Makna Hadiah
Makna “hadiah” menurut Al-Qur’an, hadis Ahlul Bayt, dan pandangan ahli makrifat. Jadi bukan hanya lahiriah, tapi juga batin dan hakikatnya.
Hadiah adalah tanda cinta antara dua hati. Nabi ﷺ bersabda: تهادوا تحابوا – saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.
2. Penghapus Ghill (Kedengkian)
Imam al-Ṣādiq (ع): الهدية تذهب الضغائن من القلوب – hadiah menghapus kebencian dari hati.
3. Penguat Silaturahmi
Hadiah memperkuat ikatan kekeluargaan dan persahabatan. Ia menjadi “tali penghubung” antar hati.
4. Latihan Ikhlas
Hadiah mengajarkan memberi tanpa mengharap imbalan. Hakikatnya adalah إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ (QS. al-Insān 76:9).
5. Manifestasi Nama Allah al-Wahhāb
Menurut Mullā Ṣadrā, ketika seseorang memberi hadiah, ia sedang menampakkan sifat Allah Yang Maha Pemberi.
6. Wasilah Qurbah (Mendekatkan kepada Allah)
Hadiah yang diniatkan lillāh menjadi amal yang mendekatkan pemberi dan penerima kepada Allah.
7. Bukan Hanya Materi
Imam al-Ṣādiq (ع) berkata: “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah bagimu.” → senyum, doa, perhatian, bahkan dzikir juga adalah hadiah.
8. Pembersih Jiwa
Ahli hakikat Syiah menegaskan: hadiah melatih diri menundukkan nafs, menyingkirkan cinta dunia, dan menguatkan īthār (altruism).
9. Hadiah Ruhani
Menghadiahkan doa, amal, bacaan Qur’an untuk mukmin yang hidup atau wafat (iṣāl al-thawāb) adalah hadiah yang bernilai abadi.
10. Tajallī al-Ḥubb (Penampakan Cinta Ilahi)
Sayyid Ḥaydar Āmulī: “Segala amal ikhlas adalah hadiah seorang hamba kepada Tuhannya; dan balasan Allah adalah membuka hijab maʿrifat.”
✨ Jadi, hadiah punya lapisan makna:
• Lahiriah → benda, makanan, parfum, senyum.
• Batiniah → cinta, doa, silaturahmi, menghapus benci.
• Hakikat → persembahan hati dan amal kepada Allah.
Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hadiah, pemberian, dan saling memberi dengan cinta (sejalan dengan semangat hadis “tahādu taḥābbū”).
وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
Apabila kalian diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).”
2. QS. al-Naḥl [16]: 90
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى
Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian berlaku) adil, berbuat baik, dan memberi kepada kaum kerabat.”
3. QS. al-Rūm [30]: 39
وَمَا آتَيْتُم مِّن رِّبًا لِّيَرْبُوَا فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِندَ اللَّهِ ۖ وَمَا آتَيْتُم مِّن زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُو۟لَٰئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ
Dan apa saja yang kalian berikan berupa tambahan (riba) agar harta manusia bertambah, maka itu tidak menambah di sisi Allah. Tetapi apa yang kalian berikan berupa zakat karena mencari wajah Allah, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat balasan berlipat.”
➡️ Bedakan antara pemberian ikhlas (hadiah/zakat) dengan pemberian karena pamrih.
4. QS. al-Insān [76]: 8–9
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (٨) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ
لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا (٩)
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepada kalian hanya untuk mengharap wajah Allah; kami tidak menginginkan balasan atau ucapan terima kasih dari kalian.”
5. QS. Āl ʿImrān [3]: 92
لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
Kalian sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai.”
➡️ Hadiah terbaik adalah dari sesuatu yang dicintai.
6. QS. al-Ḥashr [59]: 9
وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
Dan mereka mengutamakan (orang lain) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.”
7. QS. al-Baqarah [2]: 267
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنفِقُوا مِن طَيِّبَاتِ
مَا كَسَبْتُمْ
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usaha kalian yang baik-baik.”
➡️ Hadiah/pemberian dianjurkan dari yang terbaik.
Menurut hadis Ahlus-Sunnah. Banyak sekali riwayat dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ Muslim, al-Adab al-Mufrad, Sunan Abī Dāwud, Musnad Aḥmad, dll.
🌷 Hadiah dalam Hadis Ahlus-Sunnah
📖 Nabi ﷺ bersabda:
تَهَادَوْا تَحَابُّوا
“Berilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.”
2. Nabi ﷺ menerima hadiah dan tidak makan sedekah
📖 Diriwayatkan oleh Anas bin Mālik
كان النبي ﷺ يقبل الهدية ولا يأكل الصدقة
“Rasulullah ﷺ menerima hadiah, tetapi beliau tidak memakan sedekah.”
3. Hukum membalas hadiah
📖 Nabi ﷺ bersabda: من صنع إليكم معروفًا فكافئوه، فإن لم تجدوا ما تكافئونه فادعوا له حتى تروا أنكم قد كافأتموه
“Barangsiapa berbuat baik kepadamu, maka balaslah. Jika tidak mampu, maka doakanlah dia, sampai kalian merasa sudah membalasnya.”
4. Hadiah parfum
📖 Nabi ﷺ bersabda:
من عرض عليه ريحان فلا يرده، فإنه خفيف المحمل طيب الريح
“Barangsiapa diberi hadiah parfum, janganlah menolaknya, karena ia ringan dibawa dan harum baunya.”
➡️ Riwayat: Muslim (no. 2253), al-Nasā’ī.
5. Hadiah sederhana tetap berharga
يا نساء المؤمنات، لا تحقرن جارة لجارتها
ولو فرسن شاة
“Wahai para wanita mukmin, janganlah seorang tetangga meremehkan hadiah tetangganya, sekalipun hanya kaki kambing.”
➡️ Riwayat: al-Bukhārī (no. 2566), Muslim (no. 1030).
6. Kisah hadiah baju kepada Nabi
7. Hadiah sebagai tanda kerendahan hati
تهادوا فإن الهدية تذهب وحر الصدر
“Saling memberi hadiahlah kalian, karena hadiah menghilangkan panas (kebencian) dalam hati.”
➡️ Riwayat: al-Tirmidhī (no. 2130).
✨ Jadi, menurut hadis Ahlus-Sunnah:
• Hadiah = sarana cinta, ukhuwah, dan menghapus kebencian.
• Nabi ﷺ menerima hadiah, tapi tidak makan sedekah.
• Dianjurkan membalas hadiah dengan hadiah atau doa.
• Hadiah sekecil apapun tetap bernilai.
Dalam sumber Syiah, di antaranya:
📖 Al-Kāfī, al-Kulaynī, j. 5, hlm. 144
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ (ع) قَالَ: تَهَادَوْا تَحَابُّوا.
Imam Jaʿfar al-Ṣādiq (ʿalayhi as-salām) berkata: “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.”
• Dari Rasulullah ﷺ dalam kitab hadis Ahlus-Sunnah.
• Dari Imam Ṣādiq (ʿa) dalam al-Kāfī, yang merupakan salah satu kitab utama hadis Ahlul Bayt.
Mufassir menafsirkan ayat-ayat tentang pemberian, hadiah, dan berbagi. Saya ringkaskan dari tafsir klasik Sunni dan Syiah, agar lebih menyeluruh:
1. QS. Āl ʿImrān [3]: 92 – “Kalian tidak akan memperoleh kebajikan (al-birr) sampai kalian menafkahkan sebagian dari apa yang kalian cintai.”
• Al-Ṭabarī: al-birr berarti surga. Ayat ini mendorong agar manusia tidak hanya memberi dari sisa, tetapi dari harta terbaik dan paling dicintai.
• Al-Ṭabrisī (Majmaʿ al-Bayān): ayat ini mencakup sedekah, hadiah, dan pemberian lainnya. Menurut riwayat Ahlul Bayt, maksudnya adalah memberi dari sesuatu yang disayangi agar benar-benar ikhlas.
2. QS. al-Insān [76]: 8–9 – Ahlul Bayt memberi makanan kepada miskin, yatim, dan tawanan.
• Fakhr al-Rāzī: ayat ini turun tentang Ali, Fāṭimah, Hasan, dan Husain (ʿa) ketika mereka bernazar puasa dan menghadiahkan makanan berbuka kepada orang miskin, yatim, dan tawanan.
• Al-Ṭabāṭabāʾī (al-Mīzān): peristiwa ini menunjukkan ketulusan memberi, yang lebih tinggi dari sekadar memberi hadiah—yaitu memberi hanya karena Allah, tanpa mengharap ucapan terima kasih.
3. QS. al-Ḥashr [59]: 9 – Mereka mengutamakan orang lain meski sendiri butuh.
• Al-Qurṭubī: ayat ini memuji kaum Anṣār yang mengutamakan Muhājirīn, bahkan saat mereka sendiri dalam kesulitan.
• Al-Ṭabāṭabāʾī: ayat ini mengandung prinsip īthār (altruism), yaitu memberi sebagai hadiah tertinggi, karena menomorsatukan orang lain di atas diri sendiri.
4. QS. al-Nisāʾ [4]: 86 – Balas penghormatan dengan yang lebih baik.
• Al-Ṭabarī: ini berlaku umum, termasuk salam, doa, hadiah, dan segala bentuk kebaikan.
• Al-Ṭabrisī: hadiah juga bagian dari “tahiyyah” (salam/penghormatan). Jadi jika seseorang memberi hadiah, balaslah dengan yang lebih baik atau minimal setara.
5. QS. al-Naḥl [16]: 90 – Allah menyuruh berlaku adil, berbuat baik, dan memberi kepada kerabat.
• Al-Ṭabarī: ayat ini adalah salah satu ayat paling komprehensif tentang akhlak sosial.
• Al-Ṭabāṭabāʾī: “iītāʾ dhawī al-qurbā” tidak terbatas pada zakat, tetapi juga termasuk hadiah untuk memperkuat ikatan cinta dalam keluarga.
6. QS. al-Baqarah [2]: 267 – Nafkahkan dari harta terbaik.
• Ibn Kathīr: jangan memberi sedekah atau hadiah dari harta yang buruk atau tidak layak.
• Al-Ṭabāṭabāʾī: ini mengajarkan etika memberi, yaitu menghadiahkan sesuatu yang layak diterima, karena hadiah mencerminkan penghormatan pada penerima.
7. QS. al-Rūm [30]: 39 – Memberi karena pamrih vs memberi ikhlas.
• Al-Ṭabarī: ayat ini membedakan antara “pemberian riba” (pamrih duniawi) dan pemberian yang tulus.
• Al-Ṭabāṭabāʾī: hadiah yang diniatkan hanya untuk wajah Allah berbeda kualitasnya dengan hadiah karena ingin balasan.
• Hadiah dipandang sebagai bagian dari infak, iḥsān, dan tahiyyah (penghormatan).
• Intinya adalah ikhlas, memberi dari yang dicintai, dan menumbuhkan cinta (maḥabbah).
• Tafsir Syiah menekankan kisah Ahlul Bayt sebagai teladan pemberian yang paling murni.
Menurut ahli ma‘rifat dan hakikat, maka maknanya lebih luas daripada sekadar benda yang berpindah tangan. Para arifin melihat bahwa hadiah adalah jalan saling menanam cinta (maḥabbah) karena hakikatnya adalah tajallī (penampakan) cinta Allah dalam wujud amal.
Berikut beberapa pandangan yang disarikan dari kalam para sufi, arif, dan ulama hakikat:
• Ibn ‘Arabī mengatakan: setiap pemberian sejatinya adalah “tajallī al-ḥubb” (manifestasi cinta). Benda hanyalah simbol, tetapi hakikat hadiah adalah taṣrīf al-qalb (perhatian hati) kepada penerima.
• Maka, bila hadiah disertai riya atau pamrih, itu bukan hadiah hakiki, hanya benda berpindah.
2. Hadiah menyucikan hati dari ego (nafs)
• Imam al-Ghazālī menjelaskan dalam Iḥyāʾ ʿUlūm al-Dīn: memberi hadiah dapat melebur kedengkian (ḥasad) dan menghilangkan hijab antarhati.
• Ahli hakikat melihat ini sebagai latihan tazkiyat al-nafs — melebur ego dengan mengutamakan orang lain.
3. Hadiah yang hakiki adalah menghadiahkan diri kepada Allah
• Menurut Sayyid Ḥaydar Āmulī (arif Syiah): “Segala amal yang murni karena Allah adalah hadiah seorang hamba kepada Tuhannya, dan balasan-Nya adalah ma‘rifat.”
• Jadi, amal saleh, doa, dzikir, shalat malam — semuanya adalah hadiah seorang salik kepada Kekasihnya.
4. Hadiah ruhani lebih tinggi daripada hadiah jasmani
• Para arif menekankan: hadiah berupa ilmu, doa, senyuman, dzikir, dan perhatian jauh lebih agung nilainya daripada harta.
• Doa untuk saudara tanpa sepengetahuannya disebut “hadiah malaikat” karena ia sampai ke hati dengan lebih halus daripada materi.
5. Hakikat “tahādu taḥābbū”
• Ahli makrifat memahami hadis ini sebagai undangan menuju al-taḥābb fī Allāh.
• Hadiah bukan tujuan, tapi wasīlah agar cinta Allah tercermin dalam hubungan sesama.
• Saling memberi adalah latihan tajallī asmāʾ Allāh al-Jamīl (penampakan nama Allah Yang Maha Indah), karena Allah itu al-Wahhāb (Maha Pemberi Anugerah).
✨ Jadi menurut ahli hakikat:
• Materi hanyalah sarana; ruhnya adalah mahabbah, ikhlas, dan tajallī asmāʾ Allah.
• Jika hadiah lahiriah disertai ruh ikhlas, ia menjadi cahaya yang menghubungkan dua hati di jalan Allah.
🕊 Pandangan Ahli Hakikat Syiah tentang Hadiah
• Menurut al-ʿAllāmah Ṭabāṭabāʾī (al-Mīzān fī Tafsīr al-Qur’ān): setiap amal yang ikhlas karena Allah adalah hadiyyah rūḥiyyah (hadiah ruhani) yang kembali kepada pemberinya dengan cinta Allah.
• Maka, memberi hadiah kepada sesama adalah pancaran dari al-Wahhāb (Allah Sang Maha Pemberi).
2. Imam Khomeini – Adab al-Ṣalāt
• Imam Khomeini menulis: “Segala amal manusia, bila disertai ikhlas, adalah hadiah seorang salik kepada hadirat Ilahi. Dan hadiah yang paling indah adalah hati yang dipenuhi dzikrullah.”
• Beliau menekankan bahwa hadiah bukan sekadar materi, tetapi penyerahan batin.
3. Sayyid Ḥaydar Āmulī (arif besar Syiah)
• Dalam Jāmiʿ al-Asrār, beliau menjelaskan: “Amal yang dilakukan karena Allah adalah hadiah seorang hamba; dan balasan Allah adalah membukakan hijab maʿrifah.”
• Jadi hakikat hadiah adalah pertukaran cinta antara makhluk dan Khalik, tercermin dalam interaksi sesama mukmin.
4. Mullā Ṣadrā – al-Asfār al-Arbaʿah
• Mullā Ṣadrā menafsirkan bahwa memberi (infak, hadiah, sedekah) adalah bentuk tajallī asmāʾ Allah.
• Ketika seorang mukmin memberi hadiah, ia sedang menjadi cermin bagi nama Allah al-Wahhāb.
• Hakikat hadiah adalah tajallī (penampakan) kasih sayang Allah dalam diri manusia.
5. ʿIrfān Amali (praktis)
• Dalam tradisi arifin Syiah, hadiah ruhani sering berupa:
• Doa untuk saudara mukmin (tanpa sepengetahuan mereka, disebut “hadiyyah malakiyyah”).
• Menghadiahkan amal (isāl al-thawāb) kepada ruh mukmin.
• Senyum, salam, perhatian – hadiah non-materi tapi mengikat hati dalam cinta ilahi.
✨ Hakikat “tahādu taḥābbū” menurut arif Syiah
• Bukan sekadar bertukar benda, tetapi:
1. Melatih diri menanggalkan ego (nafs).
2. Menumbuhkan cinta karena Allah (al-ḥubb fī Allāh).
3. Menjadi wakil Allah al-Wahhāb di muka bumi.
4. Menjadikan hadiah sebagai qurbah (sarana mendekat kepada Allah).
🌿 Dengan demikian, bagi ahli hakikat Syiah, hadiah hakiki adalah mempersembahkan hati, amal, dan cinta karena Allah, sedangkan hadiah lahiriah hanyalah sarana untuk memperkuat ikatan maḥabbah ilāhiyyah.
Kisah tentang hadiah dari riwayat Ahlul Bayt, sejarah Islam, dan penjelasan arif Syiah — agar terlihat makna lahiriah dan hakikat hadiah.
Mereka bernazar puasa tiga hari. Setiap kali berbuka, makanan satu-satunya diberikan sebagai hadiah kepada miskin, yatim, dan tawanan. Allah abadikan kisah ini dalam Al-Qur’an.
2. Rasulullah ﷺ menerima hadiah sederhana; Seorang wanita miskin membawa kurma seadanya dan menghadiahkannya. Nabi menerimanya dengan penuh cinta dan berkata: “Hadiah, walaupun sedikit, tetap berharga di sisi Allah.”
➡️ Hadiah dinilai dari hati, bukan dari besar-kecilnya.
3. Imam Ḥasan al-Mujtabā (ع) & roti kering; Seorang pengemis meminta makanan. Imam Hasan memberikan roti kering yang sedang beliau makan, lalu berkata: “Ini hadiahku untukmu.”
4. Imam Ḥusain (ع) & hadiah doa
Seseorang meminta nasihat. Imam Ḥusain menghadiahkan doa dan berkata: “Hadiah terbaik seorang mukmin kepada saudaranya adalah doa dalam kesendiriannya.”
➡️ Hadiah ruhani lebih bernilai dari materi.
5. Rasulullah ﷺ & hadiah parfum
Beliau sering menerima parfum sebagai hadiah dan bersabda: “Parfum adalah hadiah yang harum, ringan dibawa, dan menyenangkan hati.”
6. Imam al-Ṣādiq (ع) & hadiah kasih sayang; Seorang murid berkata: “Aku tidak mampu memberi hadiah kepada sahabatku.” Imam menjawab: “Senyummu di hadapannya adalah hadiah.”
➡️ Hadiah bukan hanya benda, tapi juga akhlak.
7. Imam al-Kāẓim (ع) di penjara
Beliau menghadiahkan doa kepada para penjaga penjara yang kasar. Lama-lama hati mereka luluh dan mereka merasa malu menyakitinya.
➡️ Hadiah doa mampu meluluhkan hati keras.
8. Rasulullah ﷺ membalas hadiah
Beliau tidak hanya menerima hadiah, tapi juga membalasnya. Seseorang memberi hadiah susu, Nabi mendoakan keluarganya dan menghadiahkan kurma.
9. Kisah Imam Zayn al-ʿĀbidīn (ع)
Beliau sering membawa makanan di malam hari, meletakkannya di depan rumah orang fakir tanpa diketahui. Itu hadiah rahasia. Setelah wafatnya, barulah orang tahu siapa pemberinya.
10. Kisah Arif Syiah – Imam Khomeini; Seorang murid bercerita: Imam Khomeini sering menghadiahkan senyuman kepada santrinya, bahkan di tengah kesibukan. Beliau berkata: “Hadiah kecil tapi tulus bisa menyalakan cinta yang besar.”
➡️ Hadiah spiritual bisa berupa perhatian, kasih, dan kelembutan.
✨ Dari 10 kisah ini, kita melihat:
• Hadiah lahiriah: makanan, parfum, kurma, roti.
• Hadiah batin: doa, senyum, perhatian, kesabaran.
• Hadiah hakiki: menyerahkan hati kepada Allah dengan ikhlas.
Manfaat memberi hadiah (dari hadis Ahlul Bayt, tafsir, dan pandangan arif Syiah), lalu saya tambahkan doa-doa singkat yang bisa dibaca ketika memberi atau menerima hadiah.
📖 Imam al-Ṣādiq (ع): “تهَادَوْا تَحَابُّوا” – saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.
🤲 Doa:
اللَّهُمَّ اجعل هذه الهدية سببًا للمحبة فيك
“Ya Allah, jadikan hadiah ini sebab cinta karena-Mu.”
2. Menghapus Kedengkian (الحقد والضغينة)
📖 Imam al-Ṣādiq (ع): “الهدية تذهب الضغائن من القلوب” – hadiah menghilangkan kebencian dari hati.
🤲 Doa:
اللَّهُمَّ طَهِّرْ قلوبَنا من الغِلِّ واجعلها صافيةً بالمودة
“Ya Allah, sucikan hati kami dari kedengkian dan jadikan ia jernih dengan kasih sayang.”
3. Menyambung Silaturahmi (صلة الرحم)
📖 Nabi ﷺ: “تهادوا فإن الهدية تجلب المودة وتشد المودة”
🤲 Doa:
اللَّهُمَّ اجعل هذه الهدية صلةً للرحم ووسيلةً لرضوانك
“Ya Allah, jadikan hadiah ini sebagai penghubung silaturahmi dan jalan menuju ridha-Mu.”
4. Menumbuhkan Syukur
Hadiah melatih memberi dan menerima dengan hati penuh syukur.
🤲 Doa:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الذي رزقني أن أعطي وأُعطى
“Segala puji bagi Allah yang memberiku rezeki untuk memberi dan menerima.”
5. Menjadi Sunnah Nabi
📖 Nabi ﷺ selalu menerima hadiah dan membalasnya.
🤲 Doa:
اللَّهُمَّ ارزقني الاقتداء بنبيك في الكرم والعطاء
“Ya Allah, berilah aku rezeki untuk meneladani Nabimu dalam kemurahan dan pemberian.”
6. Melatih Keikhlasan
Hadiah mendidik agar memberi tanpa pamrih.
🤲 Doa:
اللَّهُمَّ اجعل عطاي خالصًا لوجهك لا أريد به جزاءً ولا شكورًا
“Ya Allah, jadikan pemberianku tulus karena-Mu, tanpa mengharap balasan atau ucapan terima kasih.”
7. Menjadi Amal Jariyah
Hadiah bermanfaat bisa terus mengalir pahalanya.
🤲 Doa:
اللَّهُمَّ اجعلها هديةً جاريةً تُكتب لي بعد موتي
“Ya Allah, jadikan hadiah ini sebagai amal jariyah yang tetap ditulis untukku setelah wafatku.”
8. Menenangkan Hati
Hadiah menghadirkan rasa damai dan kasih.
🤲 Doa:
اللَّهُمَّ أنزل السكينة في قلوبنا كما أنزلتها بالهدية
“Ya Allah, turunkan ketenangan dalam hati kami sebagaimana Engkau turunkan melalui hadiah.”
9. Menghadirkan Rahmat Malaikat
Dalam riwayat: malaikat ikut mendoakan orang yang saling memberi hadiah.
🤲 Doa:
اللَّهُمَّ أنزل رحمتك مع هذه الهدية، واجعل الملائكة تدعو لنا بالخير
“Ya Allah, turunkan rahmat-Mu bersama hadiah ini, dan jadikan para malaikat mendoakan kami dengan kebaikan.”
10. Mendekatkan Diri kepada Allah (قربةً إلى الله)
Hadiah menjadi wasilah menuju qurb Ilahi.
🤲 Doa:
اللَّهُمَّ تقبَّل مني هذه الهدية قربةً إليك
“Ya Allah, terimalah hadiah ini dariku sebagai pendekatan diri kepada-Mu.”
✨ Jadi, memberi hadiah bukan sekadar sosial, tapi ia:
• Menumbuhkan cinta, menghapus kebencian, menyambung silaturahmi.
• Membawa syukur, keikhlasan, rahmat, dan qurbah kepada Allah.
• Doa-doa ini bisa dibaca pelan dalam hati ketika memberi atau menerima hadiah agar ruh hadiah tetap ilahi.
Semoga bermanfaat!!!!
Mohon Doa!!!!
Tulisan ini adalah hadiah yang sangat besar bagi para pembacanya. Trimakasih ustadz atas hadiahnya. Semoga mendapat balasan yang terbaik dari Allah.
ReplyDelete