting adalah memiliki rasa malu".

20. Memuji dan mengghibah :
Imam Hasan a.s. berkata kepada seseorang "Jangan terlalu memujiku karena aku lebih tahu tentang diriku darimu, jangan engkau membohongkanku karena aku tidak pernah melihat diriku berkata bohong, dan jangan mengghibah seseorang di hadapanku".

21. Faktor-faktor pembinasa manusia; 
“Kebinasaan seseorang tersembunyi di balik tiga hal: kesombongan, ketamakan dan kedengkian. Kesombongan adalah faktor pembinasa agama dan karena kesombongan tersebut Iblis dilaknat. Ketamakan adalah musuh hati dan karena ketamakan tersebut Nabi Adam dikeluarkan dari surga. Kedengkian adalah sumber keburukan dan karena rasa dengki tersebut Qabil tega membunuh Habil".

22. Takwa dan tafakur : "Aku wasiatkan takwa kepada kalian dan selalu bertafakur. Karena tafakur adalah ayah dan ibu segala kebaikan".

23. Mencuci tangan sebelum dan setelah makan : "Mencuci tangan sebelum makan dapat memusnahkan kefakiran dan mencuci tangan setelah makan dapat menghilangkan kesusahan".

24. Dunia adalah tempat beramal 
"Seluruh manusia sekarang berada di sebuah rumah kelupaan, mereka beramal dan tidak tahu (apa akibat sebenarnya). Ketika mereka sudah masuk ke dunia akhirat, mereka akan berada di sebuah rumah keyakinan. Mereka akan mengetahui (seluruh balasan amalan) dan tidak perlu lagi untuk beramal".

25. Sejalan dengan masyarakat : "Bergaullah dengan masyarakat sekitarmu dengan cara yang engkau sukai diperlakukan oleh mereka ".

26. Peran akal, kemauan dan agama : "Orang yang tidak berakal tidak akan memiliki etika, orang yang tidak memiliki kemauan tidak akan memiliki kejantanan, dan orang yang tidak beragama tidak akan memiliki rasa malu".

27. Mengajar dan belajar : "Ajarkanlah kepada orang lain ilmu yang kau miliki dan belajarlah ilmu yang dimiliki oleh orang lain".

28. Kepada siapakah kita harus pergi : "Jangan kau mendatangi seseorang kecuali engkau mengharapkan kebaikannya, takut akan kelalimannya, mengambil manfaat dari ilmunya, mengharapkan berkah atau doanya, atau menyambung silaturahmi antara dia dan dirimu".

29. Akal dan kebodohan : "Tiada kekayaan yang lebih besar dari akal, tiada kefakiran seperti kebodohan, tiada yang lebih ditakuti dari sifat berbangga diri, dan tiada kehidupan yang lebih indah dari pada akhlak yang mulia".

30. Imam Ali a.s. adalah lambang keimanan : "Sesungguhnya Imam Ali a.s. adalah bak sebuah pintu. Barang siapa yang memasukinya, maka ia adalah beriman, dan barang siapa keluar darinya, maka ia adalah kafir".

31. Awal salam, kemudian kalam : "Barang siapa yang memulai pembicaraan sebelum mengucapkan salam, maka janganlah kalian hiraukan".

32. Memberi sebelum diminta "Mendahului berbuat kebajikan dan memberi sebelum diminta adalah kemuliaan teragung".

33. Belajar dan menulis ilmu "Pelajarilah ilmu. Jika kalian tidak dapat untuk menghafalkannya, tulislah dan simpanlah di rumah kalian".

34. Doa yang dikabulkan : "Orang yang tidak terbersit di hatinya kecuali (mengharap) ridha (Allah) kemudian ia berdoa kepada-Nya, aku jamin doanya akan dikabulkan".

35. Pengaruh ibadah : "Barang siapa yang beribadah kepada Allah, maka Ia akan menundukkan segala sesuatu di hadapannya".

36. Pengecut : “Beliau ditanya tentang arti pengecut. Lalu beliau menjawab : “Yaitu berani kepada temannya tapi takut dari musuh-musuhnya”

37. Orang yang rugi : “Orang yang rugi adalah yang membiarkan bagianmu berlalu padahal telah ditawarkan kesempatan kepadamu”.

38. Fungsi pikiran : “Gunakan pikiran kalian karena ia adalah kehidupan yang dengannya hati kalian benar-benar hidup”.

39. Tinggalkan Sunnah yang menggangu kewajiban : “Jika pekerjaan sunnah yang mengganggu kewajiban maka tinggalkanlah”.

40. Memikirkan perut tidak memikirkan akalnya : “Aku heran kepada orang yang hanya memikirkan perutnya (makanannya) namun tidak memikirkan akalnya. Lalu menjauhkan apa yang mengganggu perutnya namun ia membiarkan sesuatu yang dapat menjerumuskannya”.

Ziarah Imam Hasan Almujtaba a.s. 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاابْنَ رَسُوْلِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاابْنَ أَََمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاابْنَ فَاطِمَةَ الزَّهْرَاءِ، 

اَلسَّلاُم عَلَيْكَ يَاحَبِيْبَ اللهِ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاصِفْوَةَ اللهِ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أَََمِيْنَ اللهِ، 

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا حُجَّةَ اللهِ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا نُوْرَ اللهِ، 

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاصِرَاطَ اللهِ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَابَيَانَ حُكْمِ اللهِ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَانَاصِرَ دِيْنِ اللهِ، 

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أََيُّهَا السَّيِّدُ الزَّكِىّ، 

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا الْبَرُّ الْوَفِىّ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أََيُّهَا الْقَائِمُ اْلأَمِيْنُ، 

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا الْعَالِمُ بِالتَّأْوِيْلِ، 

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا الْهَادِى الْمَهْدِى،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا الطَّاهِرُ الزَّكِىّ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا التَّقِىُّ النَّقِىُّ، 

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أََيُّهَا الْحَقُّ الْحَقِيْقُ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَََيُّهَا الشَّهِيْدُ الصِّدِّيْقُ،

 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاأََبَا مُحَمَّدٍ 

الْحَسَنَ بْنَ عَلِىِّ وَرَحْمَةُ اللهُ وَبَرَكاَتهُ.

Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. 

Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad. Salam atas mu para utusan  Tuhan semesta alam. Salam atas mu, duhai putra Amirul Mukminin. Salam atasmu, duhai putra Fathimah Az-Zahra. Salam atasmu, duhai kekasih Allah. Salam atasmu, duhai pilihan Allah. Salam atasmu, duhai kepercayaan Allah. Salam atasmu, duhai bukti Allah. Salam atasmu, duhai cahaya Allah. Salam atasmu, duhai jalan Allah. Salam atasmu, duhai penjelas hukum Allah. Salam atasmu, duhai penolong Agama Allah. Salam atasmu, duhai junjungan suci. 

Salam atasmu, duhai sang bajik dan benar. Salam atasmu, duhai pembangkit yang terpercaya. Salam atasmu, duhai sang ahli takwil. Salam atasmu, duhai sang petunjuk yang diberi petunjuk. Salam atasmu, duhai yang tersucikan dari dosa. Salam atasmu, duhai petaqwa nan suci. Salam atasmu, duhai kebenaran yang nyata. Salam atasmu, duhai syahid nan pembenar. Salam atasmu, duhai Abu Muhammad Al-Hasan putra Ali, rahmat Allah serta berkah-Nya atasmu.


“Al-Mujtabā” (المجتبى) adalah salah satu gelar mulia yang disematkan kepada Imam Hasan bin Ali (as), cucu pertama Nabi Muhammad (saw). Kata ini berasal dari akar kata Arab “j-b-y” (ج ب ي) yang bermakna memilih, menyaring, atau memilih yang terbaik. Gelar ini menunjukkan kedudukan spiritual dan kesempurnaan Imam Hasan (as) dalam pandangan Allah.

Makna dari gelar “al-Mujtabā” menurut para ulama, arifin;

1. Yang Terpilih dari Langit
Allah memilih Imam Hasan (as) bukan karena garis keturunannya saja, tapi karena kesucian batin dan kesiapan jiwanya untuk membawa cahaya Ilahi. “Al-Mujtaba” berarti dia yang telah disaring oleh Allah sendiri dari semua manusia.

2. Inti dari Cahaya Kenabian
Sebagai cucu Rasulullah (saw) dan anak dari Ali dan Fatimah (as), Imam Hasan adalah warisan ruhani kenabian dan wilayah. “Al-Mujtaba” bermakna permata terpilih dari intisari cahaya Nabi dan Imam.

3. Titik Keseimbangan antara Hikmah dan Kesabaran
Gelar ini mencerminkan keputusan strategis dan penuh hikmah Imam Hasan (as) dalam berdamai dengan Muawiyah demi menjaga nyawa umat. Hanya orang yang dipilih Allah-lah yang bisa memahami hikmah di balik kesabaran.

4. Cermin Rahmat Ilahi
Sebagai “al-Mujtaba”, Imam Hasan adalah manifestasi rahmat Allah bagi umat. Ia menjadi wasilah antara langit dan bumi, membawa cinta kasih dan kelembutan ilahiah.

5. Wujud Kesempurnaan Batin
Menurut arifin, “al-Mujtaba” menunjukkan bahwa batin Imam Hasan telah mencapai puncak tajalli (manifestasi Allah). Ia adalah insan kamil (manusia sempurna) yang telah dipilih oleh Allah untuk mewakili-Nya di bumi.

6. Penjaga Amanah Ilahi
Makna “al-Mujtaba” juga mengandung arti bahwa Imam Hasan adalah penjaga rahasia-rahasia Tuhan, termasuk ilmu-ilmu makrifat yang tidak diajarkan kecuali kepada ahlinya.

7. Pendamai Umat dan Penyelamat Darah Kaum Muslimin
Dalam konteks sejarah, gelar ini mengandung makna “yang dipilih untuk menjaga darah umat” — karena beliau memilih berdamai demi menghindari fitnah besar yang bisa menghancurkan Islam dari dalam.

8. Simbol Kesucian dan Zuhud
“Al-Mujtaba” juga berarti yang dipilih karena kezuhudan dan kesuciannya. Imam Hasan (as) dikenal sangat zuhud, dermawan, dan tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan.

9. Warisan Cinta Ilahi
Dalam pandangan tasawuf Syiah, “al-Mujtaba” bermakna yang telah dipilih oleh Cinta Ilahi untuk menjadi pintu bagi hamba-hamba yang mencari hakikat dan makrifat.

10. Penghubung antara Syahadah dan Wilayah
Ia berada di titik antara iman yang dibuktikan dengan pengorbanan (syahadah) dan iman yang dibuktikan dengan penguasaan spiritual (wilayah). Gelarnya “al-Mujtaba” menunjukkan bahwa Allah memilihnya untuk menampung keduanya dalam kepribadiannya.

Dalam Al-Qur’an, istilah “al-Mujtabā” (ٱلْمُجْتَبَى) berasal dari akar kata جَبَى – yajtabī (يَجْتَبِي) yang bermakna “memilih, menyaring, atau memilih yang terbaik”, makna dan konsep pemilihan ilahi (ijtibā’) sangat kuat dan hadir di berbagai ayat. “al-Mujtabā” menurut Al-Qur’an, berdasarkan kata kerja dan konsep “اجتبى” (ijtibā) yang digunakan Allah terhadap para nabi dan orang-orang suci — yang maknanya juga berlaku atas Imam Hasan (as) sebagai ahli bait dan pewaris cahaya kenabian:

1. Yang Dipilih oleh Allah secara Khusus 
🔹 QS Al-An‘ām (6): 87
وَمِنْ آبَائِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَإِخْوَانِهِمْ وَاجْتَبَيْنَاهُمْ وَهَدَيْنَاهُمْ 
إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Dan dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka—Kami telah memilih mereka dan membimbing mereka ke jalan yang lurus.”

🔸 Ini menunjukkan bahwa pemilihan (ijtibā’) adalah pemurnian ilahi, sebagaimana Imam Hasan (as) berasal dari keluarga yang Allah pilih secara turun-temurun.

2. Yang Disucikan dan Dipilih
🔹 QS Āli ‘Imrān (3): 33
إِنَّ اللَّهَ ٱصْطَفَىٰٓ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَٰهِيمَ وَآلَ عِمْرَٰنَ عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi seluruh alam.”

🔸 Ahlul Bait termasuk dalam “Āl Ibrāhīm” yang dipilih. Imam Hasan adalah bagian dari Ahlul Bait yang disebut dalam QS al-Ahzab (33:33) — “Allah hendak menyucikan kamu dengan sesuci-sucinya.”

3. Yang Dipilih karena Ilmu dan Hikmah 
🔹 QS Yusuf (12): 6 وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأْوِيلِ ٱلْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ
”dan mengajarkan kepadamu takwil mimpi, serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu…” 

🔸 Imam Hasan (as) termasuk dalam para pemilik ilmu laduni yang diberi pemahaman mendalam dan hikmah — bentuk lain dari ijtibā’.

4. Dipilih untuk Menjadi Pemimpin Umat 
🔹 QS As-Sajdah (32): 24
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا 
‎لَمَّا صَبَرُوا۟ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar…” 

🔸 Imam Hasan (as) dipilih menjadi Imam karena sabar dan keyakinannya, termasuk pemimpin yang dipilih melalui ijtibā’ ilahi.

5. Yang Dipilih karena Kesabaran di Jalan Allah 
🔹 QS Shād (38): 45–47; وَٱذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ أُو۟لِى ٱلْأَيْدِى وَٱلْأَبْصَٰرِ… وَإِنَّهُمْ عِندَنَا لَمِنَ ٱلْمُصْطَفَيْنَ ٱلْأَخْيَارِ
”…dan sesungguhnya mereka di sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan dan terbaik.”

🔸 Imam Hasan adalah lambang kesabaran dalam menghadapi fitnah umat, dan termasuk dalam al-mujtabīn yang disebut dalam ayat ini.

6. Yang Dipilih untuk Membawa Kebenaran
🔹 QS Maryam (19): 58
إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُ ٱلرَّحْمَـٰنِ 
خَرُّوا۟ سُجَّدًۭا وَبُكِيًّۭا
“Ketika dibacakan ayat-ayat Tuhan Yang Maha Pengasih kepada mereka, mereka tersungkur sujud dan menangis.” 

🔸 Imam Hasan adalah cahaya rahmat Allah seperti yang dijelaskan dalam konteks ayat ini, yang menggambarkan sifat-sifat para mujtaba.

7. Yang Dipilih sebagai Warisan Cahaya
🔹 QS Az-Zukhruf (43): 28
وَجَعَلَهَا كَلِمَةًۭ بَاقِيَةًۭ فِى عَقِبِهِۦ
“Dan Dia menjadikan kalimat itu (tauhid dan wilayah) kekal dalam keturunannya.”

🔸 Imam Hasan adalah warisan “kalimah baqiyyah” (kalimat tauhid dan wilayah), yang merupakan bagian dari proses ijtibā’.

8. Yang Mendapatkan Bimbingan Khusus 
🔹 QS An-Nahl (16): 121–122  ٱصْطَفَىٰهُ وَهَدَىٰهُ إِلَىٰ صِرَٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ
“Allah telah memilihnya dan memberinya petunjuk kepada jalan yang lurus.” 

🔸 Imam Hasan hidup dan wafat dalam sirāṭan mustaqīm, jalan kenabian dan wilayah.

9. Yang Dipilih karena Kemurnian dan Kesempurnaan 
🔹 QS Shād (38): 83   إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ
“Kecuali hamba-hamba-Mu yang murni (ikhlas).”

🔸 Gelar “al-Mujtabā” berkaitan erat dengan al-mukhlasīn, karena hanya mereka yang disaring dan dipilih Allah yang benar-benar murni.

10. Yang Dipilih Menjadi Wasilah
🔹 QS Al-Mā’idah (5): 35
ٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ
“Carilah jalan (wasilah) untuk mendekatkan diri kepada-Nya.”

🔸 Imam Hasan adalah wasilah kepada Allah—dan hanya yang dipilih (al-mujtabā) yang bisa menjadi penghubung sejati antara langit dan bumi.


Makna dari gelar “al-Mujtabā” menurut hadis; 

✅ 1. Al-Mujtabā: Yang Dipilih oleh Rasulullah (saw) untuk Mewarisi Ilmu 

📖 Hadis:
Rasulullah (saw) bersabda: 
‎الحسنُ والحسينُ سيّدا شبابِ أهلِ الجنّة
“Hasan dan Husain adalah pemimpin para pemuda surga.”
—(Sunan Tirmidzi, dan dalam banyak riwayat Syiah seperti Amāli as-Sadūq)

🔸 Gelar ini bukan hanya pujian, tapi bentuk ijtibā’ (pemilihan) ilahi terhadap Hasan (as) sebagai waris ruhani Rasulullah.

✅ 2. Al-Mujtabā: Yang Dipilih untuk Menjadi Sayyid (Pemimpin) Umat 

📖 Hadis:
إن ابني هذا سيد، ولعل الله أن يصلح به بين فئتين عظيمتين من المسلمين
“Sesungguhnya anakku ini adalah Sayyid (pemimpin), dan semoga Allah akan memperbaiki dengan dia antara dua kelompok besar dari kaum Muslimin.”(Riwayat Sunni dan Syiah, termasuk al-Kāfī, Juz 1)

🔸 Nabi secara langsung menyebut Hasan sebagai Sayyid, tanda ia telah diijtibā (dipilih) oleh Allah sebagai penjaga perdamaian umat.

✅ 3. Al-Mujtabā: Yang Dipilih karena Ilmu dan Hikmah

📖 Hadis dari Imam Ali (as): الحسنُ بن عليٍّ علمُه علمي، وحُكمُه حكمي
“Hasan bin Ali, ilmunya adalah ilmuku, dan hukumnya adalah hukumnya aku.”(Bihar al-Anwar, 43:333)

🔸 Imam Hasan bukan hanya pewaris darah, tapi juga pewaris ilmu dan hukum, dipilih secara spiritual (ijtibā) oleh Allah.

✅ 4. Al-Mujtabā: Yang Dipilih karena Kesucian Ahlul Bait

📖 Hadis Tsaqalain: إني تاركٌ فيكم الثقلين: كتاب الله وعترتي أهل بيتي
“Aku tinggalkan dua pusaka: Kitab Allah dan ‘itrati (Ahlul Bait)…”
(Riwayat mutawatir, termasuk Sahih Muslim, Tirmidzi, dan semua sumber Syiah) 

🔸 Imam Hasan termasuk dalam ”‘itrah” yang dipilih oleh Rasulullah untuk mendampingi Al-Qur’an.

✅ 5. Al-Mujtabā: Yang Dipilih dalam Peristiwa Mubahalah

📖 Ayat al-Mubahalah (QS 3:61) dan hadis-hadis menyebut bahwa: Rasulullah membawa Hasan dan Husain sebagai “abnā’anā” (anak-anak kami) (Tafsir al-Tha’labi, Tafsir al-Qummī, al-Kāfī) 

🔸 Dalam peristiwa sakral ini, Allah memilih Hasan (as) sebagai bagian dari manifestasi kebenaran Islam.

✅ 6. Al-Mujtabā: Yang Dipilih karena Kedermawanannya

📖 Imam as-Sadiq (as) meriwayatkan:
كان الحسن بن عليٍّ أعبدَ الناسِ في زمانه، وأزهدَهم، وأفضلَهم، وكان إذا حجّ حجّ ماشياً، وربما مشى حافياً
“Imam Hasan adalah manusia paling taat, paling zuhud, dan paling mulia di zamannya.”(Bihar al-Anwar, 44:138)

🔸 Pilihan Allah itu bukan sekadar garis keturunan, tapi karena kesempurnaan amal dan hati.

✅ 7. Al-Mujtabā: Yang Dipilih untuk Mewarisi Imamah 

📖 Wasiah Imam Ali (as) kepada Imam Hasan (as):
يا بني إنك قد عرفتَ ما كان بيني وبين القوم، وأنت تعرف أني لم أرد الدنيا
Nahj al-Balāghah, surat 31)

🔸 Imam Hasan (as) adalah pewaris imamah setelah ayahnya. Pemilihan Allah atasnya (ijtibā’) tercermin dalam wasiat ilahiah.

✅ 8. Al-Mujtabā: Yang Dipilih untuk Menjaga Darah Umat

📖 Imam Zainal Abidin (as) berkata:
إن الحسن بن علي سلّم الأمر لمعاوية حقناً لدماء المسلمين، وعلماً بما سيقع من الظلم
“Imam Hasan menyerahkan urusan kepada Muawiyah demi menjaga darah umat Islam dan karena tahu akan datangnya fitnah.”(al-Ihtijāj al-Ṭabarsī)

🔸 Ini menunjukkan ijtibā’ (pemilihan Allah) yang mendalam: bukan sekadar kepemimpinan lahiriah, tapi hikmah batiniah.

✅ 9. Al-Mujtabā: Yang Dipilih oleh Allah Sejak dalam Kandungan

📖 Riwayat dari Rasulullah (saw):
الحسن والحسين إمامان، قاما أو قعدا
“Hasan dan Husain adalah dua imam, baik berdiri (memimpin) atau duduk (tidak berkuasa).”(Bihar al-Anwar, 43:284) 

🔸 Ini membuktikan bahwa status mereka sebagai imam adalah ijtibā Ilahi, bukan hasil politik.

✅ 10. Al-Mujtabā: Yang Dipilih Sebagai Wasilah Doa 

📖 Doa Ziyarat Imam Hasan (as):السلام عليك يا حسنُ بنَ عليٍّ، أيها المجتبى
‎يا ابنَ رسول الله، ورحمة الله وبركاته
(Mafātīḥ al-Jinān)

🔸 Dalam ziarah ini, umat menyebutnya sebagai “al-Mujtabā”, menegaskan bahwa gelar ini adalah pilihan ilahi yang diakui para makhluk.

📌 Makna 1: Al-Mujtabā adalah Imam yang Dipilih Allah dan Rasul-Nya 

📖 Imam Ja‘far as-Shadiq (as):
إنّ الحسنَ بنَ عليٍّ (عليهما السلام) 
هو الإمام المفترض الطاعة بعد أمير المؤمنين، اجتباه اللهُ كما اجتبى أنبياءه.
“Sesungguhnya Hasan bin Ali (as) adalah imam yang wajib ditaati setelah Amirul Mukminin. Allah memilihnya (ijtibā) sebagaimana Dia memilih para nabi-Nya.”(Bihar al-Anwar, Juz 43, hal. 330) 

🔸 Imam Hasan (as) adalah imam yang dipilih secara langsung oleh Allah — bukan karena bai‘at manusia, tapi karena pemilihan Ilahi seperti para nabi.

📌 Makna 2: Al-Mujtabā adalah Pewaris Ilmu dan Hikmah 

📖 Imam Ali (as): إنّ الحسنَ ابني، قد أُفرغَ عليه مِن العلم إفراغاً، وهو المهتدي والمهديّ
“Hasan, putraku, telah dicurahi ilmu sepenuhnya. Ia adalah yang mendapat petunjuk dan yang memberi petunjuk.”(Bihar al-Anwar, Juz 43, hal. 287) 

🔸 Gelar al-Mujtabā menyiratkan bahwa beliau dipilih karena ilmu laduni dan hikmah Ilahi yang dicurahkan padanya.

📌 Makna 3: Al-Mujtabā adalah Pemegang Wasiat Kenabian 

📖 Imam Husain (as): إنّ أخي الحسنَ قد سلّمهُ رسولُ اللهِ (ص) الوصيةَ والعلمَ والسلاحَ، فهو الإمام من بعدِه
“Sesungguhnya saudaraku Hasan telah menerima wasiat, ilmu, dan senjata dari Rasulullah (saw). Maka ia adalah imam sepeninggalnya.”
— (al-Kāfī, Juz 1, Bab “al-Wasiyyah”)

🔸 Gelar ini bermakna bahwa Imam Hasan dipilih sebagai penerus langsung Rasulullah dalam makna batin dan lahir. 

📌 Makna 4: Al-Mujtabā adalah Simbol Kesabaran Ilahi 

📖 Imam Ali Zainal Abidin (as):
ما نزلَ بالناسِ فتنةٌ أعظمَ من الفتنة التي صبرَ عليها الحسنُ بن عليّ، فسلّمَ الأمرَ لمعاوية حقناً لدماءِ المؤمنين.
“Tak ada fitnah yang lebih besar bagi umat daripada yang ditanggung Hasan bin Ali, lalu ia bersabar dan menyerahkan urusan kepada Muawiyah demi menjaga darah orang-orang beriman.”
— (al-Ihtijāj, Syaikh al-Ṭabarsī)

🔸 Imam Hasan dipilih Allah untuk memainkan peran pengorbanan batin demi menjaga ruh Islam.

📌 Makna 5: Al-Mujtabā adalah Teladan Akhlak dan Zuhud

📖 Imam Ja‘far as-Shadiq (as): إنّ الحسنَ بن عليٍّ كان أعبدَ الناسِ وأزهدَهم وأكرمَهم نفساً، وكان إذا توضّأ ارتعدت مفاصله، وإذا وقفَ في الصلاةِ ارتعشَ قلبهُ من هيبةِ الله(Bihar al-Anwar, Juz 44, hal. 138) 

🔸 Gelar al-Mujtabā menandakan bahwa beliau dipilih karena kemurnian ibadah dan ketundukan batinnya kepada Allah.

📌 Makna 6: Al-Mujtabā adalah Penjaga Wasiat Rahasia Rasulullah

📖 Imam Muhammad al-Baqir (as):
ورثَ الحسنُ العلمَ والوصيّةَ من أبيه وأجداده، وكان حافظاً لسرّ رسول الله.
“Hasan mewarisi ilmu dan wasiat dari ayah dan kakek-kakeknya, dan ia penjaga rahasia Rasulullah.”Tafsīr al-‘Ayyāshī, QS al-Baqarah:2:124)

🔸 Artinya, ijtibā’ atas Imam Hasan (as) mencakup aspek lahir dan batin.

📌 Makna 7: Al-Mujtabā adalah Termasuk dalam Ayat Tathir

📖 Imam Ali ar-Ridha (as): نَحنُ أهلُ البيت الذين أذهَبَ اللهُ عنّا الرِّجسَ 
‎وطهّرَنا تطهيراً(Tafsīr al-Qummī, QS al-Ahzab:33)

🔸 Imam Hasan (as) termasuk dalam ahlul bayt yang disucikan secara Ilahi, dan ini adalah bentuk tertinggi dari ijtibā’ (pemilihan). 

📌 Makna 8: Al-Mujtabā adalah Salah Satu Abnā’ dalam Mubahalah 

📖 Imam Ja‘far as-Shadiq (as): نزلت آية المباهلة، فدعا رسولُ اللهِ علياً وفاطمةَ والحسنَ والحسين، فنحن الأبناءُ والمباهَلون.
(al-Kāfī, Juz 1)

🔸 Dalam peristiwa Mubahalah, Imam Hasan (as) dipilih langsung oleh Nabi mewakili Islam, ini adalah makna hakiki “al-Mujtabā”.

📌 Makna 9: Al-Mujtabā adalah Perantara Makrifat dan Syafaat 

📖 Imam Ja‘far as-Shadiq (as) dalam doa ziarah: السلام عليك 
‎يا حسنُ بنَ عليٍّ، أيها المجتبى
‎يا ابنَ رسول الله، ورحمة الله وبركاته
(Mafātīḥ al-Jinān) 

🔸 Ini adalah bentuk pengakuan spiritual oleh para Imam bahwa Imam Hasan (as) adalah yang dipilih sebagai pintu menuju rahmat Allah.

📌 Makna 10: Al-Mujtabā adalah Perwujudan Cinta Ilahi 

📖 Imam Ja‘far as-Shadiq (as):إنّ اللهَ يُحبّ الحسن، كما يُحبّ جدّه رسولَ الله، وهو مِن شجرةِ النبوّةِ وثمرةِ الجنّة (Bihar al-Anwar, Juz 43)

🔸 Cinta Allah terhadap Imam Hasan (as) adalah bukti bahwa ia dipilih karena kesempurnaan wujudnya, dan ini adalah makna paling dalam dari ijtibā.

🔸 Penutup: Gelar “al-Mujtabā” bagi Imam Hasan (as) bukan hanya sebutan simbolik. Dalam hadis-hadis Ahlul Bait, ia adalah gelar hakiki yang mencerminkan pemilihan Allah atas beliau untuk menanggung amanat suci, memimpin dengan hikmah, dan menjadi jembatan antara manusia dan hakikat tauhid.

Makna gelar “al-Mujtabā” (ٱلْمُجْتَبَى) menurut para mufassir (ahli tafsir);

✅ 1. Al-Mujtabā = Yang Dipilih seperti Para Nabi 

📖 Tafsir al-Qummī dan al-Mīzān (Allamah Thabathaba’i) menafsirkan: Dalam QS Al-An‘ām: 87:وَاجْتَبَيْنَاهُمْ وَهَدَيْنَاهُمْ
Allah memilih para nabi dan keturunan mereka. Para mufassir Syiah menyebut bahwa ijtibā’ ini juga berlaku pada Ahlul Bait, termasuk Imam Hasan (as), karena mereka adalah dzurriyah dan ahlul ilmi.

🔸 Imam Hasan (as) termasuk dalam dzurriyah yang dipilih, sebagai perpanjangan kenabian dalam bentuk imamah.

✅ 2. Al-Mujtabā = Simbol Kesucian dalam Ayat Tathir

📖 QS al-Ahzab (33:33):
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ…Mufassir seperti Allamah Thabathaba’i dalam al-Mīzān menyebut bahwa:”Ayat ini menunjukkan bahwa Ahlul Bait telah disucikan secara mutlak, dan ini adalah bentuk tertinggi dari ijtibā’.”

🔸 Maka, al-Mujtabā berarti: yang dipilih melalui penyucian ilahi yang tidak dimiliki oleh selain mereka.

✅ 3. Al-Mujtabā = Abnā’ dalam Peristiwa Mubahalah 

📖 QS Āli ‘Imrān (3:61): فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا…Tafsir al-‘Ayyāshī, Tafsir al-Burhān, dan Tafsīr Nūr ats-Tsaqalayn menegaskan bahwa “abnā’anā” (anak-anak kami) yang dibawa Nabi adalah Hasan dan Husain. 

🔸 Imam Hasan (as) adalah “anak” yang dipilih Allah untuk mewakili kebenaran dalam doa Mubahalah, bentuk nyata ijtibā’.

✅ 4. Al-Mujtabā = Bagian dari Keluarga Ibrahim 

📖 QS Al-Baqarah (2:124):   وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ…Para mufassir menyatakan bahwa Ahlul Bait adalah bagian dari kelanjutan imamah dalam keturunan Ibrahim, dan Hasan adalah salah satu dari para imam yang dipilih. 

🔸 Gelar “al-Mujtabā” menunjukkan posisi imamah warisan Ibrahimiyah.

✅ 5. Al-Mujtabā = Penerima Ilmu Laduni 

📖 QS al-Kahf (18:65):
وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا
Para mufassir menyebut bahwa imam-imam Ahlul Bait menerima ilmu laduni langsung dari Allah, termasuk Imam Hasan.

🔸 Maka, “al-Mujtabā” adalah yang dipilih untuk menerima cahaya ilmu ilahi.

✅ 6. Al-Mujtabā = Wasilah (Jalan untuk Mendekat kepada Allah)

📖 QS al-Mā’idah (5:35):
وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
Dalam Tafsir al-Mīzān, dijelaskan bahwa Ahlul Bait adalah wasilah tertinggi, karena mereka dipilih oleh Allah untuk menjadi penghubung antara langit dan bumi. 

🔸 Maka Imam Hasan (as) adalah al-Mujtabā: yang dipilih menjadi perantara makrifat dan rahmat.

✅ 7. Al-Mujtabā = Pemimpin Umat secara Ilahi 

📖 QS as-Sajdah (32:24):   وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ…Mufassir Syiah menyatakan bahwa pemilihan ini bukan hasil pemilu atau bai‘at, melainkan ijtibā’—pemilihan khusus Allah berdasarkan ilmu dan kesabaran.

🔸 Gelar “al-Mujtabā” menyiratkan bahwa Imam Hasan dipilih menjadi imam oleh Allah, bukan manusia.

✅ 8. Al-Mujtabā = Termasuk dalam Kalimat Baqiyyah (Kalimat Kekal dalam Keturunan Ibrahim)

📖 QS Az-Zukhruf (43:28):
وَجَعَلَهَا كَلِمَةًۭ بَاقِيَةًۭ فِى عَقِبِهِۦ
Tafsir menyebut bahwa kalimat tauhid dan wilayah dijadikan kekal dalam keturunan Ibrahim, dan Ahlul Bait adalah puncak dari keturunan itu.

🔸 Imam Hasan (as) adalah pemilik kalimah baqiyyah, sebagai buah pilihan Allah.

✅ 9. Al-Mujtabā = Simbol Hikmah dan Perdamaian 

📖 Tafsir Majma‘ al-Bayan dan al-Burhān menjelaskan bahwa dalam kisah perdamaian Imam Hasan (as) dengan Muawiyah, terdapat hikmah besar.

🔸 Para mufassir menyebut bahwa hanya hamba pilihan (al-mujtabīn) yang mampu bersabar dan memahami tujuan Ilahi lebih besar daripada kemenangan sesaat.

✅ 10. Al-Mujtabā = Manifestasi Rahmat Allah 

📖 QS Al-Anbiyā’ (21:107): وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَٰلَمِينَ
Tafsir Syiah menjelaskan bahwa rahmat Nabi (saw) juga terwariskan kepada Ahlul Bait, termasuk Imam Hasan, sebagai penyambung rahmat itu.

🔸 Maka “al-Mujtabā” berarti: yang dipilih menjadi pelanjut rahmat Allah untuk semesta.

🔸 Penutup: Para mufassir Syiah, terutama Allamah Thabathaba’i, Thabarsi, Qummi, dan ‘Ayyāsyi, menekankan bahwa gelar “al-Mujtabā” bukan gelar simbolik, melainkan gelar hakiki yang memiliki landasan Qur’ani dan tafsir maknawi, mencakup ilmu, kepemimpinan, kesucian, hikmah, dan wasilah Ilahiyah.


Makna gelar “al-Mujtabā” menurut mufassir Syiah, khususnya para ahli tafsir seperti Allāmah Thabāṭabā’ī (Tafsir al-Mīzān), Syaikh Thabarsī (Majma‘ al-Bayān), Al-‘Ayyāsyī, dan al-Qummī, yang semuanya berpegang pada prinsip tafsīr bi-l-ma’tsūr (tafsir berdasar riwayat Ahlul Bait) serta makna batiniah (ta’wīl). 

✅ 1. Al-Mujtabā = Yang Dipilih Allah Seperti Para Nabi

📖 QS Al-An‘ām (6):87; وَمِنْ آبَائِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ… وَاجْتَبَيْنَاهُمْ
Allāmah Thabāṭabā’ī (al-Mīzān): Ijtibā’ adalah pemilihan istimewa yang bersumber dari ilmu Allah tentang kelayakan makhluk. Ahlul Bait, khususnya Imam Hasan, berada dalam kedudukan ini.” 

🔹 Imam Hasan (as) disebut **“al-Mujtabā” karena menjadi bagian dari dzurriyah para nabi yang dipilih secara khusus oleh Allah berdasarkan kesucian batin dan ilmu ladunī.

✅ 2. Al-Mujtabā = Yang Termasuk dalam Ayat Tathīr 

📖 QS al-Aḥzāb (33):33 إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ… وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
Tafsir al-Qummī & al-Burhān: Ahlul Bait dalam ayat ini termasuk Hasan dan Husain (as). Penyucian total ini adalah bentuk tertinggi dari ijtibā’, karena Allah hanya menyucikan yang telah dipilih-Nya. 

🔹 Maka gelar “al-Mujtabā” bermakna yang dipilih dan disucikan secara mutlak.

✅ 3. Al-Mujtabā = Abnā’anā dalam Peristiwa Mubahalah 

📖 QS Āli ‘Imrān (3):61    فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا…Tafsir al-‘Ayyāsyī & al-Mīzān: Abnā’anā” di ayat ini tidak lain adalah Hasan dan Husain. Rasul tidak akan membawa kecuali orang-orang yang telah dipilih (mujtabā) oleh Allah untuk mewakili kebenaran Islam.

🔹 Imam Hasan (as) adalah wajah kebenaran Islam, disucikan dan dipilih secara langsung oleh Allah.

✅ 4. Al-Mujtabā = Imam yang Dipilih Berdasarkan Ilmu Allah

📖 QS al-Baqarah (2):124
إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا…
Tafsir al-Mīzān: Allah tidak menunjuk seorang imam kecuali setelah dia lulus ujian batin dan layak secara maknawi. Imamah adalah cabang dari ijtibā’.

🔹 Imam Hasan (as) dipilih menjadi imam oleh Allah, bukan oleh umat, maka gelarnya adalah “al-Mujtabā” dalam konteks imamah.

✅ 5. Al-Mujtabā = Pewaris Ilmu Ladunī

📖 QS al-Kahf (18):65
وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا
Dalam Tafsir al-Qummī: Para Imam Ahlul Bait memiliki ‘ilm ladunī sebagaimana Khidr, dan ilmu ini tidak diperoleh dari manusia, tapi dari Allah langsung. 

🔹 Gelar “al-Mujtabā” mengisyaratkan pemilihan khusus berdasarkan ketersambungan dengan sumber ilmu ilahi.

✅ 6. Al-Mujtabā = Pemilik Wasilah kepada Allah 

📖 QS al-Mā’idah (5):35     وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
Tafsir al-Mīzān: Wasilah adalah orang-orang yang mendekatkan manusia kepada Allah. Dalam banyak riwayat, wasilah adalah Ahlul Bait.

🔹 Maka, Imam Hasan (as) sebagai wasilah adalah al-Mujtabā—dipilih sebagai jembatan maknawi antara makhluk dan Khalik.

✅ 7. Al-Mujtabā = Yang Memiliki Kalimat Baqiyyah (Kekal dalam Wilayah)

📖 QS az-Zukhruf (43):28
وَجَعَلَهَا كَلِمَةًۭ بَاقِيَةًۭ فِى عَقِبِهِۦ
Tafsir al-Burhān: “Kalimat baqiyyah” adalah wilayah dan tauhid yang diwariskan secara ruhani. Hasan termasuk dalam keturunan Ibrahim yang mewarisi “kalimat Allah”. 

🔹 Gelar “al-Mujtabā” berarti ia adalah penjaga kalimat kekal dari Ibrahim – yakni wilayah ilahi.

✅ 8. Al-Mujtabā = Yang Dipilih karena Kesabaran Melindungi Umat 

📖 QS as-Sajdah (32):24
لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Tafsir al-Mīzān: Allah memilih imam dari kalangan mereka yang sabar dalam musibah dan yakin kepada ayat-ayat Allah. 

🔹 Imam Hasan (as) menunjukkan kesabaran ilahi saat perdamaian dengan Muawiyah. Ini adalah tanda pemilihan Allah secara ruhani.

✅ 9. Al-Mujtabā = Pembawa Rahmat Allah 

📖 QS al-Anbiyā’ (21):107 وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Tafsir para mufassir Syiah menyatakan:”Rahmat ini tidak berhenti pada Nabi, tapi mengalir pada Ahlul Bait melalui imamah dan wilayah.”

🔹 Imam Hasan sebagai penerus Nabi secara ruhani, adalah rahmat bagi umat, dan karenanya disebut al-Mujtabā.

✅ 10. Al-Mujtabā = Hamba Mukhlash (Murni karena Allah)

📖 QS Shād (38):83
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ

Tafsir al-Mīzān: Al-mukhlashīn adalah mereka yang telah disaring dan dipilih oleh Allah sehingga tidak bisa disentuh oleh setan. 

🔹 Imam Hasan adalah dari kalangan mukhlashīn — orang yang dipilih murni, yaitu al-Mujtabā.

🔸 Penutup:
Menurut mufassir Syiah, gelar “al-Mujtabā” bagi Imam Hasan (as) bukan hanya panggilan kehormatan, tapi memiliki landasan Qur’ani yang dalam dan dihubungkan langsung dengan ayat-ayat ijtibā’, tathīr, mubahalah, imamah, dan wilayah.

Gelar ini mengandung makna bahwa Imam Hasan (as):
Dipilih langsung oleh Allah (bukan melalui suara umat)
Disucikan secara batin dan lahir
Mewakili Rasulullah dalam posisi ruhani dan wilayah
Menjadi penjaga umat dan jembatan makrifat

Makna gelar “al-Mujtabā” menurut ahli makrifat dan hakikat;

🌌 1. Al-Mujtabā = Yang Terpilih dari Lautan Nur Azali
Menurut arifin, “al-Mujtabā” bukan sekadar terpilih di dunia, tetapi dipilih dalam alam al-arwāḥ (alam ruh-ruh), jauh sebelum penciptaan jasmani.
➡️ Imam Hasan (as) adalah tajalli nur Ilahi yang disaring dari cahaya Rasul dan Ali wa Fāṭimah.

🕊 2. Al-Mujtabā = Yang Disucikan dari Segala Keterikatan
Dalam hakikat, “al-Mujtabā” adalah yang dipilih karena telah lepas dari segala bentuk hubb al-dunyā (kecintaan pada dunia).
➡️ Beliau tidak memiliki kecintaan pada kedudukan, kekuasaan, atau balas dendam, bahkan ketika berhadapan dengan musuh-musuh batin umat.

🌙 3. Al-Mujtabā = Wajah Cermin Rahmah Tuhan Ahli makrifat melihat Imam Hasan (as) sebagai tajalli Rahmān dan Rahīm, yakni manifestasi kasih sayang Tuhan dalam bentuk manusia.
➡️ Sebab itu ia disebut “al-Mujtabā”, karena Allah memilihnya untuk mewakili rahmat-Nya di muka bumi.

🔐 4. Al-Mujtabā = Pewaris Sirr Muhammad (saw); Setiap Imam memiliki sirr (rahasia ilahi) yang diwarisi dari Nabi.
➡️ Imam Hasan sebagai “al-Mujtabā” adalah pembawa dan penjaga rahasia Rasul, bukan hanya dalam zahir syariat, tapi dalam batin hakikat dan makrifat.

🪶 5. Al-Mujtabā = Yang Dipilih untuk Menampung Sabda Tuhan
Dalam hakikat, para Imam adalah tempat turunnya kalām Ilahi (bukan wahyu syariat, tapi limpahan nur maknawi). 
➡️ Imam Hasan (as) menerima limpahan kalām batin dari Allah, maka ia mujtabā — dipilih karena hatinya bersih dari selain-Nya.

🪔 6. Al-Mujtabā = Cermin Pengetahuan Tauhid; Ia disebut “mujtabā” karena hatinya telah tajalli dengan makna tauhid, hingga tidak tersisa selain Allah dalam pandangan batinnya. 
➡️ Ia tidak melihat musuh, kekuasaan, atau dunia, kecuali sebagai manifestasi ujian Ilahi.

🔥 7. Al-Mujtabā = Yang Dipilih untuk Menyembunyikan Kemuliaan
Salah satu maqam tertinggi dalam hakikat adalah asrār al-khumūl (rahasia tersembunyi).
➡️ Imam Hasan (as) menyembunyikan keilahiannya di balik perdamaian, sebagaimana Nabi Khidr menyembunyikan hikmah di balik perbuatan aneh. 
➡️ Ia adalah “mujtabā” yang menyembunyikan cahaya agar umat tidak terbakar.

🕋 8. Al-Mujtabā = Hujjah Rahasia atas Ahlul Bāṭin Ahli hakikat mengatakan: “Batin dunia dikendalikan oleh hujjah Allah yang tersembunyi.”
➡️ Imam Hasan adalah al-Mujtabā dalam dimensi batin semesta—ia menjadi penjaga keseimbangan spiritual dunia, walau manusia awam tidak melihatnya.

⚖ 9. Al-Mujtabā = Penyeimbang antara Jālī dan Khafī (Yang Terlihat dan Tersembunyi)
Ahli makrifat memandang Imam Hasan (as) sebagai maqām al-wasṭ, yaitu titik tengah antara kekuatan batin dan kekuatan zahir.
➡️ Ia adalah “al-Mujtabā” karena mampu menampung kekuatan syahādah (martabat dunia) dan ghaib (martabat langit) sekaligus.

🧬 10. Al-Mujtabā = Titik Pertemuan Nur Nubuwwah dan Wilāyah; Dalam arifiyyat, Imam Hasan (as) adalah “maqām al-jam‘” — tempat bertemunya dua samudra:
Nur Nubuwwah (dari Rasul)
Nur Wilāyah (dari Ali)
➡️ Maka, ia “al-Mujtabā”, yang dipilih untuk menjadi manifestasi dua cahaya Ilahi dalam satu jiwa.

🧭 Penutup Makrifat: Gelar “al-Mujtabā” bagi Imam Hasan (as) dalam pandangan ahli hakikat adalah puncak pemilihan batiniah Allah terhadap hamba yang telah melebur dalam cahaya-Nya.
Ia bukan sekadar tokoh sejarah atau imam politik, tapi qiblat ruhani bagi para pencari Allah.

Makna gelar “al-Mujtabā” (المجتبى) menurut ahli hakikat Syiah,

🌟 1. Al-Mujtabā = Wajah Pilihan Allah dalam Alam Arwāḥ
Dalam ma‘rifat Syiah, Imam Hasan (as) disebut “al-Mujtabā” karena telah dipilih di alam ruh (عالم الأرواح) sebelum dunia diciptakan.
🔹 Ahli hakikat berkata: “Allah menyaring ruh-ruh, lalu memilih ruh-ruh Ahlul Bait untuk menyimpan Nur-Nya.”
➡️ Maka, Imam Hasan bukan hanya dipilih di dunia, tetapi telah dikhususkan sejak azal.

🕊 2. Al-Mujtabā = Tajallī Rahmat al-Rabb 
Menurut para arif Syiah, “al-Mujtabā” adalah tajallī dari nama Allah: “ar-Rahmān”.
➡️ Imam Hasan (as) menjadi manifestasi kelembutan, kasih, dan pengampunan Allah, khususnya melalui perdamaian dengan Muawiyah demi menjaga darah umat.
🔹 Dipilih karena: Rahmat mendahului Murka.

🪶 3. Al-Mujtabā = Simpul Kesucian antara Nubuwwah dan Imāmah Ahli hakikat menjelaskan bahwa Imam Hasan (as) adalah sumbu pertemuan dua nur:
Nubuwwah (kenabian) dari Nabi Muhammad (saw)
Wilāyah (kekuasaan spiritual) dari Imam Ali (as) 
➡️ Maka, ia mujtabā—yang dipilih untuk membawa warisan batin dari dua lautan cahaya.

🕯 4. Al-Mujtabā = Pemilik Rahasia “Diam Ilahi” Dalam jalan ma‘rifat, Imam Hasan (as) adalah tanda dari diamnya Wali Allah dalam menghadapi fitnah, namun bukan karena kelemahan.
➡️ Ahli hakikat melihat diamnya Imam Hasan dalam perdamaian sebagai bentuk sirr as-sukut al-ilahi (rahasia diamnya Tuhan) yang menyimpan ledakan makna di kemudian hari.

🔐 5. Al-Mujtabā = Pewaris Sirr al-Maḥbūbiyyah Gelar ini juga bermakna: “yang dipilih karena dicintai oleh Tuhan” (المحبوب المختار).
➡️ Menurut Imam Ja‘far aṣ-Ṣādiq (as), “Hasan adalah yang paling menyerupai Rasulullah dalam hati dan akhlak.” Ahli hakikat memaknainya bahwa: “Cinta Allah memilih yang hatinya paling menyerupai Wujud Kekasih-Nya.”

💎 6. Al-Mujtabā = Yang Menyembunyikan Keagungan di Balik Kesederhanaan Ahli hakikat memandang Imam Hasan (as) sebagai tanda wujud al-Khumūl (tersembunyi), yakni wali agung yang menyembunyikan maqam spiritualnya demi hikmah ilahiah.
➡️ Ia adalah “mujtabā” karena tidak menampakkan semua hakikatnya, kecuali kepada yang layak.

⚖ 7. Al-Mujtabā = Penjaga Mīzān Ilahi dalam Sejarah Menurut para arifin Syiah, beliau adalah yang menjaga keseimbangan antara zahir dan batin, antara kesabaran dan perjuangan. 
➡️ Perdamaiannya bukan kelemahan, tetapi penegakan mīzān (timbangan) Tuhan dalam sejarah umat.

🔥 8. Al-Mujtabā = Lilin yang Meleleh untuk Umat Ia disebut “mujtabā” karena dirinya melebur dan hancur demi menyelamatkan umat dari kehancuran. 
➡️ Ahli hakikat Syiah mengatakan: “Al-Mujtabā itu seperti lilin, yang membakar dirinya agar orang-orang tak binasa oleh gelap fitnah.”

🌙 9. Al-Mujtabā = Penampung Cahaya yang Tidak Menyilaukan
Berbeda dengan cahaya al-Husain (as) yang membakar, cahaya al-Hasan (as) lembut dan mendidik batin tanpa membakar zahir. 
➡️ Ia adalah “cahaya yang terpilih untuk membimbing tanpa kekerasan.”

🧬 10. Al-Mujtabā = Titik Peralihan antara Samā’ (langit) dan Arḍ (bumi) Dalam ma‘rifat Syiah, para Imam adalah penghubung langit dan bumi, dan Imam Hasan adalah titik peralihan setelah Nabi.
➡️ Maka ia disebut “al-Mujtabā” karena dipilih menjadi jembatan antara akhir kenabian dan awal penjagaan batin syariat.

📿 Penutup: Dalam ma‘rifat Syiah, gelar al-Mujtabā bukan sekadar nama, tapi maqam (kedudukan ruhani). Ia hanya disandang oleh hamba Allah yang telah melepaskan dirinya dari semua selain Allah (fanā’) dan dipilih menjadi tempat bertajallinya sifat-sifat Ilahi.


Kisah dan cerita maknawi yang menggambarkan makna “al-Mujtabā” menurut ahli hakikat Syiah, khususnya dalam kehidupan dan sikap-sikap ruhani Imam Ḥasan al-Mujtabā (as). Kisah-kisah ini tidak hanya menyentuh aspek sejarah lahiriah, tapi juga membuka pintu makna batin dan hakikat maqam beliau sebagai “yang terpilih” oleh Allah.

🌿 1. Kisah Perdamaian Agung: Diam yang Mengandung Petir Setelah wafat Imam Ali (as), Imam Ḥasan menerima bai’at dari umat. Namun Muawiyah bangkit untuk merebut kekuasaan. Imam Ḥasan memilih untuk berdamai, meski ia bisa melawan. 
🕊 Makna hakikat: Perdamaian Imam Hasan bukan karena lemah, tetapi karena beliau menyimpan api jihad batin demi menyelamatkan umat dari pertumpahan darah. 
📿 Ahli makrifat berkata: “Hanya wali yang terpilih (mujtabā) yang mampu memadamkan bara fitnah dengan air cinta.” 

🕊 2. Kisah Sepotong Roti untuk Pengemis Imam Ḥasan duduk makan bersama pelayannya. Datanglah seorang pengemis, lalu Imam menyuapkan roti ke mulutnya lebih dulu sebelum menyuap dirinya sendiri.
🕯 Makna hakikat: Ia tidak hanya memberi, tapi meletakkan kehormatan Allah di mulut si faqir sebelum dirinya. 
📿 Ahli hakikat berkata: “Ia mujtabā karena memuliakan wajah Allah dalam wajah manusia papa.”

🌙 3. Kisah Anak yang Mengasihi Musuh Ayahnya Saat Imam Ḥasan kecil, ia melihat seorang lelaki memaki Imam Ali. Anak-anak lain ingin memukul lelaki itu, tapi Imam Ḥasan berkata: “Jangan. Ia sedang membawa bebannya sendiri. Kita bantu ia melepasnya dengan doa.”
🕯 Makna hakikat: Hanya jiwa yang dipilih (mujtabā) yang bisa memandang musuh sebagai ciptaan yang sedang tersesat, bukan yang harus dibenci. 

🔐 4. Kisah Si Kikir yang Dikasihi Seorang lelaki kikir mencaci Imam Ḥasan karena tidak diberi uang. Imam pun memberi semua uangnya. Ketika ditanya, beliau menjawab: Dia datang menguji jiwaku. Dan jiwaku lebih layak menang daripada marahku.” 
🕊 Makna hakikat: Imam adalah “al-Mujtabā” karena dipilih oleh Allah untuk menguji dan menenangkan jiwa-jiwa manusia tanpa menjatuhkan harga dirinya.

🪔 5. Kisah Lelaki Badui dan Cara Ilahi Seorang Arab Badui berperilaku kasar kepada Imam Hasan. Orang-orang marah. Tapi Imam menuntunnya ke rumah dan memberinya hadiah dan makanan. Lelaki itu menangis dan berkata: “Engkau menyerupai Nabi dalam wajah dan akhlak!” 
🕊 Makna hakikat: Ia mujtabā karena menyerap kemarahan dan mengubahnya menjadi hujan kasih seperti rahmat Tuhan.

🕋 6. Kisah Saat Imam Berbagi Karpet di Masjid Imam Hasan melihat seorang lelaki miskin sedang duduk di pojok masjid dengan tatapan kosong. Imam melepaskan karpet tempatnya duduk dan menggelarnya untuk lelaki itu. Ketika lelaki itu berkata: “Wahai cucu Nabi, engkau layak duduk di tempat itu!”Imam menjawab: “Yang dipilih oleh Tuhan adalah yang meletakkan dirinya di bawah makhluk-Nya demi menampakkan keagungan-Nya.”
🕯 Makna hakikat: Ia mujtabā karena merendah bukan karena rendah, tapi karena sadar bahwa Allah adalah Yang Maha Tinggi.

⚖ 7. Kisah Rakyat yang Mengkhianati, dan Imam yang Mendoakan Dalam perang melawan Muawiyah, banyak pasukan Imam Hasan membelot. Bahkan ia ditikam oleh salah satu “pengikutnya sendiri.” Imam tetap mendoakan mereka agar Allah memberikan mereka hidayah.
🕊 Makna hakikat: Ia mujtabā karena memilih kasih dan cahaya, bukan murka dan pembalasan.

🌊 8. Kisah Darah yang Tumpah dalam Sunyi Saat diracun oleh istrinya atas perintah Muawiyah, darah segar keluar dari hati Imam. Ia tidak mengadu atau melawan. Ia hanya berdoa agar umat tidak binasa karena dendam.
🕯 Makna hakikat: Ia mujtabā karena darahnya bukan tumpahan kehinaan, tapi tinta cahaya untuk menulis jalan sabar.

🕯 9. Kisah Imam dan Si Pencuri di Madinah Suatu malam, Imam mendapati seseorang mencuri dari kebun keluarganya. Ia tidak memarahi, tapi membiarkan lelaki itu pergi. Keesokan harinya, ia mengutus seseorang mengantar makanan ke rumah si pencuri.
🕊 Makna hakikat: Ia mujtabā karena mengganti rasa takut dengan rasa malu, dan menciptakan taubat tanpa kata-kata. 

🧬 10. Kisah Duka yang Ia Wariskan ke saudaranya Saat menjelang wafat, Imam berkata kepada saudaranya Imam Husain (as):”Engkau akan melanjutkan jalan ini, tapi dengan darahmu.”Ia memilih tidak mati syahid di medan perang, agar jalan Imam Husain menjadi terang dan tak tertuduh oleh umat yang lemah iman. 
🕊 Makna hakikat: Ia mujtabā karena dipilih untuk menyemai tanah Karbala dengan air mata, sebelum darah syuhada menyiraminya.

🧭 Penutup Hikmah: Imam Hasan (as) adalah “al-Mujtabā” bukan karena ia menang di mata dunia, tapi karena ia menang dalam mata Tuhan.
Dalam jalan hakikat, “terpilih” berarti: “Hamba yang menghapus kehendaknya sendiri, agar yang tampak hanya kehendak Allah.”


Manfaat dan doa-doa yang terkait dengan gelar suci “al-Mujtabā” (المُجْتَبى), khususnya dalam pandangan ahli hakikat Syiah.

🌟 Manfaat Memahami dan Menyebut “al-Mujtabā”

1. Mendekatkan Diri pada Jalan Lembut Ahlul Bait Memahami makna “al-Mujtabā” menanamkan kelembutan, kesabaran, dan kasih dalam hati—jalan ruhani yang diwarisi Imam Hasan (as).

2. Mengaktifkan Cermin Ma‘rifat dalam Diri Imam al-Mujtabā adalah cermin hakikat Nabi Muhammad (saw). Menyebut namanya dengan cinta mempercepat tajalli (manifestasi Ilahi) dalam jiwa.

3. Melatih Hati Menang Tanpa Membalas Meneladani al-Mujtabā melatih kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kemarahan, tapi dengan hikmah.

4. Menghilangkan Hasad dan Ego Dzikir kepada Imam Hasan dengan gelar “al-Mujtabā” membantu menyaring kotoran batin seperti iri, benci, dan dendam.

5. Membuka Pintu Rezeki Ruhani Menyebut namanya dengan cinta dalam doa dapat menjadi sebab dibukanya rezeki maknawi, yaitu cahaya hati dan ketenangan jiwa.

6. Menjadi Wasilah Keturunan yang Saleh Imam Hasan (as) adalah Aba al-Aimmah (ayah para imam). Memohon melalui beliau dapat menjadi sebab dikaruniakan anak-anak yang bercahaya.

7. Melembutkan Hati Keras Nama “al-Mujtabā” memiliki sir (rahasia Ilahi) yang melembutkan hati seperti embun pada tanah keras.

8. Mendapat Syafa‘at di Hari Gelap Imam Hasan (as) dikenal sebagai pemberi syafa‘at di Mahsyar bagi para pencinta yang sabar dan penuh cinta. 9. Menemukan Jalan Damai dalam Fitnah Mengingat “al-Mujtabā” saat galau akan menunjukkan kita jalan tenang di tengah kekacauan. 10. Mendapat Ketenangan Saat Menghadapi Pengkhianatan Beliau adalah teladan orang yang dikhianati tetapi tetap memaafkan. Nama beliau menyalurkan ketabahan itu kepada hati kita.


🌿 Doa-Doa dalam Nama dan Maqam “al-Mujtabā”

📜 1. Doa Singkat Memohon Kedekatan Ruhani

اَللّٰهُمَّ بِحَقِّ الْمُجْتَبَى، قَرِّبْ قَلْبِي إِلَيْكَ كَمَا اصْطَفَيْتَهُ لِنَفْسِكَ

Allāhumma bi-ḥaqqi al-Mujtabā, qarrib qalbī ilayka kamā iṣṭafaytahu linafsik.

“Ya Allah, demi al-Mujtabā, dekatkan hatiku kepada-Mu sebagaimana Engkau memilihnya untuk diri-Mu.”

📜 2. Doa Penentram Jiwa Saat Dikhianati

يَا مُجْتَبَى اللهِ، عَلِّمْنِي كَيْفَ أَصْمُتُ بِصَبْرِكَ وَأُعْفُوَ بِرَحْمَتِكَ

Yā Mujtabā Allāh, ‘allimnī kaifa aṣmutu bi-ṣabrika wa a‘fuwā bi-raḥmatika

“Wahai yang dipilih oleh Allah, ajarkan aku diam dengan sabarmu dan memaafkan dengan rahmatmu.”

📜 3. Doa Dzikir Pagi (Maqam Mahabbah)

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ حَبِيْبَ قَلْبِي مِثْلَ الْمُجْتَبَى فِي صَبْرِهِ، وَزُهْدِهِ، وَوُدِّهِ

Allāhumma aj‘al ḥabība qalbī mitla al-Mujtabā fī ṣabrihī, wa zuhdi-hī, wa wuddi-hī.

“Ya Allah, jadikan kekasih hatiku seperti al-Mujtabā dalam sabarnya, zuhudnya, dan kasihnya.”

📜 4. Doa Permohonan Wasilah dan Syafa‘at

بِجَاهِ الْمُجْتَبَى، يَا رَبِّ، اجْعَلْنِي فِي زُمْرَتِهِ، وَارْزُقْنِي نَظْرَةً مِنْ نُورِهِ

Bi-jāhi al-Mujtabā, yā Rabb, aj‘alnī fī zumratihī, warzuqnī naẓratan min nūrih.

“Demi kemuliaan al-Mujtabā, ya Rabb, kumpulkan aku dalam barisannya dan anugerahkan aku cahaya dari pandangannya.”

📜 5. Dzikir Cinta untuk Hati yang Penat

يَا حَسَنُ، يَا مُجْتَبَى، أَنْتَ الرَّاحَةُ فِي التَّعَبِ، وَالسَّكِينَةُ فِي الْفِتْنَةِ

Yā Ḥasan, yā Mujtabā, anta al-rāḥah fī al-ta‘ab, wa al-sakīnah fī al-fitnah.

“Wahai Ḥasan, wahai Mujtabā, engkau adalah ketenangan dalam lelah, dan keteduhan dalam fitnah.”


🌺 Penutup Hikmah: “Al-Mujtabā bukan hanya gelar, ia adalah jalan ruhani: sebuah maqam jiwa yang memilih diam ketika bisa bicara, memaafkan ketika bisa membalas, dan mencintai ketika bisa menjauhi.”


Semoga bermanfaat!!!
Mohon Doa!!!!

Comments

Popular posts from this blog

Amalan Akhir & Awal Tahun ; Amalan Bulan Muharram ; Ziarah Imam Husein as dan Syuhada Karbala

Doa-doa Cepat Terkabul (Sari’ Al-Ijaabah) Dari; Imam Ali as dan Imam Musa as

Doa Pendek untuk Semua Penyakit