Makna; Iman, Amin, Aman
1. Iman (إيمان)
Secara bahasa: percaya, membenarkan, dan merasa aman.
Secara istilah: keyakinan yang teguh di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan.
1. Tashdīq (membenarkan) – menerima kebenaran Allah dan Rasul. Saw
2. Iltizām (komitmen) – tidak hanya percaya, tapi juga terikat dengan konsekuensinya.
3. Amān (rasa aman) – orang beriman memperoleh ketenangan hati.
4. Tathmīn (peneguhan hati) – iman menenangkan hati yang gundah.
5. ‘Amal (perbuatan) – iman yang sejati terwujud dalam amal saleh.
2. Amīn (أمين)
Secara bahasa: terpercaya, amanah, tidak berkhianat. Dalam Al-Qur’an, para nabi disebut Amīn (terpercaya). Nabi Muhammad ﷺ dijuluki Al-Amīn sebelum diangkat menjadi Rasul.
1. Kejujuran – dapat dipercaya dalam ucapan.
2. Amanah – menjaga titipan dan janji.
3. Kesucian hati – bersih dari niat buruk dan khianat.
4. Kredibilitas sosial – dihormati karena integritas.
5. Perlindungan doa – kata “Āmīn” dalam doa berarti “Ya Allah, kabulkanlah” dan menjadi perisai spiritual.
3. Amān (أمان) Secara bahasa: keamanan, ketentraman, terbebas dari rasa takut. Makna dalam kehidupan: perlindungan dari Allah di dunia dan akhirat.
• Orang beriman mendapat amān dari azab (QS. Al-An‘ām:82).
• Syahadat dan iman memberi jaminan keselamatan.
✨ Jadi, kalau dirangkum:
• Iman → keyakinan yang menenteramkan.
• Amīn → pribadi yang terpercaya.
• Amān → kondisi aman lahir dan batin.
Iman, Amīn, dan Amān menurut Al-Qur’an;
📖 1. Iman (إيمان) dalam Al-Qur’an
Iman = membenarkan, percaya, dan merasa aman dalam ketundukan kepada Allah.
• QS. Al-Baqarah:285 – “Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang beriman…”
• QS. An-Nahl:106 – iman ada di hati, tidak boleh dipaksa.
• QS. Al-Hujurat:14 – iman bukan sekadar ucapan, tapi keyakinan dalam hati.
• QS. Al-Anfal:2-3 – tanda iman adalah hati bergetar saat disebut nama Allah, lalu bertambah yakin, dan diwujudkan dalam amal.
1. Membenarkan wahyu Allah.
2. Keyakinan hati yang melahirkan amal.
3. Rasa tenteram karena yakin pada Allah.
4. Jalan menuju petunjuk dan rahmat.
5. Jaminan keamanan dari azab (QS. Al-An‘ām:82).
📖 2. Amīn (أمين) dalam Al-Qur’an
Amīn = terpercaya, amanah, tidak berkhianat.
• QS. Asy-Syu‘arā:107, 125, 143, 162 – para nabi berkata: “Sesungguhnya aku adalah seorang rasul yang terpercaya (rasūl amīn).”
• QS. Yusuf:54 – Nabi Yusuf dijadikan pengelola karena dianggap amīn (terpercaya).
• QS. Al-Hijr:9 – Al-Qur’an dijaga (amīn) oleh Allah.
1. Sifat para rasul: amanah, tidak berkhianat.
2. Kejujuran yang membuat dipercaya.
3. Keberkahan karena menjaga amanah.
4. Kepemimpinan berdasarkan integritas (seperti Yusuf).
5. Doa “Āmīn” sebagai permohonan pengabulan (QS. Al-Fātiḥah, meskipun kata “Āmīn” tidak tertulis, diamalkan dalam doa).
📖 3. Amān (أمان) dalam Al-Qur’an
Amān = keamanan, keselamatan, terbebas dari rasa takut.
Ayat-ayat penting:
• QS. Quraisy:3-4 – Allah memberi Quraisy keamanan (amān) dari rasa takut.
• QS. Al-An‘ām:82 – orang yang beriman tanpa mencampuradukkan dengan syirik, akan mendapat amān (rasa aman) dan hidayah.
• QS. Al-Nūr:55 – janji Allah memberi keamanan bagi orang beriman.
• QS. Yūsuf:99 – Yusuf berkata kepada orang tuanya: “Masuklah ke Mesir, insyaAllah kalian dalam keadaan aman.”
Makna Qur’ani:
1. Perlindungan Allah dari bahaya.
2. Rasa tenteram sosial (masyarakat Quraisy).
3. Keselamatan akhirat.
4. Hilangnya rasa takut dalam iman.
5. Jaminan keamanan di dunia dan akhirat.
✨ Jadi, menurut Al-Qur’an:
• Iman = dasar keyakinan yang membawa ketenangan & amal saleh.
• Amīn = sifat para nabi & orang terpercaya.
• Amān = anugerah Allah berupa keselamatan dan ketenteraman.
Iman, Amīn, dan Amān menurut hadis Nabi ﷺ
📖 1. Iman dalam Hadis
Iman sering dijelaskan Nabi ﷺ dengan sangat rinci.
• Hadis Jibril (HR. Muslim) Nabi ﷺ bersabda: “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk.”
➝ Menunjukkan bahwa iman adalah keyakinan enam rukun.
• HR. Bukhari & Muslim
“Iman itu memiliki lebih dari 70 cabang. Yang paling tinggi adalah ucapan ‘Lā ilāha illallāh’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah bagian dari iman.”
➝ Iman bukan hanya keyakinan, tapi juga amal dan akhlak.
• HR. Muslim
“Tidak berzina seorang pezina ketika ia berzina dalam keadaan beriman…”➝ Menunjukkan iman bisa berkurang dengan maksiat.
📖 2. Amīn dalam Hadis
Nabi ﷺ digelari Al-Amīn (yang terpercaya) bahkan sebelum diangkat sebagai Rasul.
“Tiada iman bagi orang yang tidak amanah, dan tiada agama bagi orang yang tidak menepati janji.”
➝ Iman erat kaitannya dengan sifat amīn (terpercaya).
➝ Lawan dari amīn adalah khianat.
• HR. Muslim: Nabi ﷺ bersabda: “Orang mukmin adalah orang yang manusia merasa aman (amān) dari lisan dan tangannya.”
➝ Menunjukkan hubungan amīn dengan akhlak sosial.
📖 3. Amān dalam Hadis
Amān = rasa aman, keselamatan dari bahaya, dan perlindungan dari Allah.
• HR. Bukhari & Muslim
“Seorang Muslim adalah yang orang lain selamat (salima) dari lisan dan tangannya.”
➝ Amān di dunia adalah nikmat besar.
• HR. Ahmad; Nabi ﷺ bersabda: “Barang siapa memberi keamanan (amān) kepada seorang kafir dzimmi lalu ia khianati, maka aku yang akan menjadi lawannya di hari kiamat.”
➝ Amān juga mencakup perlindungan sosial terhadap non-Muslim.
✨ Jadi menurut hadis:
• Iman → bukan sekadar percaya, tapi juga amal & akhlak.
• Amīn → sifat mukmin sejati: jujur, amanah, terpercaya.
• Amān → buah iman dan akhlak: menciptakan keamanan lahir-batin.
Iman, Amīn, dan Amān menurut hadis Ahlul Bayt (riwayat Syiah)
• Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as) bersabda: “Iman adalah pengakuan dengan lisan, pembenaran dengan hati, amal dengan anggota tubuh, dan ketaatan dengan perbuatan.” (al-Kāfī, jilid 2, hlm. 38)➝ Iman harus mencakup ucapan, hati, dan amal.
• Imam Ali (as) bersabda:”Iman memiliki empat pilar: sabar, yakin, adil, dan jihad.” (Nahjul Balāghah, hikmah 31)➝ Iman bukan hanya keyakinan, tapi fondasi akhlak dan perjuangan.
📖 2. Amīn (الأمين) menurut hadis Ahlul Bayt
• Imam Ali (as) berkata:”Allah mengutus Muhammad sebagai saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, dan seorang amīn (terpercaya) terhadap risalah-Nya.” (Nahjul Balāghah, khutbah 1) ➝ Menegaskan bahwa “Amīn” adalah sifat kenabian.
• Imam Hasan al-‘Askarī (as): “Orang mukmin adalah amīn Allah di bumi-Nya, hujjah Allah atas makhluk-Nya, dan penghias agama-Nya.” (Tafsīr al-‘Askarī, hlm. 342)
➝ Mukmin sejati adalah “penyampai amanah Ilahi”.
📖 3. Amān (الأمان) menurut hadis Ahlul Bayt
“Bintang-bintang adalah amān (penjaga) bagi penduduk langit, dan Ahlul Baytku adalah amān bagi umatku.” (al-Kāfī, jilid 1, hlm. 198)
➝ Ahlul Bayt adalah sumber keamanan spiritual umat.
“Kamilah (Ahlul Bayt) yang menjadi amān (perlindungan) bagi bumi; bila tidak ada kami, niscaya bumi akan menelan penduduknya.” (al-Kāfī, jilid 1, hlm. 198)
➝ Mukmin sejati membawa rasa aman bagi orang lain.
✨ Ringkasan Hadis Ahlul Bayt:
• Iman → bukan hanya keyakinan, tapi perpaduan hati, lisan, amal, dan pilar akhlak (sabar, yakin, adil, jihad).
• Amīn → sifat kenabian dan kemukminan sejati (penyampai amanah Allah).
• Amān → keamanan spiritual umat melalui Ahlul Bayt, serta keamanan sosial melalui akhlak mukmin.
📖 1. Iman (إيمان) menurut mufassir
• Al-Ṭabarī (Sunni, Jāmi‘ al-Bayān); Iman adalah taṣdīq bi al-qalb (pembenaran dalam hati) dan iqrār bi al-lisān (pengakuan dengan lisan). Amal adalah buah iman, bukan bagian hakikatnya.
1. Keyakinan batin (tidak cukup dengan lisan).
2. Amal sebagai penyempurna iman.
• Al-Ṭūsī (Syiah, al-Tibyān) Iman adalah ma‘rifah (pengenalan terhadap Allah dan Rasul) yang disertai dengan ketundukan. Amal bukan bagian esensial iman, tapi meninggalkan amal bisa melemahkan iman.
• Al-Ṭabāṭabā’ī (Syiah, al-Mīzān) Iman adalah cahaya hati yang menumbuhkan rasa aman (amān). Iman hakiki tidak bisa terpisah dari amal saleh, meski amal adalah manifestasi lahir dari iman.
📖 2. Amīn (أمين) menurut mufassir
📖 3. Amān (أمان) menurut mufassir
• Al-Ṭabarī pada QS. Quraisy:4 (“Allah memberi mereka keamanan dari rasa takut”): Amān di sini adalah nikmat Allah berupa stabilitas sosial-ekonomi Quraisy sehingga bisa beribadah.
• Fakhr al-Rāzī (QS. al-An‘ām:82 – “mereka mendapat amān”): Amān = keselamatan dari azab akhirat, khusus bagi orang beriman tanpa syirik.
• Al-Qurṭubī (QS. al-Nūr:55 – janji Allah memberi keamanan): Amān adalah jaminan Allah atas kemenangan dan kekuatan umat Islam setelah beriman dan beramal saleh.
• Al-Ṭabāṭabā’ī (Syiah, al-Mīzān) Amān bukan sekadar keamanan sosial, tapi sakīnah ilāhiyyah (ketenangan Ilahi) yang meneguhkan hati mukmin. Dalam dimensi batin, amān berarti perlindungan Allah yang menjauhkan dari kesesatan.
✨ Ringkasannya menurut mufassir:
• Iman = pembenaran hati + pengakuan lisan + amal sebagai bukti (bukan sekadar klaim).
• Amīn = sifat para nabi sebagai penjaga amanah Allah, juga diturunkan kepada Ahlul Bayt.
• Amān = nikmat keamanan dunia (rezeki, stabilitas), keselamatan akhirat (bebas azab), dan ketenangan batin (sakīnah).
Para mufassir Syiah biasanya menafsirkan Iman, Amīn, dan Amān dengan menekankan aspek batin (hakikat), wilayah Ahlul Bayt, dan keamanan spiritual umat.
📖 1. Iman (إيمان) menurut mufassir Syiah
• Al-Ṭabrisī (w. 548 H, Majma‘ al-Bayān) Menafsirkan QS. al-Ḥujurāt:14 (“Kalian belum beriman, tapi katakanlah kami telah Islam”):
• Al-Ṭabāṭabā’ī (w. 1981, al-Mīzān) Iman = nūr fī al-qalb (cahaya di hati) yang menumbuhkan amān (ketenangan batin).
• Iman bukan hanya ucapan, tapi kesaksian ruhani.
• Hakikat iman terhubung dengan wilāyah Ahlul Bayt sebagai syarat kesempurnaan iman.
📖 2. Amīn (أمين) menurut mufassir Syiah
• Al-Ṭabāṭabā’ī (al-Mīzān):
Amīn bukan sekadar sifat jujur, tapi “penjaga amanah Allah” = wahyu, syariat, dan rahasia Ilahi.
➝ Maka, Ahlul Bayt disebut penerus “amanah” ini.
• Tafsīr Nur al-Thaqalayn (Huwaizi, Syiah) Riwayat Ahlul Bayt menafsirkan “Amīn” bukan hanya sifat Nabi, tapi juga sifat Imam yang makṣūm sebagai penjaga risalah.
📖 3. Amān (أمان) menurut mufassir Syiah • Al-Ṭūsī (al-Tibyān) pada QS. al-An‘ām:82 (“Mereka mendapat keamanan dan hidayah”): Amān = keamanan dari azab dan sesat, khusus bagi orang yang tidak syirik.
• Al-Ṭabrisī (Majma‘ al-Bayān) pada QS. Quraisy:4 (“Allah memberi mereka keamanan dari rasa takut”): Amān = nikmat dunia (stabilitas Quraisy), tapi juga isyarat nikmat batin: keamanan dalam ibadah.
• Al-Ṭabāṭabā’ī (al-Mīzān):
• Amān memiliki makna batiniah: sakīnah (ketenangan Ilahi) yang mengokohkan hati mukmin.
• Dalam tafsir riwayat Ahlul Bayt: Ahlul Bayt adalah amān bagi umat, sebagaimana bintang-bintang amān bagi langit.➝ Tanpa mereka, umat akan tersesat.
✨ Ringkasan tafsir Syiah:
• Iman → bukan sekadar ucapan, tapi cahaya hati + amal + kesetiaan kepada wilāyah Ahlul Bayt.
• Amīn → sifat Nabi sebagai penjaga amanah Allah, diwariskan pada para Imam.
• Amān → perlindungan lahir-batin: keamanan dunia (rezeki, stabilitas), keamanan batin (sakīnah), dan keamanan umat melalui kehadiran Ahlul Bayt.
Iman, Amīn, dan Amān menurut para ‘ārifīn (ahli makrifat) dan para ulama hakikat (tasawuf & irfan).
Mereka biasanya tidak berhenti pada batas syariat lahiriah, tetapi masuk ke dalam makna batin, ruhani, dan hakikat wujud.
📖 1. Iman (الإيمان) menurut ahli makrifat & hakikat
• Ibn ‘Arabī (Sufi, wahdatul wujūd): Iman adalah penyaksian wujud Allah dalam segala sesuatu; semakin dalam iman, semakin sirna ego (fanā’).
• Mullā Ṣadrā (Syiah, filsafat irfan): Iman = kesempurnaan wujud jiwa melalui pengetahuan hakiki tentang Allah, yang diikuti oleh amal sebagai aktualisasi.
Makna makrifat iman:
• Cahaya hati (nūr al-qalb).
• Penyaksian ruhani (syuhūd).
• Fanā’ (lenyapnya diri dalam iman kepada Allah).
• Ma‘rifatullah sebagai inti iman.
📖 2. Amīn (الأمين) menurut ahli makrifat & hakikat
• Amīn = bukan hanya terpercaya dalam arti sosial, tetapi penjaga rahasia Ilahi.
• Sufi & ‘ārifīn menafsirkan:
• Nabi disebut Amīn karena menyimpan “sirr Allah” (rahasia Allah) yang tidak bisa ditanggung selain beliau.
• Para wali & arif adalah pewaris “amanah batin” – mereka menjaga rahasia makrifat agar tidak jatuh kepada yang tidak pantas.
• Imam Khomeini (irfan Syiah kontemporer): Rasul adalah Amīn al-Raḥmān (penjaga rahasia Sang Maha Pengasih). Wilayah Ahlul Bayt juga adalah amanah batin yang tidak diketahui kecuali oleh mereka yang suci.
Makna makrifat amīn:
• Penjaga rahasia Allah (sirr Allāh).
• Wali Allah yang dapat dipercaya untuk membawa ilmu batin.
• Manusia sempurna (insān kāmil) adalah “amīn” terhadap rahasia Ilahi.
📖 3. Amān (الأمان) menurut ahli makrifat & hakikat
• Amān = keamanan ruhani, yaitu perlindungan dari selain Allah.
• Al-Junayd al-Baghdādī (sufi): Amān sejati adalah rasa aman dari diri sendiri, ketika seorang ‘ārif sepenuhnya menyerahkan diri pada Allah.
• Ibn ‘Arabī: Amān adalah sakīnah (ketenangan Ilahi) yang hadir ketika seorang hamba larut dalam tauhid.
• Syiah irfaniyyah: Ahlul Bayt adalah amān al-ummah (perlindungan umat). Tanpa mereka, hati manusia diliputi ketakutan eksistensial.
Makna makrifat amān:
• Perlindungan batin dari kegelisahan duniawi. • Sakīnah (ketenangan Ilahi).
• Aman dari syirik khafī (kesyirikan halus, seperti ego & hawa nafsu).
• Amān tertinggi = fana’ dalam Allah, sehingga tidak ada rasa takut dan cemas.
✨ Ringkasan makrifat & hakikat:
• Iman → bukan sekadar keyakinan, tapi cahaya hati & penyaksian hakikat Allah.
• Amīn → manusia sempurna yang menjadi penjaga rahasia Ilahi (Rasul & wali).
• Amān → ketenangan batin & perlindungan Ilahi dari selain-Nya; buah dari tauhid sejati.
Ahli hakikat (ʿurafāʾ Syiah) memahami Iman, Amīn, dan Amān.
Ahli hakikat Syiah biasanya adalah para arif seperti Sayyid Haydar Amulī, Mulla Ṣadrā, Allamah Ṭabāṭabā’ī, Imam Khomeini, Syekh Bahāʾī, dll.
📖 1. Iman (الإيمان) dalam hakikat Syiah
Iman = kesempurnaan wujud jiwa. Semakin tinggi maʿrifat seorang hamba, semakin “nyata” imannya dalam eksistensi dirinya.
• Allamah Ṭabāṭabā’ī (al-Mīzān) Iman adalah “nūr” yang meneguhkan hati, dan ia mencapai kesempurnaan hanya dengan wilāyah Ahlul Bayt.
Hakikat iman:
➡️ Cahaya batin (nūr).
➡️ Kesaksian ruhani (syuhūd).
➡️ Wilāyah Ahlul Bayt sebagai rahasia iman sempurna.
📖 2. Amīn (الأمين) dalam hakikat Syiah
• Para Imam makṣūm adalah pewaris amanah Ilahi. Mereka disebut amīn Allāh ʿalā khalqih (penjaga Allah atas makhluk-Nya).
• Imam Khomeini (Sirr al-Ṣalāt, Miʿrāj al-Sālikīn) Menyebut Nabi dan Ahlul Bayt sebagai khazanah sirr (penyimpan rahasia ilahi). Seorang arif sejati hanya menjadi “amīn” bila ia menjaga rahasia tauhid dari hawa nafsu.
Hakikat amīn:
➡️ Penjaga rahasia Ilahi (sirr).
➡️ Insān kāmil sebagai “wadah amanah”.
➡️ Para Imam adalah amīn atas wahyu dan hakikat.
📖 3. Amān (الأمان) dalam hakikat Syiah
• Mulla Ṣadrā: Amān sejati bukan sekadar bebas dari bahaya lahir, tapi “ketenangan wujud” (sakīnah) ketika jiwa bersandar total kepada Allah.
→ Jiwa yang fana’ (lenyap dalam Allah) mencapai amān mutlak.
• Allamah Ṭabāṭabā’ī: Amān dalam Qur’an (misalnya QS. al-Anʿām:82) dimaknai sebagai perlindungan Ilahi yang hanya ada bagi orang yang bersih dari syirik. Dalam hakikat, itu berarti hati yang hanya diisi Allah tanpa selain-Nya.
Hakikat amān:
➡️ Sakīnah Ilahi (ketenangan batin).
➡️ Perlindungan dari syirik, bahkan syirik tersembunyi (ego & hawa nafsu).
➡️ Ahlul Bayt sebagai penjaga amān umat.
✨ Ringkasan hakikat Syiah
• Iman → bukan hanya percaya, tapi cahaya batin & kesaksian ruhani yang sempurna dengan wilāyah Ahlul Bayt.
• Amīn → Insān Kāmil (Nabi & Imam) sebagai penjaga rahasia Allah dan amanah Ilahi.
• Amān → perlindungan ruhani & ketenangan wujud; Ahlul Bayt sebagai “amān” umat agar tidak tersesat.
1. Iman sebagai Wilāyah
Menurut Sayyid Haydar Amulī, iman sejati tidak sempurna tanpa wilāyah kepada Ahlul Bayt.
2. Amīn sebagai Sirr (rahasia Allah)
Dalam irfan Syiah, Amīn adalah orang yang Allah percayakan dengan “sirr al-tauhid”.
3. Amān sebagai Wilāyah Ummat
Riwayat menyebut: “Ahlul Bayt adalah amān bagi umat.”
4. Iman sebagai Tajallī (manifestasi Allah) Menurut Mullā Ṣadrā, iman adalah tajallī Allah di dalam jiwa.
➡️ Semakin kuat iman, semakin tampak cahaya Ilahi dalam diri hamba (insān kāmil).
5. Amān sebagai Fana’
Dalam irfan Syiah, amān tertinggi adalah ketika seorang ‘ārif mencapai fanāʾ fī Allāh (lenyap dalam Allah).
➡️ Pada derajat ini, ia terbebas dari rasa takut, cemas, dan terikat dunia. Itulah amān hakiki.
1. Iman = kesempurnaan hanya dengan wilāyah.
2. Amīn = penjaga rahasia Ilahi (sirr).
3. Amān = keberadaan Imam sebagai keamanan umat.
4. Iman = tajallī Allah di jiwa hamba.
5. Amān = fana’ dalam Allah, keamanan mutlak dari selain-Nya.
Kisah dan ceritanya yang terkait dengan makna Iman, Amīn, dan Amān dari Al-Qur’an, hadis Nabi ﷺ, riwayat Ahlul Bayt (as), serta pengalaman para arif.
1. Kisah Nabi Ibrahim (as) – Iman yang Menenangkan Hati
Ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya (Ismail), beliau tetap tenang dan patuh.
2. Kisah Nabi Muhammad ﷺ – Al-Amīn di Makkah;
3. Kisah Hajar di Padang Tandus – Amān dari Allah:
(QS. Ibrahim:37)
4. Kisah Imam Ali (as) – Tidur di Ranjang Nabi;
5. Kisah Ashabul Kahfi – Iman yang Menjadi Perlindungan
Sekelompok pemuda beriman melarikan diri dari penguasa zalim, lalu Allah menidurkan mereka dalam gua selama ratusan tahun.
6. Kisah Nabi Yusuf (as) – Amīn dalam Godaan; Yusuf dikenal amīn di Mesir, hingga dipercaya mengurus perbendaharaan negara. Bahkan ketika digoda Zulaikha, beliau tetap amanah menjaga kehormatan.
➡️ Amīn bukan hanya menjaga harta, tapi juga menjaga diri dari maksiat.(QS. Yusuf:54-55)
7. Kisah Imam Husain (as) – Iman dan Amān Hakiki;
➡️ Iman yang sempurna membuatnya tetap tenang (amān batin) meski menghadapi maut.
8. Kisah Salman al-Farisi – Mencari Iman Hakiki;
9. Kisah Imam Ja’far al-Sadiq (as) – Mukmin adalah Amān bagi Saudaranya;
10. Kisah Para Arif – Amān dalam Fanā’
➡️ Kisah pengalaman batin: amān bukan lagi fisik, tapi keamanan ruhani dari kegelisahan dunia.
✨ Jadi 10 kisah ini menunjukkan bahwa Iman adalah cahaya batin, Amīn adalah sifat terpercaya, dan Amān adalah keamanan lahir-batin yang diberikan Allah.
Manfaat dari memahami dan mengamalkan makna Iman, Amīn, dan Amān, lalu saya sertakan doa pendeknya dari Al-Qur’an dan hadis (termasuk doa Ahlul Bayt).
1. Keteguhan Hati (Tsabat al-Qalb)
👉 Manfaat iman adalah hati tidak mudah goyah. 📖 Doa:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk.” (QS. Āli-‘Imrān:8)
2. Ketenangan Batin (Sakīnah)
👉 Iman menghadirkan rasa aman di hati. 📖 Doa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ قُلُوبَنَا مُطْمَئِنَّةً بِذِكْرِكَ
“Ya Allah, jadikan hati kami tenteram dengan mengingat-Mu.”
3. Terjaga dari Khianat
👉 Sifat Amīn menjauhkan dari sifat munafik. 📖 Doa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي أَمِينًا فِي قَوْلِي وَفِعْلِي
“Ya Allah, jadikan aku amīn dalam ucapan dan perbuatanku.”
4. Kredibilitas Sosial
👉 Orang amīn dipercaya manusia dan dicintai Allah. 📖 Doa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مَحَبُوبًا فِي أَرْضِكَ كَمَا أَنَا مَحْبُوبٌ عِندَكَ
“Ya Allah, jadikan aku dicintai di bumi sebagaimana aku dicintai di sisi-Mu.”
5. Keselamatan Dunia-Akhirat
👉 Amān dari azab Allah. 📖 Doa:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ(QS. Al-Baqarah:201)
6. Kekuatan dalam Ujian
👉 Iman membuat sabar dan kuat.
📖 Doa:
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
(QS. Al-A‘rāf:126)
7. Perlindungan dari Rasa Takut
👉 Amān membuat jiwa bebas dari cemas. 📖 Doa:
اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنِّي الْهَمَّ وَالْحَزَنَ
“Ya Allah, hilangkan dariku kegelisahan dan kesedihan.”
8. Amanah sebagai Jalan Surga
👉 Nabi ﷺ: “Tidak beriman orang yang tidak amanah.” 📖 Doa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَهْلِ الْأَمَانَةِ الَّذِينَ تُحِبُّهُمْ
“Ya Allah, jadikan aku termasuk orang-orang amanah yang Engkau cintai.”
9. Perlindungan melalui Ahlul Bayt (Amān al-Ummah)
👉 Riwayat: “Ahlul Bayt adalah amān bagi umat.” 📖 Doa Ziarah (ringkas):
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ بَيْتِ النُّبُوَّةِ
“Salam sejahtera atas kalian wahai Ahlul Bayt kenabian.”
10. Amān Hakiki di Akhirat
👉 Orang beriman akan mendapat salam keselamatan di surga. 📖 Doa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ عَاقِبَتِي أَمَانًا وَسَلَامًا
“Ya Allah, jadikan akhir hidupku penuh amān dan keselamatan.”
✨ Manfaat besar itu: keteguhan, ketenangan, amanah, kredibilitas, keselamatan, kesabaran, perlindungan dari takut, jalan surga, keberkahan Ahlul Bayt, dan keselamatan akhirat.
Munajat Qurani dari Imam Ali bin Abi Tholib Amiril Mukminin as
Suatu hari, Imam Ali bin Abi tholib sedang bermunajat kepada Allah swt di Masjid Kufah. Hari itu beliau berdoa dengan doa yang sangat indah. Semua permintaannya selaras dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Berikut ini teks lengkap doa beliau,
بِسْمِ اللهِ الرَّحمْنِ الرَّحِيْمِ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ،
Bismillâhirrohmânirrohîm, Allâhumma sholli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammadin.
1. اَللّٰهُمَّ اِنِّيْ اَسْاَلُكَ الْاَمَانَ يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَ لَا بَنُوْنَ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keamanan pada hari di mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.
2. وَ اَسْاَلُكَ الْاَمَانَ يَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يَا لَيْتَنِيْ اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا
Dan aku memohon kepada-Mu keamanan pada hari ketika orang yang zalim menggigit kedua tangannya seraya berkata: “Aduhai, seandainya aku dahulu menempuh jalan bersama Rasul.”
3. وَ اَسْاَلُكَ الْاَمَانَ يَوْمَ يُعْرَفُ الْمُجْرِمُوْنَ بِسِيْمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِيْ وَ الْاَقْدَامِ
Dan aku memohon kepada-Mu keamanan pada hari ketika para pendosa dikenali dengan tanda-tanda mereka, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.
4. وَ اَسْاَلُكَ الْاَمَانَ يَوْمَ لَا يَجْزِيْ وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَ لَا مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ
Dan aku memohon kepada-Mu keamanan pada hari ketika seorang ayah tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat menolong ayahnya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah itu benar.
5. وَ اَسْاَلُكَ الْاَمَانَ يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِيْنَ مَعْذِرَتُهُمْ وَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَ لَهُمْ سُوۤءُ الدَّارِ
Dan aku memohon kepada-Mu keamanan pada hari ketika alasan orang-orang zalim tidak bermanfaat bagi mereka, dan bagi mereka laknat serta tempat kembali yang buruk.
6. وَ اَسْاَلُكَ الْاَمَانَ يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا وَ الْاَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلّٰهِ
Dan aku memohon kepada-Mu keamanan pada hari ketika tidak ada satu jiwa pun yang mampu menolong jiwa lainnya sedikit pun, dan segala urusan pada hari itu hanya milik Allah.
7. وَ اَسْاَلُكَ الْاَمَانَ يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِ وَ اُمِّهِ وَ اَبِيْهِ وَ صَاحِبَتِهِ وَ بَنِيْهِ، لِكُلِّ امْرِىۤءٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيْهِ
Dan aku memohon kepada-Mu keamanan pada hari ketika seseorang lari dari saudaranya, dari ibunya, dari ayahnya, dari istrinya, dan dari anak-anaknya; setiap orang pada hari itu disibukkan dengan urusannya sendiri.
8. وَ اَسْاَلُكَ الْاَمَانَ يَوْمَ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِيْ مِنْ عَذَابِ يَوْمَئِذٍ بِبَنِيْهِ وَ صَاحِبَتِهِ وَ اَخِيْهِ وَ فَصِيْلَتِهِ الَّتِيْ تُؤْوِيْهِ وَ مَنْ فِي الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ يُنْجِيْهِ
Dan aku memohon kepada-Mu keamanan pada hari ketika seorang pendosa berharap seandainya ia bisa menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya, istrinya, saudaranya, keluarga yang melindunginya, bahkan semua manusia di bumi, lalu itu menyelamatkannya.
9. كَلَّا اِنَّهَا لَظٰى نَزَّاعَةً لِلشَّوٰى
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah api yang menyala-nyala, yang mengelupas kulit kepala.
10. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْمَوْلٰى وَ اَنَا الْعَبْدُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْعَبْدَ اِلَّا الْمَوْلٰى
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Penguasa, dan aku adalah hamba. Maka adakah yang menyayangi hamba selain Penguasanya?
11. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْمَالِكُ وَ اَنَا الْمَمْلُوْكُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمَمْلُوْكَ اِلَّا الْمَالِكُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Pemilik, dan aku adalah yang dimiliki. Maka adakah yang menyayangi yang dimiliki selain Pemiliknya?
12. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ وَ اَنَا الذَّلِيْلُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الذَّلِيْلَ اِلَّا الْعَزِيْزُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Perkasa, dan aku adalah yang hina. Maka adakah yang menyayangi yang hina selain Yang Maha Perkasa?
13. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْخَالِقُ وَ اَنَا الْمَخْلُوْقُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمَخْلُوْقَ اِلَّا الْخَالِقُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Pencipta, dan aku adalah ciptaan. Maka adakah yang menyayangi ciptaan selain Penciptanya?
14. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْعَظِيْمُ وَ اَنَا الْحَقِيْرُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْحَقِيْرَ اِلَّا الْعَظِيْمُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Agung, dan aku adalah yang hina. Maka adakah yang menyayangi yang hina selain Yang Maha Agung?
15. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْقَوِيُّ وَ اَنَا الضَّعِيْفُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الضَّعِيْفَ اِلَّا الْقَوِيُّ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Kuat, dan aku adalah yang lemah. Maka adakah yang menyayangi yang lemah selain Yang Maha Kuat?
16. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْغَنِيُّ وَ اَنَا الْفَقِيْرُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْفَقِيْرَ اِلَّا الْغَنِيُّ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Kaya, dan aku adalah yang miskin. Maka adakah yang menyayangi yang miskin selain Yang Maha Kaya?
17. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْمُعْطِيْ وَ اَنَا السَّاۤئِلُ وَ هَلْ يَرْحَمُ السَّاۤئِلَ اِلَّا الْمُعْطِيْ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Pemberi, dan aku adalah peminta. Maka adakah yang menyayangi peminta selain Pemberinya?
18. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْحَيُّ وَ اَنَا الْمَيِّتُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمَيِّتَ اِلَّا الْحَيُّ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Hidup, dan aku adalah yang mati. Maka adakah yang menyayangi yang mati selain Yang Maha Hidup?
19. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْبَاقِيْ وَ اَنَا الْفَانِيْ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْفَانِيَ اِلَّا الْبَاقِيْ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Kekal, dan aku adalah yang fana. Maka adakah yang menyayangi yang fana selain Yang Kekal?
20. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الدَّاۤئِمُ وَ اَنَا الزَّاۤئِلُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الزَّاۤئِلَ اِلَّا الدَّاۤئِمُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Abadi, dan aku adalah yang lenyap. Maka adakah yang menyayangi yang lenyap selain Yang Abadi?
21. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الرَّازِقُ وَ اَنَا الْمَرْزُوْقُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمَرْزُوْقَ اِلَّا الرَّازِقُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Pemberi rezeki, dan aku adalah yang diberi rezeki. Maka adakah yang menyayangi yang diberi rezeki selain Pemberi rezeki?
22. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْجَوَادُ وَ اَنَا الْبَخِيْلُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْبَخِيْلَ اِلَّا الْجَوَادُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Pemurah, dan aku adalah yang kikir. Maka adakah yang menyayangi yang kikir selain Yang Maha Pemurah?
23. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْمُعَافِيْ وَ اَنَا الْمُبْتَلٰى وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمُبْتَلٰى اِلَّا الْمُعَافِيْ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Memberi keselamatan, dan aku adalah yang diuji. Maka adakah yang menyayangi yang diuji selain Yang Maha Memberi keselamatan?
24. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْكَبِيْرُ وَ اَنَا الصَّغِيْرُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الصَّغِيْرَ اِلَّا الْكَبِيْرُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Besar, dan aku adalah yang kecil. Maka adakah yang menyayangi yang kecil selain Yang Maha Besar?
25. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْهَادِيْ وَ اَنَا الضَّآلُّ وَ هَلْ يَرْحَمُ الضَّآلَّ اِلَّا الْهَادِيْ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Pemberi petunjuk, dan aku adalah yang tersesat. Maka adakah yang menyayangi yang tersesat selain Pemberi petunjuk?
26. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الرَّحْمَنُ وَ اَنَا الْمَرْحُوْمُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمَرْحُوْمَ اِلَّا الرَّحْمٰنُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Pengasih, dan aku adalah yang disayangi. Maka adakah yang menyayangi yang disayangi selain Yang Maha Pengasih?
27. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ السُّلْطَانُ، وَ اَنَا الْمُمْتَحَنُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمُمْتَحَنَ اِلَّا السُّلْطَانُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Penguasa, dan aku adalah yang diuji. Maka adakah yang menyayangi yang diuji selain Penguasa?
28. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الدَّلِيْلُ وَ اَنَا الْمُتَحَيِّرُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمُتَحَيِّرَ اِلَّا الدَّلِيْلُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Penunjuk jalan, dan aku adalah yang bingung. Maka adakah yang menyayangi yang bingung selain Penunjuk jalan?
29. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْغَفُوْرُ وَ اَنَا الْمُذْنِبُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمُذْنِبَ اِلَّا الْغَفُوْرُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Pengampun, dan aku adalah yang berdosa. Maka adakah yang menyayangi yang berdosa selain Yang Maha Pengampun?
30. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْغَالِبُ وَ اَنَا الْمَغْلُوْبُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمَغْلُوْبَ اِلَّا الْغَالِبُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Mengalahkan, dan aku adalah yang dikalahkan. Maka adakah yang menyayangi yang dikalahkan selain Yang Maha Mengalahkan?
31. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الرَّبُّ وَ اَنَا الْمَرْبُوْبُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْمَرْبُوْبَ اِلَّا الرَّبُّ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Rabb, dan aku adalah yang dirabbi. Maka adakah yang menyayangi yang dirabbi selain Rabb?
32. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اَنْتَ الْمُتَكَبِّرُ وَ اَنَا الْخَاشِعُ وَ هَلْ يَرْحَمُ الْخَاشِعَ اِلَّا الْمُتَكَبِّرُ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, Engkau adalah Yang Maha Megah, dan aku adalah yang tunduk. Maka adakah yang menyayangi yang tunduk selain Yang Maha Megah?
33. مَوْلَايَ يَا مَوْلَايَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ وَ ارْضَ عَنِّيْ بِجُوْدِكَ وَ كَرَمِكَ وَ فَضْلِكَ يَا ذَا الْجُوْدِ وَ الْاِحْسَانِ وَ الطَّوْلِ وَ الْاِمْتِنَانِ بِرَحْمَتِكَ يَاۤ اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, rahmatilah aku dengan rahmat-Mu, ridailah aku dengan kedermawanan, kemurahan, dan karunia-Mu. Wahai Pemilik kemurahan, kebaikan, kelapangan, dan anugerah, dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih di antara para pengasih.
Mohon Doa!!
Comments
Post a Comment